[1] Pertemuan

7.4K 546 52
                                    

Aland mengecek kembali satu per satu perlengkapan nya. Mulai dari papan nama, tali sepatu berwarna merah dan biru. kaos kaki belang-belang, dan juga topi kerucut yang terbuat dari kertas karton berwarna biru.

Sejujurnya ia sedikit tidak suka dengan penampilan nya yang terkesan seperti orang gila. Namun bagaimana lagi, ia harus berpenampilan seperti itu jika tidak mau memberi kesan buruk di hari pertamanya menjadi salah satu siswa SMA Garuda Bangsa.

Aland berjalan keluar kamar tanpa melihat pantulan dirinya di cermin. Satu yang harus kalian tahu, Aland mempunyai sikap cuek dan tidak peduli dengan sekitar.

Sesampainya di ruang makan, hal yang pertama kali di lihat nya adalah makanan yang sama sekali belum disentuh. Senyum yang awalnya terukir di sudut bibirnya hilang begitu saja dan digantikan helaan nafas.

"Bi, Mama sama Papa nggak sarapan dirumah?" Tanya Aland kepada seorang wanita paruh baya berusia sekitar 58 tahun. "Tuan dan Nyonya sudah pergi sejak pukul enam tadi."

Aland berusaha tersenyum kearah wanita yang akrab disapa Bi Lastri. "Yaudah bi, Aland pamit ya. Sarapan disekolah aja nanti."

Aland mencoba untuk mengerti keadaan kedua orang tua nya yang bisa dibilang sangat sibuk. Bagaimanapun juga ini semua demi kebaikan nya.

Namun disisi lain, Aland juga butuh perhatian lebih dan kasih sayang. Tapi... Ah Sudah lah.

Dengan senyuman yang dipaksakan, Aland membuka pintu mobil nya, dan mulai beranjak pergi dari rumah.

•••

Sembari menunggu antrian pengecekan atribut oleh panitia MOS, Aland mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat tersebut sehingga pandangan nya bertemu dengan satu senior perempuan. Aneh nya, perempuan itu sama sekali tidak berkedip walaupun Aland sudah menggerakkan tangan nya di depan wajah perempuan itu.

"Kak? Atribut saya lengkap kan? boleh masuk dong?" Aland berbicara dengan nada datar. Namun, bukan nya menjawab perempuan itu justru semakin memperhatikan Aland dari ujung rambut hingga ujung kaki membuat lelaki itu berdecak kesal.

"Yaelah malah bengong! Kak, saya nanya. Boleh masuk apa enggak?" Aland tidak peduli lagi jika nanti harus dihukum karena berlaku tidak sopan.

"Eh—Sorry, lo boleh masuk." Jawab senior perempuan itu beberapa detik kemudian.

Aland menghela nafas kesal dan mulai memasuki kawasan sekolah barunya. Banyak anak yang memperhatikan nya. Namun, ia tak mau ambil pusing dan memilih untuk menulikan telinga dari bisikan beberapa anak mengenai dirinya.

Cowok itu terus melangkah menyusuri koridor seraya mencari kelas 10-3.

Setelah berlama-lama mengelilingi sekolahan, Akhirnya Aland pun menemukan kelas nya. Ia masuk dan duduk di bangku paling belakang.

Sambil menunggu intruksi dari Kakak kelas, Aland memilih untuk menidurkan kepalanya diatas meja. Matanya mulai menutup, namun terbuka lagi oleh  seorang perempuan yang tiba-tiba duduk di sebelah nya.

"pertama-tama, gue nggak akan ganggu lo kok. Gue cuman mau duduk doang. Bangku yang lain udah penuh. Gue juga bukan cewek alay yang kalo ngeliat cowok ganteng kaya lo langsung teriak histeris. Gue cewek biasa-biasa aja kok."

Aland mengerutkan kening nya, dan memutar bola matanya malas kemudian. "Gajelas."

Cewek itu tersenyum maklum. Ya... Mungkin Dia belum terbiasa.

"Oh iya, nama gue Aqilla. Lo?" Tanya Aqilla seramah mungkin.

Aland hanya mengangkat kedua bahu nya keatas.

JUST YOU AND ME [COMPLETED STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang