"Gue nyaman sama lo."
•••
Aland membuka pintu rumahnya dengan menggandeng lengan Aqilla yang berjalan dibelakangnya. Saat hendak memasuki ruang keluarga, terlihat kedua orang tuanya yang sedang duduk di sofa dengan pandangan lurus kearah televisi.
"Aland bawa temen."
Lantas kedua orang tua Aland langsung menoleh kearah sumber suara. Putri yang sedang duduk langsung menghampiri Aland sambil memasang ekspresi cemasnya. Berbeda dengan Fahri, ia hanya memandang Aland sekilas, lalu kembali menonton Tv.
"Aland, muka kamu kenapa sayang?" Ujar Putri sembari mendaratkan tangannya diwajah Aland yang luka.
Aland dengan segera memalingkan wajahnya kearah lain. Dengan tujuan agar Mama nya itu tidak memegang wajahnya.
"Paling juga tawuran. Kayak nggak tau aja anak jaman sekarang gimana." Ketus Fahri.
Aqilla yang merasa canggung, langsung meneguk salivanya kasar.
'Duh, ini ada apa?'
Aland hanya melirik kearah Papa nya yang masih asyik menonton tv. Hatinya sakit? Ya, tentu. Papanya yang dulu selalu bersikap baik dan tidak bertindak kasar kepadanya, telah hilang. Bahkan mungkin, telah lenyap.
Begitu pula dengan Mamanya. Meskipun Putri perhatian kepada dirinya, Aland masih merasa Aneh. Merasa bahwa Mamanya itu, hanya terpaksa bersikap baik kepadanya.
Entah,
Aland selalu berusaha bersikap baik kepada orang tuanya, selalu berusaha menampilkan yang terhebat untuk membuat kedua orang tuanya merasa bangga kepada dirinya.
Namun sia-sia. Mereka, tidak pernah menghargai segala usaha keras Aland.
Aland menghela nafasnya kasar.
"Aland cuman jatuh, ini juga mau diobatin sama Qilla." Ucap Aland sambil melirik kearah Aqilla.
Putri yang baru sadar akan kehadiran Aqilla, langsung mendekatinya.
"Aqilla Tan, temen sekolah nya Aland." Ucap Aqilla seramah mungkin. Putri pun ikut tersenyum dan mengelus bahu Aqilla lembut.
"Kamu cantik." Ujar Putri yang dibalas senyuman kecil dari Qilla.
"Yaudah, Aland mau ke kamar." Aland langsung menuntun Aqilla dari belakang supaya mengikutinya.
Kamar Aland terletak dilantai dua. Dan itu membuat mereka harus menaiki tangga untuk sampai kesana.
Aqilla membuka suara. "Land, nggak apa-apa ngobatin lo nya di kamar?"
Aland mengangguk. "Dirumah ini, gue paling nyaman nya dikamar. Kalo lo ngerasa nggak nyaman, bukain aja pintunya nanti."
Aqilla mengangguk-anggukan kepalanya.
Sesampainya disana, Aland langsung terduduk di sofa kecil yang terletak dipinggir kasur. Sedangkan Aqilla langsung sibuk menanyakan kotak P3K terletak dimana.
"Di meja pinggir TV." Ucap Aland sembari menghampiri Aqilla.
"Gue obatin ya." Aqilla mulai mengobati luka Aland dengan teliti.
"Selesai." Ucap Aqilla puas dengan hasil karyanya di wajah Aland. Aland hanya memasang muka datarnya. Saat ini, mood nya sedang buruk.
Sepuluh menit mereka terdiam, akhirnya Aland membuka suaranya.
"Qill."
Aqilla menoleh dengan tatapan, 'Apa?'
"Gue kangen Papa yang dulu." Ujar Aland lirih. Aqilla langsung bingung harus melakukan apa. Ia mendekat kearah Aland, kemudian mengusap bahunya pelan. Bertujuan untuk menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST YOU AND ME [COMPLETED STORY]
Teen Fiction"Gue suka sama lo. Aqilla Rheisyafa." _______ Mencoba membuka lembaran baru, mencoba meninggalkan luka lama dari masa lalu, ternyata tidak semudah yang Aland dan Aqilla bayangkan. Disaat mereka sudah mulai melupakan, masa lalu mereka malah menghamp...