'Kau mungkin tidak terlahir dari rahimku, tapi percayalah aku mencintaimu seperti aku pernah melahirkanmu'
Kata-kata kakak terngiang jelas di telinga dan berhasil membuat jantungku seperti melompat. Sudah cukup lama aku tidak memimpikan wanita jalang itu. Kenapa justru akhir-akhir ini jadi terus saja mengingat tentangnya. Mengingat senyum manisnya, bahkan kata-kata yang pernah di ucapkannya.
"Are you Ok?" Tanya Elang sambil mengelus keningku yang berkeringat.
"Ya...I'm fine" Kataku lalu memperbaiki posisi duduk setelah tertidur di dalam mobil milik Elang.
"Mimpi apa, sampai tegang gitu?"
"Entahlah, gak jelas"
Elang menggenggam tanganku dengan tangannya yang sehangat mentari pagi.
Ini adalah kencan rahasia kedua kami.
Elang kabur dari kantornya dengan alasan komputernya yang sedang dalam perbaikan. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa teknisi-teknisi yang datang ke kantornya adalah polisi yang sedang menyamar dan mencoba mengumpulkan data tentang kejahatannya yang tersembunyi.
Dan entah kenapa, aku masih tidak percaya jika pria selembut Elang mampu menjadi manusia jahat. Baik itu wajahnya maupun kelakuannya sangat tidak mencerminkan sebagaimana orang yang tega melukai orang lain.
Aku sengaja mengiyakan sewaktu Elang mengajakku liburan hari ini. Wanita itu akan merasa lebih aman jika pemilik komputer yang sedang di obrak-abriknya jauh dari kantornya. Tapi anehnya, Elang sama sekali tidak merasa cemas komputernya di bongkar orang lain. Jika memang banyak hal menggerikan yang dilakukannya melalui komputer itu, harusnya dia mendampingi atau sekedar mengirimkan orang untuk mendampingi para teknisi itu.
Sekali lagi, aku masih tidak percaya.
Dengan sebuah speed boat dari pantai marina menuju sebuah pulau kecil di kepulauan seribu kami melanjutkan perjalanan. Elang bilang itu private island dan hanya orang-orang tertentu yang bisa datang ke tempat itu. Dan benar saja, pulau ini terlihat sangat mewah dan tertutup untuk masyarakat umum.
Beberapa cottage dengan atap terbuat dari daun kelapa yang kering terlihat berjejer rapih di bibir pantai. Harum bunga lavender tercium ketika pintu salah satu cottage yang kami sewa di buka. Sebuah ranjang besar dengan hiasan bunga mawar merah di atasnya tampak sangat cantik dan menggoda. Gantungan jendela yang terbuat dari kerang terus berbunyi ketika angin laut menyapanya. Aku suka tempat ini, aku suka pantai, dan aku suka karena dia yang berada di sampingku saat ini.
Kami berjalan kaki mengelilingi pantai sambil bertelanjang kaki. Menikmati butiran pasir putih yang terasa lembut menggelitik di sela-sela jari. Angin yang terus bersemilir seakan menyibakkan keluh kesah dan hanya menyisakan senyum yang tak akan pudar. Entah kenapa aku merasa tenang saat menggenggam tangannya. Entah kenapa aku merasa nyaman saat bisa mendekapnya. Dan entah kenapa dia harus menjadi orang jahat yang dicari-cari oleh polisi.
Sebuah makan malam romantis sudah disiapkan oleh petugas cottage. Elang memesan paket bulan madu jadi kami di perlakukan seperti pasangan yang baru saja menikah dan sedang mengecap manisnya kebersamaan.
Sebotol wine dari tahun 1990 di tuangkan ke dalam gelas. Matahari yang mulai terbenam menambah keindahan suasana di senja itu. Tangan Elang yang hangat masih menggenggam tanganku seakan tidak ingin melepaskannya lagi. Dapat kupastikan jika aku tidak akan mampu menolak jika dia ingin bermain-main dengan tubuhku malam ini.
Sambil duduk di atas pangkuannya, kami menikmati puluhan kembang api yang di nyalakan oleh petugas cottage saat itu. Beberapa buket bunya mawar juga di bagikan kepada pasangan yang sedang menikmati liburan di tempat itu. Wah, ini sungguh liburan kalangan atas yang uangnya tidak terbatas. Para tamu hanya perlu menikmati suguhan yang di sajikan tanpa perlu bersusah payah untuk mendapatkannya.
Aku merangkul leher Elang dan mengecup bibirnya dengan manja.
"Terima kasih telah membawaku tempat indah ini" Bisikku ke telinganya.
"Terima kasih sudah menemaniku" Bisiknya lagi.
"Have a nice sleep" Kata Elang mengantarkan aku ke atas ranjang lalu berjalan pergi meninggalkanku sendiri.
Whattt!! Kenapa dia pergi.
"Kamu mau kemana?" Tanyaku sambil mengikutinya meninggalkan kamar tidur.
Elang berjalan menuju dapur dan mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari es lalu meminumnya. Uh, dia terlihat sangat sexy ketika meneguk air itu.
"Haus juga?" Tanyanya bingung melihatku mematung memandangnya.
Aku mengangguk sambil mendekatinya dan mengambil botol air minum itu dari tangannya.
Elang mengangkat tubuhku dan menudukkanku di atas meja makan yang terbuat dari marmer berwarna hitam.
"Aku cuma mau minum. Gak kemana-mana kok" Katanya lalu.
Aku tersenyum malu.
Elang menatapku lagi, dengan matanya yang tajam dan sulit untuk kuartikan.
"Aku akan tidur di sofa, jadi kamu bisa tidur di kamar dengan tenang" Katanya.
"Loh kenapa?"
"Kenapa?" Tanya Elang yang kali ini bingung.
"Kenapa di sofa?" Tanyaku lagi memperjelas.
Elang mengusap lembut lenganku. "Aku takut tidak bisa menahan diri" Katanya menggoda. "Kamu kan maunya pelan-pelan. Bertahap. Selangkah demi selangkah" Katanya lagi.
Ah tidak. Dia menggunakan alasanku untuk menggodaku.
Aku menarik kaos Elang agar tubuhnya mendekatiku. Kuapit pinggangnya dengan kedua kakiku dan kucium bibirnya yang tebal dengan penuh gelora. Aku tidak perduli jika dia manusia jahat, toh akupun bukan malaikat baik hati ataupun seorang peri. Aku hanya ingin menikmati malam ini dengan sempurna. Menikmati tiap sentuhan ketika jari jemarinya menjalar di setiap lekuk tubuhku, melebur dalam kecupan bibirnya ketika dia menciumku tanpa henti, dan meleleh lewat desahan nafasnya yang nikmat ketika dia melepaskan hasratnya yang membucah.
I want you and I love to be out of control with you, tonight.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
RomanceAku bisa menjadi siapa saja, aku bisa menjadi apa saja. Aku akan melakukan apa saja asal bayarannya tepat, tidak kurang, tidak lebih. Tepat. Aku bisa jadi pewagaimu, aku bisa jadi pelayanmu, aku bisa jadi kekasihmu, aku juga bisa jadi pesuruhmu, tap...