6

4.5K 339 3
                                    

"Apa? Aku hanya tidak dapat menahan diriku." Darrick tersenyum miring yang membuat Lilyana menjadi semakin marah.

"Aku ke sini ingin bicara baik-baik denganmu tuan tapi sepertinya kau menolak." Lilyana berkata dengan suara yang dalam dan terkesan dingin.
"Aku, tidak akan menikah denganmu dan tolong berhenti mengikutiku. Terlepas dari siapapun dirimu aku tidak peduli. Permisi," Lilyana melanjutkan kata-katanya.

Lilyana beranjak dari hadapan Darrick menuju pintu kamar tapi tangannya dicekal oleh lelaki itu.

"Kau mau ke mana?" Darrick menatap Lilyana dengan pandangan yang meneduhkan.

Darrick memilih mengalah, ia menahan dirinya untuk tidak berbuat lebih jauh yang hanya akan membuat Lilyana marah. Lilyana marah bukan dengan cara berkoar-koar seperti kebanyakan wanita tapi ia akan mengacuhkan lelaki itu dan Darrick tidak ingin hal itu terjadi.
Itu yang Darrick simpulkan setelah beberapa kali bertemu dengan Lilyana yang tentu saja karena Darrick yang mengikuti Lilyana.

Sudut hati Lilyana tersentuh dengan tatapan laki-laki itu. Ia merasa hangat di dalam hatinya.

Lilyana memejamkan matanya demi mengusir rasa hangat yang menghampirinya itu, untuk saat ini ia menolak menerima rasa itu.

Ia membuka matanya lalu menatap mata Darrick, ia melepas tangan Darrick yang memegang tangannya.
"Aku mau pulang. Aku sudah tidak memiliki urusan denganmu." Pelan dan datar, tidak ada ekspresi berarti di wajah Lilyana.

"Aku antar."
Darrick kembali memegang tangan Lilyana namun segera ditepis wanita itu.

"Tidak, aku bisa pulang sendiri," ucap Lilyana.

"Jangan membuatku gila dengan membiarkanmu pulang sendiri. Aku antar, tidak menerima penolakan."

Darrick menarik tangan Lilyana dan mengantarnya pulang ke guest house yang ditempati Lilyana.

Selama perjalanan di dalam mobil mereka berdua terdiam tidak ada yang berbicara. Lilyana tidak merasa kaku atau pun canggung dengan situasinya. Ia hanya merasa tidak nyaman berada di dekat Darrick.

Lilyana berharap agar ia segera sampai di guest house dan menidurkan dirinya. Hari ini terasa begitu panjang dan lama baginya.

"Ana?" Darrick memanggil Lilyana dengan lembut.

Lilyana yang mendengarnya mengernyit, "aku?"

Panggilan baru lagi dari Darrick. Lilyana mendesah pelan yang untungnya tidak diketahui oleh Darrick. Entah setelah 'Bloom' dan sekarang 'Ana' entah besok besok apa lagi nama panggilannya.

Tunggu besok? Itu tidak akan pernah terjadi. Lilyana menepis pemikiran yang baginya aneh itu.

Darrick menggangguk.

"Aku serius dengan apa yang kukatakan padamu. Aku ingin menikahimu," ujar Darrick.

"Astaga, tidak lagi. Nikah, nikah, nikah. Bisakah kita berhenti membahasnya. Aku datang ke negara ini ingin liburan bukan untuk menikah," jelas Lilyana menatap Darrick jengah, ternyata Darrick membahas perihal nikah lagi.

Laki-laki ini kebelet kawin eh nikah maksudnya -apa gimana sih? Batin Lilyana.

Darrick diam ia menatap mata cokelat Lilyana dengan lama dan dalam.

Tangannya terulur menggenggam tangan Lilyana.

Lilyana terperanjat karena tangannya yang tiba-tiba digenggam oleh Darrick itu.

"Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau kita memulai dengan kencan terlebih dahulu?" Tawar Darrick sembari mengelus tangan Lilyana.

"Tidak." Lilyana melepas tangannya yang dipegang Darrick, ia memandang ke luar jendela. "Aku tidak ada waktu untuk berkencan. Waktu untuk diriku sendiri saja susah kudapatkan. Cari saja wanita lain," ujar Lilyana.

Sungguh suasana saat ini menjadi lebih tidak nyaman bagi Lilyana. Ingin secepat mungkin terlepas dari kebersamaannya dengan Darrick.

Perempuan itu berhati dingin. Ia tidak memberi celah untuk Darrick. Ia tidak mengijinkan Darrick masuk ke dalam hidupnya. Tidak dengan sangat mudah dan tidak untuk saat ini.

"Aku akan terus mengejarmu dan menyakinkan dirimu. Aku yakin kau akan berubah pikiran," ucap Darrick.

Seorang Darrick yang tidak terbantahkan luluh untuk Lilyana. Perempuan yang hanya ditemuinya secara tidak sengaja. Ia telah jatuh ke dalam pesona gadis itu tanpa disadarinya. Sosok Lilyana dengan perlahan telah menyusup ke dalam hatinya. Dan itu hanya dalam waktu yang sangat singkat.

Seperti ada pepatah mengatakan atau hanya sekedar suatu quote bahwa seseorang bisa jatuh cinta dalam hitungan detik pada pandangan pertama.

Lilyana hanya diam dan tidak berniat untuk menanggapi Darrick. Biarkan saja laki-laki itu melakukan apapun yang diinginkannya tapi jangan berharap ia akan mendapatkannya.

Lilyana berada di dalam kamarnya dengan posisi terlentang.

Ia lelah tapi tidak bisa tidur. Ia tidak percaya telah mengalami hal yang tidak masuk di akal oleh siapapun.

Ia menatap langit-langit kamarnya seperti melihat kembali sekelebat kejadian yang dialaminya 2 hari terakhir ini. Hanya dalam 2 hari tapi dunianya seperti berada di posisi yang tidak di bawah juga tidak di atas.

Darrick, laki-laki itu memenuhi pikiran Lilyana saat ini. Lilyana sangat mengakui dan tidak menampik pesona seorang Darrick tapi ia benar-benar tidak peduli dengan pesona laki-laki itu karena ia belum memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan asmara.

Tujuannya ke Slovenia benar-benar ingin melarikan diri dari hiruk pikuk dunianya yang sebelumnya walau hanya sementara. Ia ingin mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang tidak pernah terbayangkan olehnya telah terjadi dalam hidupnya.

Lilyana hanya ingin berlibur, berusaha menghapus jejak-jejak ingatan yang tidak ingin diingatnya.

Nafasnya tercekat dan sesak. Dadanya bergerak naik turun dengan cepat dan tidak teratur.

Malam itu ia menangis, menangis untuk semuanya.











.
.
.
.
.
.
.
.
.
Can I say few words?
Okay, aku akan berusaha sebisa mungkin memperbarui cerita ini secepat yang aku bisa.
These days a little bit hectic to me maybe until next week.
Dan kabarin aku ya kalau ceritanya sangatlah membosankan. Sudah lama tidak menulis jadi kosakata kurang dan alurnya juga kurang menarik.
.
.

Please give your support to me guys
It'll give me energy to continuing this story and give lots of inspiration.
Thank you

Sincerely,

AraNada

Bloom [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang