Lisa mendongak, ketika mendapati sebotol air mineral telah disodorkan padanya. Mendapati sosok Seokjin di sana yang kini sudah mendudukkan dirinya di sampingnya setelah memaksanya untuk mengambil botol mineral yang pria itu bawa sebelumnya.
"Seharusnya, kau pikirkan dirimu sendiri. Kau yang hampir kehilangan nyawamu, bukan aku."
"Tapi dari keadaan kita sekarang, kau jauh lebih memprihatinkan sehingga orang-orang akan salah mengira jika kau yang baru saja kehilangan nyawanya."
Lisa tak lagi menjawab, hanya menundukkan kepalanya sembari meremas botol air mineral di genggamannya.
"Aku memang merasa hampir mati tadi. Melihat kau yang berusaha menolong Taehyung dan hampir kehilangan nyawamu. Aku bahkan sudah berpikir bagaimana jadinya jika Taehyung tak bisa mengangkatmu ke atas."
Hanya helaan napas yang bisa Seokjin keluarkan saat ini. Ia juga ingin sekali menenangkan gadis di sampingnya. Setidaknya menggenggam tangannya dengan lembut dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi ia urungkan mengingat dimana keberadaan mereka saat ini.
"Aku baik-baik saja. Kau tak usah khawatir."
Dan di akhir, hanya kalimat itu yang bisa Seokjin berikan untuk menenangkan Lisa. Dan gadis itu yang hanya mengangguk untuk menanggapinya.
"L-Lalu, bagaimana dengan Taehyung?"
"Dia baru saja pulang setelah aku menelpon supir keluarga kami. Aku yang memberikan izin padanya. Kau juga sudah kuberikan izin untuk pulang. Jadi, biar aku telpon ibumu untuk menjemputmu kemari."
Lisa menggeleng dengan cepat. Menahan pergerakan Seokjin yang sudah akan menelpon Ibunya dengan ponsel pria itu.
"Tidak. Aku tak apa. Jangan telpon eomma atau dia akan semakin khawatir padaku."
"Kau yakin?"
Lisa hanya mengangguk, berusaha menampakkan senyumnya walaupun itu dipaksakan.
"Aku baik-baik saja. Kau tak tahu siapa aku? Apa ibuku tak pernah bercerita bagaimana kuatnya aku?"
Seokjin hanya bisa tertawa pelan, lebih terdengar seperti meremehkan.
"Ibumu hanya bercerita, bahwa ia memiliki satu orang putri yang begitu nakal. Tak pernah mendengar ucapannya dengan baik dan begitu cengeng. Lalu sifat manjanya yang akan keluar jika dia sudah sakit atau sedang dalam keadaan mood yang tidak baik karena datang bulan."
Kedua mata gadis itu hampir saja keluar karena sakit terkejut. Dalam hati mengutuk sifat Ibunya sendiri yang secara tak langsung membongkar seluruh aib milik putrinya sendiri.
"Kau gila."
"Tidak. Aku hanya mengulang kembali ucapan ibumu saat itu padaku."
Lisa semakin bertambah kesal di sana. Mungkin setelah di rumah nanti, ia akan langsung datang pada Ibunya dan memarahinya karena mulut Ibunya yang tak pernah bisa untuk dikontrol.
Sementara Seokjin yang melihat bagaimana gadis itu yang bergumam sendirian, benar-benar tak bisa untuk menahan senyumnya.
Lihat bagaimana menggemaskannya Lisa bahkan ketika ia sedang kesal. Rasanya, kedua tangannya begitu gatal hanya untuk mencubit kedua pipi yang sudah menggembung karena kesal tersebut.
"Kukira kau akan mati. Kau tak tahu betapa takutnya aku ketika melihatmu hampir saja kehilangan nyawamu."
"Kumohon, jangan pergi. Kau benar-benar sangat membuatku takut tadi."
Pria itu terdiam di sana, mengingat kembali ucapan Lisa saat itu ketika memeluknya. Ia tak tahu, apa maksud gadis itu mengatakan semua itu padanya. Apa karena rasa paniknya, atau memang ucapan itu berasal dari hati gadis itu yang begitu tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovely wedding ❌ jinlice
Fanfiction[18+] ✔ Lalisa Park, Masih sangat muda. Masih berusia 20 tahun dan baru saja naik tingkat 3 Sekolah Menengah Atas. Tapi ia sudah akan dinikahkan dengan seorang pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya. ----- ©iamdhilaaa, 2018