21

101 16 1
                                    

"Tolong ingetin aku kapanpun kalau aku cuma sayang sama kamu. Gak ada orang lain yang buat aku senyaman ini selain kamu."

"Badannya abang kok anget?" alih-alih merespon ucapan Rendi yang sangat tiba-tiba itu, Yasmine merasakan suhu tubuh Rendi yang meningkat. Yasmine buru-buru melepaskan pelukan Rendi kemudian tangannya memeriksa kening dan juga leher Rendi. Badan Rendi memang panas.

"Aku nggak apa-apa." Rendi menjawab dengan lemas.

"Gak apa-apa gimana orang badan panas gini. Yuk ke rumah sakit."

"Bentar lagi juga sembuh. Panas doang masa ke rumah sakit?" Rendi tetap mengelak.

"Trus mau abang apa?"

"Makan aja, kalian pasti belum makan siang," ajaknya mengalihkan pembicaraan. Yasmine mau tidak mau menurut pada akhirnya.

Kebetulan Joshua tidak bisa datang dan mereka memutuskan pergi makan siang bertiga. Joshua memberi kabar kalau pasiennya sedang banyak hingga membuat waktu istirahatnya tersita. Dia sempat mengucapkan selamat tadi pada Rendi. Lagi pula, yang membawa kado untuk Rendi adalah Bintang, jadi tanpa kehadiran Joshua pun tidak menjadi masalah.

Mereka sampai di restoran terdekat untuk makan siang. Yasmine bagian memilih menu karena Rendi dan Bintang ngikut aja. Yang bagian bayar terakhir ya Rendi. Dia melakukan itu sebagai tanda terima kasih juga sama Bintang yang repot hari ini karena dirinya dan Yasmine. Rendi merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bintang.

Makanan yang dipesan oleh Yasmine tiba. Rata-rata Yasmine lebih banyak memesan makanan sehat seperti sayuran dan juga daging. Dia memilih menu dengan mempertimbangkan kondisi Rendi. Saat makanan datang, Bintang dan Yasmine terlihat sibuk mengambil makanan mereka, sedangkan Rendi cuma diam memperhatikan keduanya.

"Abang gak makan?"

"Makan duluan aja, masih gak pengen." Memang Rendi sedang tidak selera makan. Dia juga tidak tahu kenapa badannya tiba-tiba panas gini, padahal dia jarang sekali sakit.

"Mana boleh? Makan gak!" paksa Yasmine.

Rendi hanya menggeleng lemah.

"Aku suapin ya?" dan Rendi kembali menggeleng.

Yasmine tidak menghiraukan penolakan Rendi. Dia tetap menyuapi Rendi dengan makanan yang ada di piringnya. Rendi tetap gak buka mulut kayak anak kecil yang susah banget makan.

"Kalau abang gak mau makan, gimana sehatnya?" setelah berulang kali paksaan dari Yasmine, akhirnya Rendi membuka mulutnya. Kemudian dia berhenti setelah tiga suapan saja.

"Emang jadi orang ketiga itu beneran gak enak ya..." Bintang bermonolog sambil mengunyah makanannya.

Yasmine dan Rendi hanya tertawa mendengarnya.

Hari ini Bintang mendadak jadi sopir buat Rendi dan Yasmine. Dia mengantar satu per satu penumpangnya itu pulang. Itu memakan waktu cukup lama, belum Yasmine yang memaksa mau menemani Rendi dan Rendi yang bersikeras menyuruh Yasmine untuk pulang saja. Bintang sampai capek sendiri dibuatnya dan akhirnya memutuskan agar Yasmine pulang saja dan beristirahat. Yasmine berharap Rendi juga beristirahat yang cukup setelah ditinggalkannya.

🌵🌵🌵

Pada malam itu juga, Rendi pergi ke club langganannya seorang diri. Dia ingin menenangkan pikirannya dengan minum cairan memabukkan itu. Meskipun kondisi tubuhnya sedang tidak bagus, Rendi memaksakan ke sana. Bukannya lega setelah ujian skripsinya, Rendi malah pusing dengan memori lama yang muncul kembali. Memori yang cukup menyakitkan untuk diingatnya kembali.

Rendi duduk di pojok seorang diri dengan memesan satu botol wine. Dia tidak ragu memesan minuman mahal itu hanya untuk dirinya. Membuat dirinya tidak sadarkan diri adalah tujuan utama Rendi. Dia ingin melupakan semuanya secepat yang dia bisa. Dengan minum, membuat beban yang ada di pikirannya sedikit berkurang.

Blessure [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang