No edit. Hati2 typo bertebaran. Happy reading ya 😚
🌼
D
ingin menyambut Rasyel sore ini. Baru saja dia terlelap. Hanya lima belas menit, mungkin. Ya sepertinya begitu, karena saat dia terbangun suasana kamarnya masih sama. Langit sore pun masih sama. Menampakkan awan mendung dengan rintik hujan yang mulai turun. Setelah rencananya mengantar Olivia ke Roses Cafe gagal, gadis manis ini memang memutuskan untuk melepas lelahnya.
Setelah merapikan penampilannya, Rasyel memilih keluar kamar. Melihat sekeliling rumah yang nampak sepi. Berbeda dari biasanya. Langkahnya menuntun Rasyel ke dapur. Benar dugaannya, bunda ada di sana. Sedang asyik memotong buncis. Menjadikannya lebih kecil dari ukuran semula.
Rasyel menarik salah salah satu kursi. Duduk tepat di depan bundanya. Mengamati bagaimana wajah serius sang bunda dalam diam. " Kenapa Syel ? "
" Enggak. Pada kemana bun ? Kok sepi. "
" Lagi pada main catur di belakang tuh. "
Rasyel mengikuti arah jari telunjuk bundanya. Benar, ayah dan kedua kakaknya sedang bermain catur di sana. Tampak asyik dengan dunia mereka. " Rasyel bantuin ya bunda. "
" Bisa ? "
Setelah membantu bundanya memasak makan malam, Rasyel menghampiri keluarganya yang lain. Memilih duduk dekat dengan kakak pertamanya. Dafa tersenyum melihat kedatangan adiknya. Jarang sekali adik manisnya itu mau bergabung seperti saat ini. Biasanya Rasyel akan memilih duduk di depan televisi bersama bunda mereka. Sungguh suatu keajaiban kalau Rasyel bisa duduk di dekatnya. Melihat ayah juga kakaknya bermain catur.
Tatapan Dafa berpindah pada piring berisi jamur krispi yang dibawa Rasyel. Mengambil satu lalu memakannya. Menganggukkan kepalanya, Dafa tersenyum ke arah Rasyel. Bisa dia duga kalau ini adalah buatan adik bungsunya itu sendiri.
" Giliran makanan aja cepet nyantolnya. Pantes jomblo. "
Sumpah demi apa, Rasyel ingin sekali menyumpal mulut Kak Abyan-nya dengan jamur yang dia buat ini. Terkadang kakaknya itu tidak disaring terlebih dahulu kalau berbicara. Tidak memperhatikan sekitar pula. Juga tidak tahu malu. Mengatakan Rasyel jomblo di depan ayah mereka. Toh, kejombloan Rasyep juga menyenangkan hati sang ayah.
" Jangan pacaran dulu. Sekolah yang pinter, baru berkarir, terus cari jodohnya. "
Rasyel jadi teringat ucapan ayah waktu itu. Memang apa yang dikatakan ayahnya ada benarnya juga. Dulu saat masih menengah pertama, Rasyel pernah berpacaran. Karena hal itu, hampir semua nilai Rasyel turun. Benar-benar cinta monyet. Bahkan atmosfernya masih terbawa sampai SMA.
" Syel. Ada yang nyariin tuh. "
" Siapa bunda ? "
Rasyel berdiri dari duduknya. Berjalan perlahan menuju ruang tamu. Menemui orang yang kata bundanya sedang mencari seorang Rasyel. Mata Rasyel mengerjap tidak percaya. Di sana di depannya, Jevan sudah duduk manis sambil menyesap teh hangat yang mungkin saja dibuatkan bunda Rasyel tadi. Rasyel memilih duduk di sofa single yang sedikit jauh dari Jevan. Masih mengamati cowok ajaib itu.
" Kok ke sini ? "
" Main lah. Enggak boleh ? " Rasyel hanya bisa menggeleng. Belum sempat dia melontarkan pertanyaan lagi, suara bundanya sudah terdengar.
" Ikut makan malam sekalian nyet. "
Suasana di ruang makan keluarga Rasyel bertambah ramai karena kehadiran Jevan. Entah sihir apa yang diberikan cowok itu. Ayahnya yang sedari dulu irit berbicara dengan teman cowoknya, kini terlihat sangat antusias. Berbeda dengan Abyan, kakaknya itu terlihat kurang suka dengan Jevan. Mungkinkah ini hanya perasaan Rasyel atau nyata ? Karena dari tadi Abyan memberikan tatapan permusuhan pada Jevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Seventeen //PAA(2)
Teen FictionSi ganteng yang menyukai si manis. Si manis membenci si ganteng tapi tetap menjadi teman baiknya. Si manis juga menyukai si pandai. Si pandai yang sudah menjadi pacar si cantik. Si cantik yang menyimpan rasa pada si ganteng. Cerita masa putih abu...