Part 14

45.3K 6.5K 1.8K
                                    

"I want to stand with you on a mountain, i want to bathe with you in the sea. I want to lay like this forever, until the skies falls down on me."

▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒

OPERASI yang di jalani oleh Taeyong berjalan dengan lancar. Jaehyun bahkan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangisㅡbetapa bahagia nya ia memikirkan Taeyong yang nanti bisa kembali melihat.

Tapi perban di mata Taeyong belum boleh di buka hingga satu minggu, dan hari ini sudah tepat seminggu sejak Taeyong memulai operasi.

Jaehyun bahkan tidak pernah beranjak untuk meninggalkan Taeyong jika tidak ada keperluan yang terlalu penting. Ia selalu berada di sisi Taeyong. Pikirannya mulai berkecamuk, bagaimana jika nanti Taeyong bisa kembali melihat dan ternyata Taeyong tidak menyukai dirinya?

Secara, Jaehyun tidak sesempurna Taeyong. Jujur saja Jaehyun merasa kurang percaya diri, baginya, Taeyong adalah jelmaan para malaikat yang di turunkan dari surga. Sementara dirinya? Hanya onggokan sampah yang mungkin akan membuat Taeyong kecewa.

"Jaehyun.." suara selembut beledu itu menyadarkan Jaehyun dari lamunan sintingnya. Ia mengusap punggung tangan Taeyong lalu mengecupnya dengan lembut.

"Ya sayang?" kini Jaehyun sedang duduk di sisi kasur Taeyong. Lagi pula Taeyong hanya memiliki perban di mata, lelaki cantik itu bahkan tidak memakai infus.

Menghela nafas. Taeyong membalas genggaman tangan Jaehyun dengan begitu erat. "Aku.. Takut.."

"Apa yang membuatmu takut?"

"Aku tidak tahu." Taeyong hanya merasa gundah, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Benarkah keputusannya untuk mengoperasi mata sudah tepat? Karena rasanya Taeyong merasa mual sekarang.

Kedua sudut bibir Jaehyun terangkat; membentuk senyuman lembut. "Ada aku disini, tenang saja, semuanya akan berjalan dengan baik." gumamnya lalu menarik tubuh Taeyong ke dalam pelukan, ia mengusap punggung Taeyong dengan sayang. Sedangkan lelaki cantik itu sudah menyandarkan kepala pada bahu Jaehyun.

Menurut Taeyong, tidak ada tempat senyaman bahu dan dada Jaehyun. Mungkin takdir memang memutuskan mereka berdua untuk bersama, oleh karena itu, Taeyong rasanya tidak akan pernah bisa hidup tanpa Jaehyun di sisinya.

Lima menit berlalu, tidak ada obrolan. Hanya ada deru nafas masing-masing yang mengisi ruangan serba putih itu, detak jantung Taeyong yang berdegup kencang kini sudah kembali normal berkat pelukan lembut Jaehyun. Ia sungguh sangat beruntung memiliki Jaehyun di hidupnya. Bahkan Taeyong rela menukar semua hartanya demi Jaehyun.

Kemudian pintu kamar milik Taeyong di ketuk dan dokter muncul di balik pintu kayu itu. Ia tersenyum saat melihat Taeyong yang berada di pelukan Jaehyun.

"Maaf menganggu, tapi aku harus melepaskan perban di mata Tuan Lee sekarang," ujar Dokter itu lembut membuat Jaehyun akhirnya melepaskan pelukan mereka walau enggan.

Nafas Taeyong memburu, tubuhnya kembali tegang. Jaehyun yang menyadari hal itu kembali menggenggam sebelah tangan Taeyong dan mengusapnya dengan penuh perasaan, ia menguatkan Taeyong.

Dokter berjalan mendekati Taeyong bersama satu orang suster di belakangnya. Ia menyentuh perekat yang ada di belakang kepala Taeyong. "Siap Tuan Lee?"

[1] Truly Madly Deeply《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang