Chapter 32

2.9K 244 8
                                    

Kedua mata itu mengerjap, perlahan mulai membuka karena cahaya sinar matahari yang masuk melalui celah tirai jendela di kamar itu. Lalu pandangannya mulai mengelilingi, dan terhenti pada sosok gadis yang berada di sampingnya, yang tengah memeluknya saat ini dan masih terlelap. Bahkan sama sekali tak terganggu dengan pergerakannya yang sedikit beranjak hanya untuk menatap pada wajah cantik gadis itu yang terlelap.

Senyumnya terbentuk, menikmati apa yang tengah disajikan untuknya saat ini. Wajah gadis itu dalam lelapnya mungkin akan masuk ke dalam pemandangan kesukaannya mulai hari ini. Satu tangan gadis itu yang memeluknya saat itu ia genggam, mengecup telapak tangannya sekilas. Melirik ke arah gadis itu yang masih terlelap, belum terlalu terganggu dengan apa yang ia lakukan.

Kini ia memilih untuk merunduk, mengecup bahu polos gadis itu yang tak tertutupi oleh selimut yang keduanya kenakan saat itu. Lalu beralih mengecup dengan lembut keningnya. Bukannya terganggu dengan semua itu, malah lenguhan kecil yang gadis itu keluarkan dan memilih untuk melanjutkan tidurnya. Membuatnya tak mungkin untuk tak tersenyum karena sang kekasih begitu menggemaskan baginya.

Pandangannya terhenti pada jam di atas meja nakas, sedikit terkejut ketika waktu di sana menunjukkan pukul tujuh pagi. Itu berarti satu jam lagi dia memiliki waktu untuk bersiap dan menuju tempatnya bekerja.

Dengan berhati-hati, ia mulai beranjak dari atas tempat tidurnya. Terkadang menatap pada gadis yang masih terlelap itu dan menghela napasnya karena ia berhasil turun dari tempat tidurnya tanpa membangunkannya.

Ting Tong

Namun nyatanya, suara bel apartementnya saat itu membuat gadis itu sedikit terganggu. Terbukti dengan kedua matanya yang perlahan terbuka, melenguh kembali karena cahaya matahari saat itu mengenai kedua matanya. Dan pemandangan pertama ia yang dilihatnya adalah sosok yang begitu ia kenali. Tengah terburu-buru mengenakan seluruh pakaiannya.

"S-Selamat pagi."

Sapaan yang sebenarnya terdengar sangat canggung itu nyatanya masih bisa membuat Lisa merona. Semakin menarik selimut yang menutupi tubuhnya saat itu. Tak tahu saja jika Seokjin di sana berusaha mati-matian untuk tak tertawa karena tingkah gadis itu.

"Bagaimana tidurmu?"

"B-Baik."

"Mimpi indah?"

Lisa tampak berpikir sejenak di sana, sebelum akhirnya mengangguk menjawabnya.

"Aku akan ke depan dan mengecek siapa yang datang. Kau bisa bersihkan dirimu dulu."

Lisa kembali hanya mengangguk, pun dengan Seokjin yang memilih untuk mendekat dan mengelus kepala Lisa, sebelum benar-benar berlalu untuk keluar dari kamar. Meninggalkan Lisa di sana yang sudah seperti orang gila karena terus saja tersenyum mengingat perlakuan Seokjin padanya sebelumnya.

.

.

Seokjin sedikit terkejut di sana, sama seperti Taehyung yang saat itu beranjak untuk membuka pintu kamar kakaknya, pemuda itu juga keluar dari sana. Dalam hati Seokjin sedikit bersyukur, karena dirinya lebih cepat dari Taehyung sehingga adiknya itu belum melihat ke dalam kamarnya.

"Kenapa dengan raut wajahmu, hyung?"

"Huh?" Lalu memegang wajahnya sendiri. "Ada apa dengan wajahku?"

"Entahlah. Kau terkejut seperti tadi. Seolah kau ketahuan karena melakukan sesuatu."

Seokjin hanya mendengus. "Kukira apa. Aku hanya terkejut karena kau datang tiba-tiba. Kenapa tidak menelpon, huh?"

"Kebetulan aku lewat kemari. Dan aku teringat kau pernah menyuruhku untuk membelikanmu beberapa kaleng minuman soda." Lalu mengangkat kedua kantung plastik yang ia bawa bersamanya. "Ini dia."

lovely wedding ❌ jinliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang