-10-

114 21 10
                                    

Hari yang sibuk. Rasa-rasanya badan Woojin sudah mau remuk. Bangun kesiangan, tertinggal bus dan terlambat masuk. Tolong jangan lupakan Jihoon yang seharian terus merajuk. Jika ia tidak memikirkan nilai ujiannya yang kurang, tentu Woojin akan sangat rela pulang memanjakan kantuk.

Woojin memilih abai pada presentasi seorang teman di depan sana yang sejujurnya hanya membuatnya sepat. Pikirnya menerawang sedikit, mengingat jadwal Guanlinnya yang padat. Anak itu punya kelas pagi, juga jadwal malam yang berat. Pergi terburu-buru, hingga membangunkan Woojin pun tak sempat. Untungnya keabsenan Guanlin di lingkar sosialnya hari ini membawa manfaat. Jadi setelah kelas, Woojin bisa jalan-jalan melepas penat.

Anak dengan gingsul lucu itu duduk manis. Merapat pada dinding, sesekali kelerengnya menatap jauh lalu lalang mahasiswa yang menerjang gerimis. Menit berikutnya ia menggerutu, merutuki ramalan cuaca yang membuat kesayangan Guanlin itu tampak miris.

Mengembus napas kesal ketika arloji di tangan kiri menunjuk angka lima lewat sedikit. Daya ponselnya habis, jadi ia memilih bangkit. Woojin yakin pulang sendiri menembus rintik tak semenakutkan debt-collector kartu kredit. Ya meski pun cuaca dinginnya mengigit.

Kawasan tempat tinggal mereka tak terlalu jauh memang. Hanya dua pemberhentian bus berselang. Setelahnya pun langkah kaki tak perlu banyak diulang. Beruntungnya Woojin cuaca mulai terang. Hingga ia bisa berjalan pulang dengan tenang.

Lampu ruang tengah sudah menyala. Maniknya mendapati Guanlin sudah duduk bersilang kaki dan menatapnya tajam seperti serigala. Napas kasar Woojin hela. Tuhan tolong selamatkan Woojin dari segala yang tercela.

Amin.























Sembilan hari dan saya baru menyelesaikan satu hng :")
Maafkan pikiran saya yang akhir-akhir ini sedikit tidak bersahabat. Doakan semoga saya bisa publish sesuatu di hari-menjadi-dewasa Woojin.

Selamat berakhir pekan~

rhymed [pancham]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang