-11-

111 11 6
                                    

Kelerengmu menyapu jalanan. Memerhati setiap eksistensi yang biasa terabaikan. Sekali kamu mengalihkan mata memeriksa penunjuk waktu di pergelangan sebelah kanan. Sudah empat tiga puluh delapan, lantas kamu mendengus pelan.

Suara cekikikan di balik punggung memancing pandangmu berbalik. Sepasang kekasih dengan jemari bertaut dan eskrim di cuaca yang sungguh terik. Ah, melihat itu membuatmu mengingat kembali kisah cinta kalian yang sedikit unik.

Ingatmu melayang pada pertemuan pertama yang terjadi di stasiun saat kamu baru kembali dari kampung halaman. Kilau petir yang menakutkan melengkapi hari hujan. Dan tidak membawa payung adalah suatu kesalahan. Ku anggap kamu ceroboh, namun payung biru besar kepadamu ia angsurkan. Niat baik pria itu memberimu tumpangan kau balas dengan senyuman. Batinmu paling tidak sampai halte kamu tidak akan kebasahan.

Yang kedua hanya berselang empat hari. Kamu peserta audisi, sedang pria itu menjadi juri. Sedikit gugup dirimu ketika seseorang yang kau kenal melihatmu menari. Bahkan setelah penampilanmu yang syukurnya berjalan baik, tanpa ragu kontrak besar kepadamu ia menawari. Dan tiada ragu bagimu menolak kesempatan yang sudah sepatutnya kau syukuri.

Tawamu mengudara mengingat yang terakhir. Orang bilang yang ketiga adalah takdir, pun kamu yang ketika itu berharap sejalan dengan yang mereka pikir. Tentu pria sepertinya akan sangat sayang jika hanya sekedar mampir. Wajah rupawan dengan hidung bangir. Ah, kamu cuma bisa berharap pada keberuntunganmu yang cuma segelintir.

"Hei, jangan senyum-senyum sendiri."

Di hadapmu ia berdiri berbalut mantel abu pudar. Mengulur tangan yang kamu raih kasar.

"Kamu lama sih."

"Maaf, tadi ada insiden sedikit. Ayo pulang."

Genggam jemarinya erat. Mengisi setiap ruang yang jarimu bisa buat. Seperti tidak mengizinkan celah menembus jalinan kalian yang begitu rapat. Seulas senyum ia angkat, menularkan rasa hangat.

Tuhan memang sejatinya selalu punya rencana aneh. Niatmu kala itu hanya tak ingin kuping pengang dengan karibmu yang gemar berceloteh.  Namun tak sangka ia turut hadir dan sejarah baru kalian toreh.






















Sebuah kisah lama yang baru ku selesaikan

rhymed [pancham]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang