Lisa menghela napas beratnya. Bahkan meletakkan pena di tangannya begitu saja setelah dirinya akhirnya selesai mengerjakan essay sebagai hukumannya.
Pandangannya melirik pada jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam 6 sore dan dengan cepat ia memilih untuk membereskan seluruh barang-barangnya dan setelahnya menyampirkan tasnya pada bahunya.
"Kumohon, ssaem."
Langkahnya terhenti begitu saja ketika mendengar suara yang menurutnya sangatlah menjijikkan itu. Dan di sana ia menemukannya.
Jung ssaem, sang guru berkacamata yang mengajar matematika di kelasnya. Kini tengah berdiri di depan meja seorang guru yang tak lain adalah seorang guru magang yang baru saja dua hari mengajar di kelasnya.
"Untuk apa guru culun itu di sana?" Gumamnya.
Dan rasa penasaran itu mendatanginya. Kini dengan mengendap-ngendap menambah langkahnya untuk mendekat.
Tidak. Lisa bukan ingin menguping. Hanya ingin mendengar saja pembicaraan keduanya.
"Aku yang akan mentraktirmu. Lagipula, kulihat sepertinya kau sudah selesai mengerjakan semua tugasmu."
Seokjin hanya tersenyum. Memasukkan buku terakhir yang ia genggam sebelumnya ke dalam tasnya. Kini memfokuskan perhatiannya pada Jung ssaem di sana yang masih berdiri di depan meja kerjanya.
"Maaf, Jung Ssaem. Tapi hari ini, aku harus pulang cepat. Maaf kembali karena harus menolak ajakanmu."
Jung Ssaem nampak merasa kecewa di sana. Tapi ia tak punya pilihan lain selain hanya mengangguk. Sepertinya, ia sedikit memaksa tadi ketika mengajak Seokjin. Bisa-bisa, pemikiran Seokjin tentang dirinya akan berubah buruk. Tidak. Ia tidak mau.
"Baiklah kalau begitu. Dan maafkan aku karena membuatmu tak nyaman, Ssaem."
"Tidak apa. Kalau begitu, aku pergi lebih dulu."
"Pfft..."
Keduanya mengalihkan pandangan mereka ketika tak sengaja mendengar suara seseorang yang baru saja tertawa pelan. Dan menemukan Lisa di sana yang masih berusaha untuk tak mengeluarkan tawanya dengan keras.
"Lalisa? Apa yang kau lakukan di sana? Kau menguping pembicaraan gurumu?"
Jung Ssaem nampak berusaha untuk terlihat marah saat ini. Tentu saja. Bagaimana jika Lisa mendengar semuanya? Mendengar bagaimana ia begitu menginginkan Seokjin agar ikut bersamanya untuk makan malam? Bisa-bisa, reputasinya hancur di depan muridnya sendiri. Apalagi Seokjin lagi-lagi menolak ajakannya.
Lisa berusaha menetralkan dirinya. Lalu setelahnya membungkukkan badannya sebagai hormatnya pada kedua gurunya itu.
"Maaf, Ssaem. Aku tak sengaja. Lagipula, ini salah Ssaem juga. Setidaknya, kecilkan suaramu jika kau ingin berbicara hal yang lebih pribadi." Ucapnya. Lalu mengerlingkan matanya pada Jung Ssaem di sana yang kembali menampakkan raut wajah marahnya. Tentu saja. Lisa baru saja bersikap tak sopan padanya tadi.
"Oh, sepertinya kehadiranku menganggu di sini. Baiklah, Ssaem. Aku akan pergi kalau begitu. Selamat sore, Ssaem."
Dan dengan itu, Lisa beranjak pergi dari sana. Masih berusaha untuk menahan tawanya agar tak lepas.
Sementara Seokjin di sana yang hanya diam, menatap pada kepergian Lisa. Ujung bibirnya tertarik untuk membentuk sebuah senyuman walaupun hanya senyuman tipis.
Dan pemandangan itu di dapat oleh Jung Ssaem. Ketika melihat Seokjin menatap pada Lisa yang sudah menghilang di balik pintu ruang guru.
Aneh. Tatapan pria itu entah mengapa membuatnya tak suka. Ada rasa kagum di sana. Namun Jung Ssaem bahkan tak bisa menjelaskan apa maksud dari tatapan Seokjin pada Lisa. Bahkan dengan rumus-rumus matematika yang ada di otaknya sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovely wedding ❌ jinlice
Fanfiction[18+] ✔ Lalisa Park, Masih sangat muda. Masih berusia 20 tahun dan baru saja naik tingkat 3 Sekolah Menengah Atas. Tapi ia sudah akan dinikahkan dengan seorang pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya. ----- ©iamdhilaaa, 2018