Selesai menjemur baju, Swara menghampiri Sigit yang terus diam mengamati Jackie—motor Honda CB kesayangan pria itu. Sudah dari tadi Jackie dimandikan oleh pemiliknya. Bahkan tubuhnya sudah mengkilap karena dilap berkali-kali.
“Nggak ke pasar, Mas?”
“Nanti.”
“Udah jam tujuh, lho.” Karena tidak mendapat respons yang baik, Swara memilih berlalu ke dalam rumah.
Sigit baru menoleh saat Swara sudah menghilang di balik pintu. Pria itu mendesah pendek. Menepuk pelan boncengan Jackie, Sigit berlari pelan menyusul Swara.
“Aku mau jual Jackie kayaknya.” Sigit langsung mengutarakan pikirannya begitu melihat Swara. Tak peduli wanita itu sudah membawa handuk dan pakaian ganti untuk mandi.
“Lho, kenapa?” Swara batal berbelok ke pintu kamar mandi. Lebih memilih mendekati Sigit agar lebih enak bicara. Soal respons pasif dari Sigit tadi, tidak terlalu dibawa pusing oleh Swara. Hidup bersama, mereka harus menerima satu sama lain. Mau bagaimana pun pasangan kita. apalagi kasusnya seperti Swara yang menikah tidak lama setelah perkenalan. Pasti ada saja di antara mereka yang mulai muncul satu persatu.
“Kayaknya Jackie nggak cukup buat keluarga kita nanti.”
Swara mengernyit bingung.
“Seenggaknya aku harus punya mobil kalau mau punya lima anak.”
Sebuah dengusan keras langsung lolos dari hidung Swara. Tanpa mau peduli dengan kelanjutan kalimat Sigit, Swara berbalik dan berjalan cepat ke kamar mandi. Yang diungkapkan Sigit tadi adalah salah satu hal yang sering diperdebatkan oleh mereka berdua.
Yang berang saja! Sigit mau punya lima anak! Mana sudi Swara. Dia pikir, Swara itu kucing?
[.]
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD
Romance[SUDAH DIREVISI] Menikah muda sungguh bukan suatu hal yang pernah ia bayangkan dan akan ia lakukan. Swara hanya ingin menuntut ilmu setinggi mungkin dan menjadi orang yang sukses untuk mengangkat derajat keluarganya dengan menggunakan tangannya send...