00

13.6K 550 1
                                    

Copyright © 2018 AraNada. All rights reserved.

This book or any portion thereof may not be reproduced or used in any manner whatsoever without the express written permission of the author except for the use of brief quotation in a book review.

This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events, locales, and incidents are either the products of the author’s imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actual persons, living or dead, or actual events is purely coincidental.

*********

Sepasang mata abu-abu itu mengikuti setiap gerakan seorang wanita yang saat ini sedang menari-nari sambil tertawa kecil. Terdengar alunan lagu dari Troye Sivan - Bloom mengiringi tariannya yang menurutnya, ia sesuaikan dengan gerakannya. Entahlah seperti apa itu, hanya wanita berambut hitam itu yang paham.

Wanita itu tidak menyadari kehadiran seseorang yang sedari tadi memerhatikan setiap gerak geriknya. Terlalu menikmati dunianya sendiri.

Ketika lagunya habis ia merengut. Tetapi karena merasa lelah ia memilih untuk duduk dengan tatapan jauh ke depan. Seakan merenung, berpikir. Tatapannya hampa.

Ia membaringkan tubuhnya dan melihat awan berarak beriringan di atas langit biru. Tak lama kemudian terdengar isakan pelan yang keluar dari mulutnya. Ia menutup matanya dengan lengan sebelah kanannya dan terus menangis.

Sepasang mata abu-abu itu mengernyit melihat perubahan suasana hati si wanita Bloom. Ya julukannya untuk wanita itu. Lelaki itu memilih tetap berada di tempatnya dan terus memerhatikan wanita Bloom itu. Sebenarnya ada tarikan dari hatinya untuk mendekati wanita itu tapi ditahannya. Ia memilih untuk tetap diam dan melihat apa yang akan dilakukan wanita itu selanjutnya.

Ia tertarik. Tertarik dengan untaian rambut hitam itu, dengan wanita berparas Asia itu, dengan perubahan mood wanita itu yang membuatnya penasaran. Wanita yang mampu membuatnya memerhatikan seseorang dalam jangka waktu yang cukup lama untuk pertama kalinya -koreksi- setelah sekian lama.

Lelaki itu merasa ponselnya bergetar. Tapi diabaikannya. Tidak ingin diganggu. Ia penasaran akan obyek di depannya jadi, perhatiannya tidak boleh terkacaukan oleh apa pun.

Wanita Bloom itu menangis cukup lama. Sekitar 10 menit. Setelah dirasanya cukup. Ia mengusap airmatanya lalu tertawa pelan, tawa yang terdengar menyakitkan. Tawa yang dibuat-buat, memaksa.

Ia bangun dari tidurnya kemudian berdiri. Merapikan dirinya sedikit lalu bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Ia pun berbalik dan iris mata cokelat itu beradu pandang dengan iris abu-abu itu. Matanya membulat menatap bahwa ternyata ia tidak sendiri.

Lelaki itu ingin sekali tersenyum tapi ia menahannya. Memilih beradu pandang dengan wanita itu.

Kedua insan itu saling memandang. Di dalam kepala mereka berputar berbagai pertanyaan akan keduanya.

Kisah itu dimulai.

Bloom [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang