-13-

75 9 0
                                    

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, namun kerut dalam di keningnya bikin teman-temannya khawatir. Oh ya, ini tentang Woojin yang datang dengan kacamata hitam besar dan terus menggigit bibir. Si berisik ambil tempat di antara Jaehwan dan Daehwi sambil pasang pose bak rakyat fakir. Padahal Daehwi yakin kakaknya itu punya banyak uang untuk sekadar mentraktir.

Jaehwan yang gemas bertanya pertama kali. Tapi Park itu tidak menjawab dan berlagak tuli. Daehwi kemudian bertanya sekali lagi, namun Woojin hanya menggerakkan lima jarinya meminta yang lebih muda untuk berhenti menimpali. Lagi-lagi Daehwi dapat tatapan bertanya dari Jaehwan yang hanya bisa ia jawab dengan gelengan satu kali.

Semua semakin membingungkan saat Guanlin dan Seonho tiba lalu duduk dengan mereka. Woojin melepas kaca mata hitamnya tampilkan mata sembab yang picu pekik kaget Jaehwan seketika. Penari handal satu itu tak mudah menangis, jadi Daehwi bertanya-tanya apa ada yang membuat kakaknya ini terluka? Tapi kekeh yang mengalun dari bibir yang paling muda membuat kepalanya makin pening menerka-nerka.

Lengan si Lai terjulur mencubit gemas pipi gembil Woojin yang berhadiah tepis kasar darinya. Bibir Woojin dikerutkan lagi merespons dua anak ayam bongsor dihadapannya. Tawa Seonho kini sudah berhenti namun dua eksistensi lain masih melempar pandangan bertanya. Lalu jadi hening, tak ada satu ucap lewati belah bibir kelimanya. Bahkan Jaehwan dan Daehwi hanya berkedip bingung, lupa bertanya sebab tawa adiknya.

"Terima kasih hiburannya Lin, Woojin hyung lucu sekali."

Ya, Seonho memang tak gunakan embel-embel kak untuk pemuda yang hanya beberapa bulan lebih tua. Senyumnya mengembang luar biasa bahagia.

Detik kemudian pemuda tujuh belas itu sodorkan tas kertas pada Woojin yang masih dalam mode tanpa suara. Memaksa yang lebih tua darinya itu menerima hadiah yang isinya tidak bisa Daehwi kira. Satu-satunya Lee di sana tak lagi dapat membendung tanya dan akhirnya angkat bicara.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Hanya tingkah usil Seonho sampai Woojin hyung menangis semalaman dan mogok bicara."



























































Di selesaikan dalam lima belas menit. Variasi katanya tak begitu bagus tapi mood menulisku sedang luar biasa bagus. Berbanding terbalik dengan ketakutanku yang meraja lela hehe.
Selamat hari selasa, semoga tingkah bodoh kita dikurangi di masa depan. Amin.

rhymed [pancham]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang