epilog

12.6K 767 354
                                        

PUTAR MULMED YA GWIZE-!

-

Gue melirik sekilas arloji gue. Pukul 10 malam. Udah cukup malam, but, its ok lah. Gue mau tau semua maksudnya apa. Gue mau udahin semuanya. Udahin rasa sakit yang gue rasain selama ini.

Alay? Nggak. . .

Gimana rasanya orang yang lo sayangin taunya mainin lo doang selama ini? Bahkan dalam waktu yang cukup lama. Paham kan sakitnya?

Gue nggak sebodoh ini ngadepin cinta. Gue udah menyiapkan diri gue beberapa lama ini untuk kejadian kedepannya sama kak Taehyung.

Ponsel gue bergetar. Nama kak Taehyung tertera dilayar ponsel gue. Iya, dia nelfon gue.

"Apa? Aku mau ketemu."

"Kenapa? Udah malem. Besok aja, ya? Sekarang kamu istirahat."

"Aku mau ketemu. Sekarang." Ucap gue penuh penekanan.

"Udah malam, Raa. Mau ke-"

"Ketemu di taman deket sekolah. Sekarang."

pip.

Gue matiin telfon gue sebelah pihak. Gue memandang diri gue di cermin. Perasaan sedih, bingung, kesal, semuanya bener-bener ke campur aduk.

Apa gue seburuk ini sampe kak Taehyung bisa tega mainin gue?

Gue. . Kurang apa sebenarnya?

Oh gue tau. Kurang berarti, kan?

Karna yang berarti, cuma Sooji.

Nggak, gue nggak nyalahin Sooji kok disini. Cuma gue mau nampar diri gue sendiri aja pake kenyataan.

Kenyataan kalau emang gue nggak akan pernah di cintai sama kakak kelas yang selama ini gue idam-idamkan.

Kenyataan kalau emang deket sama kak Taehyung nggak akan berarti gue bisa naklukin hatinya.

Kenyataan kalau semuanya cuma ibarat sandiwara buat sekedar nyenengin gue aja dari luka yang sebelumnya.

Kenyataan kalau ternyata. . Hatinya kak Taehyung masih buat Sooji. Dan bakal terus kayak gitu.

Dan kenyataan, kalau cuma gue yang terlalu jatuh cinta disini, cuma gue yang terlalu berharap disini, cuma gue.

Iya, bener kata mama gue. Yang berlebihan emang nggak baik. Bakal bikin sakit berlebih juga.

Gue berdiri. Memejamkan mata gue sejenak. Menetralkan keadaan gue. Mencoba untuk tenang dan mempersiapkan diri mendengar semuanya.

Gue berjalan keluar rumah dan menuju ke depan komplek rumah gue. Dengan sigap gue memberhentikan TAXI yang lewat.

"Pak, taman lasea, ya." Ucap gue dan pengemudi TAXI-nya hanya mengangguk paham.

Gue terus meyakini diri gue. Terus meyakini dalam hati dan pikiran. Kalo gue siap dengan segala resiko apapun setelah ini.

Gue juga terus meyakinkan diri gue kalau gue ini adalah perempuan kuat. Gue nggak boleh lemah terus. Mau sampai kapan gue begini. .?

Sekuat tenaga gue mencoba meyakinkan diri. Sekuat tenaga juga gue menahan air mata gue meluncur di pipi.

Sulit. Bener-bener sulit. Gue enggak tau harus apalagi. Gue mau udahin, mau udahin semuanya.

Good, Ra. Air mata lo udah jatuh duluan.

Lemah.

Gue terus merutuki diri gue kenapa harus selemah ini ngadepin semuanya. Kenapa gue terlalu perasa jadi orang. Gue bener-bener lemah.

kakel•kth [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang