"Jennie, sedang apa?"
"Uhh? Rosie.. Ahh tidak ada.." aku kembali memandang keluar restoran ini.. Memperhatikan sebuah mobil berwarna hitam dengan kaca jendela gelap yang sudah terparkir di seberang sana seharian ini, tidak ada yang masuk atau keluar.. Sebelum nya ini sudah terjadi.. Maksud ku.. Mobil dengan warna yang sama.. Sudah 5 hari ini terparkir di tempat yang sama.. Bukan maksud mencurigai.. Aku hanya khawatir bagaimana jika ada seorang teroris yang keluar dari mobil ini lalu melempar bom ke restoran kami? Ahh jamkkanman.. Hayalan ku benar-benar terdengar mengerikan.. Tapi tetap saja mobil itu terlihat mencurigakan..
"Sajangnim eonni aku pulang dulu.."
"Baiklah.. Ini gaji mu.."
"Gomawo-imnida~"
Aku menatap Yeri yang keluar dari pintu itu setelah menerima amplop gaji nya dalam seminggu ini.. Dua minggu aku disini.. Semuanya sudah jauh terasa normal.. Aku mulai terbiasa dengan bau lezat daging yang di panggang.. Mungkin sekarang aku sudah tidak selera untuk makan daging.. Aku menatap Rose yang mulai mengunci pintu depan dan mematikan lampu-lampu disini.. Hari ini terasa melelahkan..
"Ayo ke atas.. Mandilah duluan.." ucap nya sambil menyelipkan sedikit rambut ku ke telinga ku..
"Jamkkanman.. Itu.." Aku menatap Rosie sambil sedikit menunjuk ke arah mobil itu..
Brum!!
Kami berdua menatap mobil yang tiba-tiba saja menyalakan mesin dan pergi dari seberang sana..
"Ada apa?" tanya Rose lagi ke arah ku..
"T-tidak.. Tidak jadi.."
....
Aku di meja makan ini.. Bersama Rose masih sambil memakan makan malam kami yang baru saja di mulai tepat jam 10 malam..
Seharian bekerja.. Sudah jarang basa basi dengan nya dan hanya mengucapkan menu yang di pesankan oleh para pelanggan.. Makan siang secara bergantian dan kadang waktu istirahat ku gunakan untuk menghitung dan menyusun uang di kasir.. Aku hanya bisa leluasa bersama nya saat malam hari.."Makanlah.." aku meletakan daging ikan yang sudah ku pisahkan dari duri nya ke mangkok nasi gadis cantik ini.. Ia tersenyum dengan pipi menggembung berisi nasi yang masih dikunyah nya..
"Besok aku akan ke tempat paman Ooh.." Ucap nya sesaat setelah menelan kunyahan nya.. Kau ingat? Paman yang mengacuhkan ku dan memanggil Rose dengan sebutan Rocie di depan ku..
"Hmm? Bukankah kau baru kesana pagi ini?"
"Benar.. Aku rasa paman melakukan kesalahan.. Ada dua kotak daging yang berlebih datang tadi siang.. Aku akan mengembalikan nya besok.." ahh paman itu sudah tua dan sedikit keliru..
"Baiklah.. Naik taksi lain kali.. Jangan berjalan kaki.. Araseo?!"
"Nee.."
Benar.. Rose selalu berjalan kaki.. Aku tau sudah hampir musim gugur.. Cuaca mulai dingin dan aku hanya khawatir dengan kesehatan nya..
Dua hari yang lalu tubuh nya terkena demam.. Aku harus menjauhkan guling itu dan memeluk nya sepanjang malam agar dia berhenti mengigil.. Rose si kuat ternyata juga bisa sakit.......
Aku berbaring di ranjang ini.. Terus menggerakan kaki ku karena memikirkan tentang mobil tadi.. Haah.. Terlalu melelahkan untuk memikirkan nya.. Lebih baik aku tidur karena besok akan melelahkan seperti hari lain nya..
"Ahh.. Aniyeo.." aku melirik Rosie yang bergumam tidak jelas sambil masih duduk di bangku itu.. Terlihat sibuk mengetik-ngetik sesuatu di laptop nya.. Aku rasa ia menghitung pemasukan dan pengeluaran hari ini tadi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter with Rosie (Completed)
Fiksi PenggemarBLACKPINK WINTER WITH ROSIE Nama ku Jennie Kim.. Aku menyukai Rosie.. Haruskah aku seterus terang itu? Ya! Karena jika di depan nya sangat sulit untuk ku mengungkapkan nya.. Gadis dingin yang membawa musim dingin bersama nya.. Aku menyebut nya.. Win...