Part 7 - I love your lips

47 1 0
                                    

Sama halnya dengan data Elang. Sang Paman juga sulit di dapatkan datanya. Entah kenapa aku merasa data yang di kirimkan kepolisian ini hanyalah data buatan.

Lalu siapa sebenarnya paman?

Menurut google, ayah dan ibu Elang adalah anak tunggal, jadi tidak mungkin 'paman' adalah benar-benar paman kandung dari Elang.


Hari ini jadwal pemotretan dan berlokasi di perusahaan Elang. Aku harus bisa memaksimalkan jadwal ini untuk mendapatkan kabar yang diminta wanita itu.

Seorang pria berwajah tirus dengan tahi lalat di kening kirinya datang menemuiku. Dengan gamblang dia mencoba menerangkan nama obat-obatan yang harus aku iklankan beserta komposisi dan kegunaanya.

Aku hanya mengangguk-angguk sambil sesekali mengatakan 'ya' seakan mendengarkan dengan penuh apa yang sedang dia sampaikan.

"Pak Elang gak datang?" Tanyaku langsung saat menemukan celah untuk bisa memotong kata-katanya.

"Sepertinya tidak. Biasanya Pa Elang gak pernah datang ke sesi pemotretan" Katanya menerangkan.

"Kalau pamannya?"

Pria itu mengernyitkan dahinya begitu pertanyaan itu aku lontarkan. "Paman siapa ya?"

"Pamannya Pa Elang" Kataku lagi menegaskan.

"Mungkin direktur penasihat ya maksudnya?" Tanyanya memastikan.

"Iya mungkin"

"Beliau juga tidak pernah datang di acara seperti ini"

"Ooo begitu. Tapi, saya baru denger ada jabatan direktur penasehat"

Pria itu melirik kekanan dan kekiri kemudian menggeser duduknya mendekatiku.

"Beliau tangan kanan Pa Elang makanya jabatan baru di buat khusus untuk dia" Katanya pria itu setengah berbisik.

Aneh, kenapa dia harus berbisik saat membicarakan orang itu. Sepertinya bukan hanya Elang, tapi orang lain di perusahaan ini juga takut padanya.


Elang : Bagaimana pemotratanya?

Sebuah pesan masuk ke What's Up milikku.

Aku : Melelahkan, tapi juga fun. Mungkin akan tambah menyenangkan kalau kamu datang.

Elang : Aku tidak pernah datang ke acara seperti itu. Gak enak kalau aku tiba-tiba muncul. Nanti mereka mengira ada sesuatu di antara kita.

Aku : Oh really? Aku pikir memang ada sesuatu di antara kita. Ternyata hanya perasaanku saja.

Elang : Bukan itu maksudku... 😭

Aku : Aku tahu 😁 Aku hanya ingin menggodamu.

Elang : Mungkin kau bisa datang ke kantorku dan menggodaku secara langsung.

Aku : Hmmm...lantai berapa?

Elang : 25. Belok kanan dari pintu masuk. Kantorku tepat di ujungnya.

Aku : Ok, I'll try.

Elang : I will wait, so I hope you really come.

Sebuah pesan singkat aku kirimkan. Semoga Elang segera meninggalkan kantornya setelah aku katakan tidak bisa datang. Aku harus mengakses komputernya dan melakukan apa yang di perintahkan wanita itu.

"Baiklah..." Kataku sembari menghela nafas panjang.
Dengan keyakinan penuh aku mendatangi kantor Elang meskipun dia tidak juga membalas pesan yang sudah kukirimkan.

Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang