Part 12 - Tantri

21 1 0
                                    

Aku mengenal suara itu...
"Kakak...kakak..." Kataku memanggil mencari sumber suara.

"Jadi nona memang anak itu" Kata paman berjalan mendekatiku.

Apa ini?! Apa maksudnya?! Apa ini jebakan. Apa itu bukan suara kakak.

"Apa maksud anda?" Tanyaku bingung.

"Kau! Anak yang di besarkan Tantri kan" Kata paman menunjuk tepat padaku.

"Siapa anda? Bagaimana anda bisa mengenal Tantri?!" Tanyaku tambah bingung.

Paman tertawa terbahak-bahak seolah sedang menyaksikan acara lawak yang sangat lucu.

"Apa kau datang dengan sengaja? Atau...ini memang takdir yang menggelikan" Kata paman kemudian.

Aku mengernyitkan dahi, mencoba memahami kata-katanya tapi...nihil.

"Aku tidak mengerti maksud anda"

Paman kembali duduk sambil menyimpan senyum di bibirnya.

"Pergilah" Kata paman santai. "Entah itu sengaja atau tidak, Tantri adalah penyebab kematian orang tua Elang. Dan sungguh tidak tahu malu kalau kau masih berniat bersamanya"

Aku terduduk begitu saja. Tubuhku tiba-tiba terasa lemas meski aku sendiri tidak tahu kenapa sebabnya.
Teka teki apa ini. Apa urusannya Tantri dengan orang tua Elang. Dan, bagaimana Paman bisa tahu tentang Tantri, bagaimana dia bisa tahu tentangku...

"Pergilah dan katakan pada Tantri untuk berhenti mencampuri urusanku" Kata Paman tegas. "Kalian tidak akan bisa membodohi aku lagi"

Aku masih terdiam, sekali lagi mencoba mencerna kata-kata pria yang berwajah bijaksana tapi berhati iblis ini.

"Pelacur..." Kata Paman bergumam.

"Apa!!" Kataku kesal.

"Kakak dan adik, sama-sama menjadi pelacur keluarga ini" Kata pria itu sambil pergi berlalu meninggalkan aku di ruangan besar itu.

Mungkin aku harus menemui Elang.
Bisa jadi dia menjauhi aku karena masalah ini. Mungkin, dia juga tahu dimana kakak saat ini.

"Ada yang harus aku bicarakan?" Kataku memohon.

"Aku sibuk" Kata Elang lalu menutup telepon.

Tidak salah lagi. Elang memang sedang menghindariku. Tapi aku tidak bisa berhenti sampai disini. Bukan karena uang yang sudah aku terima dari wanita itu, tapi karena aku ingin tahu apa yang terjadi pada kakak. Mungkin aku bisa mengerti alasan kakak menghilang tanpa memberikan kabar hingga saat ini. Mungkin...aku juga bisa menemukan kakak lagi.

"Aku akan menunggu"
Begitu isi pesan singkatku pada Elang.

Ya...aku menunggu dan masih menunggu meskipun dia tidak membalas pesanku sama sekali.
Aku menunggu, walaupun aku tahu menunggu itu menghabiskan waktu percuma. Walaupun aku tahu mungkin dia tidak akan datang, tapi aku akan tetap menunggu demi sebuah keyakinan bahwa aku bukan hanya tempat singgah. Bahwa aku, mengisi ruang di hatimu yang kosong dan bukan hanya sebagai pelepas dahaga ketika kau butuh seteguk air dalam perhentian sementara. Demi keyakinan itu, aku percaya kau akan datang untuk menjelaskan, untuk meluruskan, untuk menyamakan cerita kita.

Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang