Aku suka angin laut yang semilir.
Aku suka bau pantai yang menyejukkan.
Aku suka ombak laut yang bergemuruh dengan gagah.
Aku suka saat kakak membawaku ke pantai tiap liburan sekolah.
Aku suka ketika dia membiarkanku duduk di bagian depan jetsky dan membiarkanku mengendarainya.
Aku suka ketika air laut menciprati wajahku yang sedang berseri karena begitu bangga bisa mengendarai jetsky.
Aku suka ketika kakak memuji kepintaranku karena bisa bermain jetsky.
Aku suka ketika kakak menggenggam tanganku untuk berlari mengejar air laut yang ingin kembali ke tengah.
Aku suka ketika kakak memeluk tubuhku dengan erat saat ombak laut menggulung tubuhku yang mungil.
Aku suka ketika kakak berjemur di pantai sembari memamerkan tubuhnya yang aduhai.
Aku suka ketika kakak mengatakan bahwa aku adalah putrinya kepada pria-pria yang terpesona pada tubuh dan kecantikannya.
Aku suka pada kakak yang tidak perduli dengan para pelanggangannya saat sedang berlibur di pantai bersamaku.
Aku suka, dan aku benci untuk suka. Aku benci, karena aku rindu kakak yang tidak ada lagi.
"Aku suka laut, aku suka pantai" Kata Elang setengah berbisik.
Kami duduk bersama, berdampingan menatap laut malam dengan anginnya yang sanggup menggontaikan tiap helai dauh kelapa.
Aku memandang Elang yang sedang asik memandang pada laut yang luas.
"Kalau aku, suka kamu" Kataku berbisik.
Elang tersenyum manis. Lebih manis lagi karena si lesung pipi itu kembali mencuat.
Elang merapikan helaian rambutku yang tersibak angin laut hingga menutupi bagian wajah. Dengan lembut dia membelai pipiku lalu mendekatkan wajahnya padaku. Dapat kurasakan deru nafasnya yang makin cepat. Perlahan di dekatkan bibirnya ke bibirku. Mengecup bibirku dengan lembut sembari mengirimkan hangat tubuhnya dengan usapan lembut jemari tangannya di tengkukku.
Aku mencoba membersihkan bekas lipstik yang menempel di bibir Elang dengan jemariku, lalu dia mengecup jemariku dengan lembut. Dengan cepat dia mengecup bibirku lagi seakan tidak ingin melepaskannya barang sekejap.
Ah, aku suka ciumannya. Aku suka senyumnya, dan mungkin aku juga suka padanya.
"Hati-hati di jalan" Kataku menyudahi perjumpaan kami di malam itu.
Elang masih duduk di atas motornya yang di parkir di depan apartemenku.
Dia masih menggenggam tanganku dengan erat sambil menatapku dengan manja, seperti seorang anak yang enggan di tinggalkan ibunya yang akan berangkat kerja.
"Aku tidak ingin berpisah" Katanya manja.
"Trus mau apa?" Tanyaku menggoda.
Elang menaikkan alisnya, seakan menunjuk pada kamar apartemenku.
"Aku gak boleh naik dulu, ya" Pintanya.
Aku mendekatkan tubuhku padanya. "Aku belum bilang ya. Aku tinggal sama temen disini. Kami patungan bayar sewanya, dan kita cuma punya satu kamar"
Elang mengangguk mengerti.
"Berarti malam ini memang harus berakhir sampai disini" Katanya lemas.
Wajahnya berubah sendu.
Aku mendekatkan lagi tubuhku padanya. Melingkarkan tanganku ke lehernya, membiarkan dia memeluk tubuhku dan mengapitnya dengan kedua pahanya. Dengan lembut aku mencium bibirnya yang manis.
"Aku akan mengakhiri malam ini dengan manis" Kataku berbisik.
"Sepertinya kau sibuk berkencan hingga lupa memberi kabar" Kata seorang pria yang tiba-tiba muncul di dalam lift ketika aku akan kembali ke kamar apartemen.
"Belum ada kabar yang bisa kusampaikan" Kataku ketus.
"Aku tahu!! Karena kau sibuk menikmati ciumannya daripada mencari tahu apa yang perlu kami tahu" Kata pria itu dengan nada tinggi.
"Hey bung. Apa pendahuluku pernah ada yang sedekat itu dengannya?!" Tanyaku marah. "Pernah?? Aku rasa tidak, makanya kalian rela membayarku mahal untuk melakukan tugas ini" Kataku pada pria itu dan juga wanita tua di sebelahnya.
"Kami mengerti" Kata wanita itu angkat bicara.
"Bagus. Kalau gitu jangan campuri bagaimana caranya aku mendapatkan apa yang kalian inginkan" Kataku kesal.
"Kami di kejar waktu" Kata wanita itu pelan. "Semakin lama kau bekerja, semakin banyak juga nyawa yang melayang"
Aku mengangguk mengerti.
"Bantu aku cari tahu siapa itu 'paman'. Kirimkan detailnya ke email, dan...jangan buntuti aku lagi" Kataku sebelum pintu lift itu menutup kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
RomanceAku bisa menjadi siapa saja, aku bisa menjadi apa saja. Aku akan melakukan apa saja asal bayarannya tepat, tidak kurang, tidak lebih. Tepat. Aku bisa jadi pewagaimu, aku bisa jadi pelayanmu, aku bisa jadi kekasihmu, aku juga bisa jadi pesuruhmu, tap...