11

146 26 7
                                    

Pelataran kampus terlihat ramai dengan bisik-bisik perempuan. Dari banyaknya perempuan tersebut, yang mereka bisikkan rata-rata seperti 'wah, ini cowok apa patung?' 'fix bukan manusia' sampai ada yang bilang terang-terangan 'mas, udah punya pacar belum?'. Cowok itu cuma senyum senyum aja menanggapi apa yang dilihat dan didengarnya, seakan menikmati semua itu. Dari tadi yang dilakukannya hanya berdiri bersandar di mobilnya melawan panasnya sinar matahari. Entah siapa yang ditunggunya, padahal dia bisa menunggu di dalam mobil sambil menyalakan AC. Tidak ada yang mengerti tujuan cowok itu melakukan semua itu apa.

"Terus aja tebar pesona sana-sini. Pantes aja kampus ramai cewek semua isinya." Seseorang tiba-tiba muncul membuyarkan adegan senyum-senyumnya ke cewek-cewek.

"Oh Yasmine, udah keluar?" sapa cowok itu kaget melihat sosok yang ditunggunya.

"Sepertinya dokter Rafi ke sini buat tebar pesona ya sama cewek-cewek kampus? Wah parah kalau gini. Jadi selama ini aku apa?"

Cowok yang senyum-senyum di pelataran itu ternyata dokter Rafi. Pantas saja semua mata tertuju padanya. Siang ini dia janji ngajak Yasmine keluar. Hubungannya dengan Yasmine tetap baik walaupun cewek itu sudah keluar dari rumah sakit. Dokter Rafi cukup cerdas untuk tidak menyia-nyiaka cewek cantik seperti Yasmine.

"Kamu tetep yang jadi nomer satu dong, di hati aku." Ucapan manis dokter Rafi diiringi dengan tangannya yang membukakan pintu mobil untuk Yasmine.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Yasmine membalas sebuah gombalan dokter Rafi "Yah, gimana dong? Sayangnya di hati aku yang nomer satu bukan dokter Rafi," katanya dengan wajah pura-pura memelas.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil. Mereka menuju ke salah satu tempat perbelanjaan ternama ibu kota. Dokter Rafi yang ingin ke sana, Yasmine hanya menemaninya saja.

"Yasmine, manggilnya jangan dokter Rafi dong, kita kan gak lagi di rumah sakit. Biar lebih santai dikit gitu," kata dokter Rafi membuka percakapan dengan sedikit canggung. Mereka kini berjalan berdampingan memasuki tempat yang mereka tuju.

"Apa dong? Kalau dipanggil abang, aku kan udah punya banyak abang. Trus dokter Rafi terlalu ganteng dipanggil abang. Om Rafi gimana?" Yasmine mengucapkannya dengan nada bergurau. Dia tidak sungguh mengucapkan hal itu.

Dokter Rafi yang mendengarnya mendadak shock dan memberhentikan langkahnya.

"Jadi maksud kamu, wajah ini mirip om om gitu?" tanyanya memastikan.

"Kan dokter Rafi seumuran bang Josh, dan bang Josh juga udah tua. Cocok kok dipanggil om, hahaha."

"Yasmine, tolong jangan buat saya pingsan di mall." Dokter Rafi masih tidak menyadari kalau Yasmine sedang menggodanya.

Melihat reaksi dokter Rafi yang seperti itu, Yasmine semakin senang "Trus apa coba panggilan yang cocok buat dokter Rafi?"

Kini dokter Rafi kembali pada kesadarannya dan menjawab dengan percaya diri, "dipanggil sayang juga boleh. Cinta juga bisa. Tinggal pilih yang mana?"

"Iih gak lucu tau dok. Udah sana jalan." Tadinya yang menggoda duluan kan Yasmine, kenapa sekarang dia yang malu.

Mereka memasuki sebuah toko baju setelan untuk pria. Beberapa saat Yasmine tercengang dengan melihat nama brand yang tertera di atas pintu masuk. Pikiran bahwa dia dan dokter Rafi berbeda kelas sempat terlintas. Seharusnya dia tidak main-main dengan dokter Rafi.

"Ini gimana? Bagus nggak?" tanya dokter Rafi keluar dari salah satu bilik ruang ganti toko baju tersebut. Yasmine duduk di tempat yang disediakan menunggu dokter Rafi sedikit tidak nyaman.

"Oh bagus kok. Kelihatan keren," jawab Yasmine dengan tergagap. Seperti tidak ada ketulusan di ucapannya.

"Bentar aku coba yang satunya, ya." Dokter Rafi kembali masuk ke dalam bilik mencoba baju lain yang dipilih sebelumnya.

Blessure [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang