"Park Jimin, kemari kau."
Ny. Park yang sedang berada di dapur saat ini hanya bisa bernapas dengan lelahnya. Mendengar suara teriakan putrinya yang cukup melengking itu.
Sementara Rose dengan cepat turun dari tangga rumahnya. Mengejar seseorang yang menjadi penyebab mengapa ia menampakkan wajah semarah ini di pagi hari.
"Maafkan aku. Aku benar-benar tak sengaja."
"Kemari kau. Aku tidak mau tahu. Kau merusaknya, Park Jimin."
Aksi kejar-mengejar antara sepasang kekasih itu masih terus berlanjut. Hingga Ny. Park yang sedari tadi berada di dapur sudah tak tahan mendengar keributan keduanya di pagi hari ini.
"Apa yang kalian berdua lakukan?"
Jimin yang melihat Ny. Park dengan cepat bersembunyi di balik tubuh Ibu dari kekasihnya itu. Menatap takut pada Rose di sana yang masih memasang wajah marahnya.
"Bibi, tolong aku."
"Apa lagi memangnya yang kau lakukan?"
"Aku tidak sengaja. Sungguh, bibi."
Pandangan Ny. Park kini beralih pada putrinya. Seolah bertanya masalah apa yang dibuat keduanya hingga harus membuat keributan di pagi hari.
"Dia merusak lagi lukisan yang aku buat dua hari yang lalu untuknya."
Ny. Park menghela napasnya. "Astaga, eomma kira ini masalah yang besar. Sudahlah, maafkan saja Jimin. Kau bisa berikan dia lukisanmu yang baru."
"Tapi setidaknya, dia harus menjaganya dengan baik. Aku sudah susah payah membuatkan lukisan itu untuknya."
Ting Tong
Bunyi bel rumah itu membuat semuanya mengalihkan pandangan mereka. Ny. Park memilih untuk berlalu menuju pintu utama. Tentu saja untuk membukakan pintu bagi tamu di luar sana. Meninggalkan sepasang kekasih itu yang masih diselimuti aura peperangan.
Rose tak lagi mengejar Jimin kali ini. Membuat pria itu memberanikan dirinya untuk mendekat pada gadis itu. Walaupun ia juga sedikit waspada jika Rose nanti akan memukulnya.
"H-Hey, aku benar-benar minta maaf padamu. Maaf karena tak menghargai usahamu."
Rose masih belum bergeming. Membuat Jimin di tempatnya kini semakin mendekatkan dirinya untuk mempersempit jarak di antara keduanya.
"Rose, sungguh. Aku benar-benar tak sengaja merusaknya. Kau tahu bukan aku selalu menjaga semua lukisan pemberianmu? Aku memang bodoh hari itu karena dengan cerobohnya merusaknya."
Rose melirik pada jemarinya yang kini Jimin ambil untuk ia tautkan dengan miliknya.
"Jangan marah lagi. Kau terlihat tidak cantik lagi jika sudah marah."
"Cih, dasar perayu. Jika kau ceroboh lagi, bukan lukisan itu lagi yang rusak, tapi juga tanganmu. Kau mengerti?"
"Eyyy, jika kau merusak tanganku, siapa lagi yang akan kau genggam tangannya, hmm?"
Rose hanya mendecak mendengarnya. Namun sebuah senyuman terbentuk di wajahnya. Membuat Jimin yang melihatnya ikut tersenyum. Sembari kedua tangannya mencubit gemas kedua pipi milik kekasihnya.
"Auhhh, kalian berdua benar-benar sangat manis sekali."
Momen manis pasangan itu harus terpecah ketika mendengar suara yang tak asing di telinga keduanya. Menemukan Lisa di sana yang memasang senyum lebarnya menatap keduanya.
"Lisa? Kenapa kau kemari?" Nampak Rose terkejut dengan kedatangan sahabatnya itu. Tak terkecuali dengan Jimin, namun pria itu memilih untuk diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovely wedding ❌ jinlice
Fanfiction[18+] ✔ Lalisa Park, Masih sangat muda. Masih berusia 20 tahun dan baru saja naik tingkat 3 Sekolah Menengah Atas. Tapi ia sudah akan dinikahkan dengan seorang pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya. ----- ©iamdhilaaa, 2018