10. Kamu, Aku, dan Sirkus

259 34 3
                                    

Ingatkah kamu? Kita berdua suka bicara tentang sirkus. Tentang mereka yang mempertaruhkan semuanya hanya dengan seutas tali. Mereka yang suka bermain pisau, tanpa takut sakit. Mereka yang bercanda dengan ketinggian, membuatnya disoraki riuh rendah keramaian.

Dan aku tidak menyangka, kamu juga ternyata pintar bermain sirkus.

Ketika kamu dengan percaya diri, membiarkan tubuhmu dipeluk udara, dan disoraki riuh rendah oleh keramaian. Mempercayakan pada gravitasi, yang jelas kamu tahu itu pilihan buruk.

Tapi, mau bagaimana lagi. Mungkin itu hukuman untukmu karena sudah mengacaukan sirkusku. Mungkin kalau kamu saat itu tidak datang, menarikku menjauh dari ketinggian, dan merebut sorakan ramai yang saat itu harusnya untukku, akulah yang akan menari dengan angin.

Ingatkah kamu? Ketika kamu bilang suka dengan suaraku. Padahal, aku hanya menyuarakan tangisanku, dan melupakan kalau aku sangat ingin bermain sirkus. Sampai ketika kamu datang, dan aku benar-benar ingin melupakan sirkus.

Kamu yang paling berharga untukku, kamu yang membuatku menjauhi pikiran tentang sirkus. Kamu membuatku memimpikan mimpi yang paling indah tiap malam.

Tapi kamu, yang membuat suara di kepalaku kembali membuncah, meneriaki kalau aku tidak pantas dengan manusia sempurna sepertimu.

Aku kembali ingin bermain sirkus.

Apalagi ketika kamu memainkan sirkus yang tidak ingin kamu mainkan, demi agar aku tidak bermain sirkus. Aku memang pantas, untuk bermain sirkus. Tapi tidak denganmu, kamu bukan pemain sirkus.

Makanya sekarang, ulurkan tanganmu padaku, keduanya. Aku akan menggapaimu, terbang menujumu. Aku akan memberimu segalanya tanpa ragu.

Iya, aku sudah yakin akan bermain sirkus. Mungkin tidak sepertimu yang bercanda dengan ketinggian. Ingat kan, hari itu? Ketika aku akan memainkan sirkus pertamaku, kamu menatapku nanar yang sedang tersenyum padamu. Memantapkan langkah kakiku, meskipun aku sangat takut. Aku pikir tidak ada yang lebih bersinar daripada kita saat malam itu. Karena aku senang, dapat tahu perasaanmu yang sebenarnya padaku, meskipun itu tidak akan mengentikan sirkusku malam itu.

Tapi tetap saja, bukan aku yang bersirkus malam itu.

Tapi aku akan bersirkus malam ini.

Dengan seutas tali yang mampu membuatku mempercayakan hidupku padanya. Dengan gaun pemberianmu, yang merupakan kesukaanmu. Wajahku masih memanas ketika kamu bilang aku paling cantik mengenakannya.

Genderang sudah ditabuh, kini saatnya aku memainkan sirkusku. Gaun mekar seperti bunga, dan aku menari di udara, sepertimu, tapi aku tidak sebebas kamu. Tapi ini tidak menggangguku, aku senyaman berjalan di atas awan. Aku menujumu! Dengarkah kamu? Aku menujumu!

Tidak ada yang lebih indah dari sirkusku. Semakin bahaya, semakin aku memberanikan diriku untuk bertaruh. Aku akan bersinar lebih dari sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABERASI: Jiwa-Jiwa Dungu yang TersasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang