Chapter 33

2.5K 241 14
                                    

"Bukankah dia tunanganmu?"

Seokjin menghentikan pekerjaannya saat itu, menatap pada sang pemilik cafe tempatnya bekerja, sekaligus merangkap menjadi sahabatnya itu. Mengikuti arah pandang sang teman pada Lisa di sana. Dan akhirnya mengangguk menjawabnya.

"Kau bilang tidak ada siapapun yang tahu kau bekerja di sini."

"Panjang ceritanya. Sudahlah, tak usah dibahas lagi."

Pemuda itu hanya mengangguk dan tak bertanya lagi, menatap pada Lisa di sana. Dan itu disadari oleh Seokjin, menyenggol lengannya dan membuatnya kembali menatap pada Seokjin setelahnya.

"Apa?"

"Aku yang seharusnya bertanya. Kenapa kau menatapnya seperti itu?"

Pemuda itu hanya mencibir, menarik kursi di dekatnya saat itu untuk ia duduki. Membuat Seokjin yang melihatnya hanya menghela napas sembari melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Jadi, kapan pernikahan kalian akan diadakan?"

Seokjin kembali menghentikan pekerjaannya, menatap pada temannya itu sebelum ikut duduk di sampingnya. Menatap pada Lisa di sana pula yang masih belum menyadari jika kedua tatapan pemuda itu menatap padanya ketika ia masih fokus dengan ponselnya.

"Apa menurutmu pernikahan ini sangat cepat?"

Pemuda itu menatap pada Seokjin, sebelum kembali mengalihkan pandangannya.

"Apa maksudmu?"

Kali ini, Seokjin menghela napasnya sembari merunduk. "Entahlah. Aku seperti menghalangi jalan hidupnya karena dia yang akan menikah denganku sebentar lagi."

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?"

Lagi, helaan napas itu Seokjin keluarkan. Kali ini ia mendongak, menatap pada Lisa di sana. "Di usianya saat ini, seharusnya dia masih bisa bermain dan menghabiskan banyak waktu dengan teman-temannya. Berbicara banyak tentang dimana mereka akan melanjutkan pendidikan mereka. Sedangkan dia harus dipaksa dan dijodohkan denganku. Tanpa sadar, akulah penyebab dirinya merasakan terkekang karena tak bisa melakukan apapun sesuai dengan keinginannya."

Pemuda itu hanya diam, mengerti dengan semua kekhawatiran Seokjin.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

Seokjin tak menjawab apapun. Namun mengalihkan pandangannya pada sahabatnya itu, seolah menyuruhnya untuk meneruskan ucapannya.

"Apa kau mencintainya?"

Untuk sejenak, Seokjin masih diam, sebelum akhirnya mengangguk menjawabnya.

"Lalu bagaimana dengannya? Apa dia juga mencintaimu?"

Lagi, Seokjin hanya mengangguk. "Ya, walaupun aku tak terlalu yakin. Karena di awal, dia tak terlalu menyukaiku. Tapi sekarang sudah lebih baik."

"Lalu, dimana lagi masalahnya? Kalian berdua sudah cukup mengenal satu sama lain. Sudah memiliki perasaan yang sama. Jika kau berpikir kau mengekangnya, lalu bagaimana dengannya? Apa dia berpikir jika kau mengekangnya?"

Seokjin masih diam, belum mengatakan apapun. Mencoba untuk mencerna semua ucapan temannya itu.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu itu. Jangan berpikir terlalu keras dan lanjutkan saja apa yang sudah kau jalani. Jika dia bahagia, kau pasti akan ikut bahagia, bukan?"

Seokjin menghela napasnya kembali, dalam hati ikut membenarkan ucapan temannya itu. Pemuda itu ikut menghela napasnya juga, menepuk bahu temannya itu seolah ikut menguatkannya.

"Aku yakin, kau dan dia bisa menjalani semua ini dengan baik. Aku tahu bagaimana sifatmu. Dia seharusnya beruntung karena akan menikah denganmu. Dan aku yakin, kalian bisa menjalani kehidupan pernikahan kalian dengan baik."

lovely wedding ❌ jinliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang