[20] Rencana Rafi

1.8K 191 47
                                    

Aland mengedarkan pandangannya kearah sekitar. Apartement milik Kakaknya ini benar-benar rapih.

"Mama sama Papa apa kabar Land?"

Asik melamun, Aland sedikit terkejut sampai mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menetralkan fokusnya. "Kenapa nggak lo datengin aja mereka?"

Elvan menggelengkan kepalanya. "Sini, deh. Ada yang harus lo tau." Ucap Elvan sambil menepuk-nepuk sofa yang tersedia disana.

Aland melangkah mendekat kearah Elvan dan duduk disampingnya. "Kenapa?"

"Gue bukan Kakak lo."

"Maksud gue, gue bukan Kakak kandung lo, Al."

Aland membulatkan matanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak...Nggak mungkin. Nggak usah bercanda lo."

Elvan hanya diam. Sebelum melanjutkan lagi perkataannya, Elvan menghela nafasnya terlebih dahulu.

"Waktu itu, gue nggak sengaja ngedenger omongan Mama sama Papa. Mereka ngobrolin tentang anak pungut gitu. Gue disitu bingung, Al. Siapa Anak yang Mama sama Papa maksud itu. Mereka ngga nyebutin nama. Makanya gue bingung."

"Sampai ada dua orang dateng kerumah, dan mereka ngobrol sama Papa sama Mama. Waktu itu kalau nggak salah lo lagi di Bali sama Kezia. Makanya lo nggak tau cerita ini."

"Mereka berempat ngobrol, sampe dua orang asing itu ngenalin diri ke gue kalau mereka Orang Tua kandung gue."

"Gimana gue nggak marah. Mama sama Papa juga malah diem aja. Gue disitu langsung lari ke kamar. Ngunci diri sampai lo balik dari Bali."

"Dan setelah lo balik, lo ngerasa ada yang berubah dari diri gue, kan?" Tanya Elvan yang langsung dibalas anggukan dari Aland.

"Gue jadi nakal, sering bentak Mama sama Papa, bikin Mama sama Papa sakit hati, sering memberontak."

"Mungkin sekarang lo juga udah ngerti kenapa gue bersikap kaya gitu."

"Dan setelah itu, Orang tua kandung gue dateng lagi, ngajak gue buat pergi dan tinggal bareng sama mereka. Karena saat itu gue masih sakit hati sama Mama-Papa, Jadi gue ikut sama Orang tua kandung gue. Dengan satu syarat, Aland nggak boleh tau cerita ini. Kalau Aland nanyain kemana gue pergi, bilang aja gue lagi liburan. Jangan bilang sama Aland kalau gue ninggalin dia."

Elvan menghela nafasnya gusar. Menatap Aland yang hanya diam mematung.

"Lo tau? Gue sampe bawa baju lo satu buat gue pakein di guling. Jadi, gue nggak ngerasa kesepian karena gue anggap guling itu lo."

Dengan pandangan yang kosong, Aland menoleh menatap Elvan. "Lo ngelakuin hal yang sama kayak gue."

Elvan terkekeh geli sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terus, waktu itu, lo tinggal dimana?"

"Gue tinggal di Aussie."

Aland mengangguk-anggukan kepalanya. "Gue masih bingung. Lo kok, bisa kenal sama Jessie?"

Elvan tersenyum miring. "Kalau itu, biar Kezia sama Jessie aja yang jelasin."

•••

"Qill, Udah dong. Ayo balik, ah!" Ucap Jessie lemas. Sungguh, Aqilla benar-benar kalap! Sudah banyak yang dibelinya, dari parfume, baju, sepatu, celana, topi, dan aksesoris lainnya! Dan sekarang, Aqilla malah memberhentikan dirinya disebuah toko tas!

"Hmm, Jess, yang ini bagus nggak kata lo?" Tanya Aqilla sambil menunjukan tas merah bermotif bunga itu kepada Jessie. Jessie yang sudah mumet hanya mengangguk sambil menatap Aqilla dengan lesuh.

JUST YOU AND ME [COMPLETED STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang