7

4.4K 337 2
                                    

Lilyana membuka matanya secara perlahan, ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya.

Ia mengusap matanya. Matanya terasa berat dan sedikit perih.

Ia menghela nafasnya dan tersenyum cerah. Melupakan kejadian semalam dan mulai memenuhi hati dan pikirannya dengan hal-hal yang membuatnya bahagia, contohnya dengan pergi ke Vintgar Gorge.

Ia duduk sebentar di atas tempat tidurnya merenggangkan sedikit otot-ototnya kemudian beranjak menuju kamar mandi.
Waktunya di Slovenia tinggal 4 hari lagi. Ia tidak ingin liburannya sia-sia.

Setelah selesai bersiap-siap, Lilyana beranjak keluar dari kamarnya. Ia hendak menuju ke Vintgar George yang adalah suatu ngarai yang diukir oleh Sungai Radvona, terletak 4km dari barat laut Bled. Ia ingin menikmati aliran air dan menjernihkan pikirannya. Menenangkan hatinya yang berkecamuk.

Baru saja Lilyana keluar menapaki kakinya di depan guest house seorang 'guest' yang sangat tidak ingin ditemuinya tengah berdiri dengan memunggungi pintu.

Lilyana hanya melihat Darrick sekilas dari sudut matanya kemudian berlalu dari situ. Ia memutuskan tidak akan memedulikan laki-laki itu. Ia berjalan melewati Darrick, mengabaikannya. Toh ia memang ahlinya dalam hal tidak peduli -yang terlihat-.

Kali ini Darrick tidak menahan tangan Lilyana, ia hanya mengikuti Lilyana dari belakang. Membuat Lilyana merasa sedikit aneh, ia merasa tidak nyaman dengan Darrick yang mengikutinya. Walaupun Darrick sering mengikutinya dari belakang tapi kali ini berbeda. Lilyana merasa aneh.

Lilyana berhenti di salah satu halte yang berada di dekat guest house menunggu uber yang sudah dipesannya sebelumnya.
Sambil menunggu, Lilyana sibuk mengutak atik kameranya, mengaturnya sedikit. Ia coba memotret sekitarnya untuk melihat bahwa pengaturan kameranya sudah sempurna.

Ia membidik di sisi sebelah kirinya dan tanpa sengaja Mr. Grey tertangkap di dalam kameranya.

Lilyana mengangkat kepalanya dari kamera dan menatap Darrick yang berdiri sedikit jauh darinya dan Darrick juga sedang menatap lurus ke arah Lilyana.

Mereka berdua bertukar tatapan.

Walau dari jauh tapi Lilyana dapat merasakan tatapan lembut Darrick untuknya. Ia merinding, Lilyana merasa bulu kuduknya merinding ditatap seperti itu -bukan dalam konotasi negatif-.

Tiba-tiba sebuah mobil volkswagen golf berhenti di depan Lilyana membuat acara tatap-tatapan itu terhenti.

Lilyana pun menaiki mobil itu menuju Vintgar Gorge dan meninggalkan Darrick yang masih sementara menatapnya.

Setelah di dalam mobil Lilyana melamun.

Ia masih memikirkan peristiwa yang terjadi padanya 2 hari ini.

Ia tak pernah menyangka dalam hidupnya akan ada cerita yang tidak pernah disangkanya.

Terlebih lagi ia sedang liburan, di negeri orang. Bertemu dengan orang asing dan diajak menikah. Secara logika sangat tidak masuk akal dan itulah yang sedang dipikirkan Lilyana.

Shock, gak masuk akal, gak bisa dipercaya. Aku? Diajak nikah oleh Darrick? Gila ini gila, batin Lilyana.

Pikirannya berkecamuk. Ia mengambil kameranya lalu melihat hasil fotonya tadi.

Tanpa disadarinya sebuah senyuman terlukis dengan samar di wajah Lilyana.
Tangkapan kameranya di mana Darrick berdiri setidaknya 6 meter darinya dan sedang menatapnya dengan pandangan yang sangat lembut.

(Degh)
(Degh)

Jantungnya berdetak cepat karena melihat senyuman itu. Ia menyukai pandangan Darrick itu dan terutama pandangan itu Darrick tujukan hanya untuk Lilyana seorang.

Aku butuh sandaran tapi tidak dengan menikah. Tapi... Sorot mata itu..

Lilyana menggelengkan kepalanya. Ia mematikan kameranya. Pandangannya ia alihkan ke luar jendela mobil. Sepanjang perjalanannya menuju Vintgar Gorge ia tidak berhenti berpikir.

*
Di sisi lain, Darrick tidak mengikuti Lilyana lagi. Ia sedang berada di hotel tempatnya menginap. Hotel yang didatangi oleh Lilyana.

"Kau benar-benar jatuh ke dalam pesonanya ya Rick," kata seorang laki-laki yang juga berada dalam kamar yang sama.

Darrick tidak menanggapi perkataan itu. Ia masih dalam posisi yang sama berdiri di sisi jendela menatap ke luar.

"Lalu kau mau bagaimana sekarang?" Tanya Josh -nama laki-laki itu- yang sedang duduk di sofa sambil meminum sampanyenya.

"Aku juga tidak tau Josh. Dia cukup keras dengan dirinya sendiri. Aku ditolak 3 kali olehnya. Kau bayangkan saja wanita mana yang mau menolakku. Cuma dia Josh, cuma dia yang berani menolakku," terang Darrick dengan sedikit geraman di dalam suaranya.

Josh Avilla yang mendengar itu terbahak.

"Bagaimana rasanya ditolak? Menyenangkan bukan?" Ledek Josh kepada Darrick.

Darrick berbalik menatap Josh tajam, "kalau kau kemari hanya ingin meledekku dan tidak memberi saran lebih baik kau pulang."

"Baiklah baiklah. Dari cerita yang kudengar darimu dia selalu mengucapkan kata liburan kan? Kalau begitu, jangan mengganggunya. Sepertinya dia sangat menganggungkan liburannya itu. Biarkan dia berlibur setelah itu kau boleh mendekatinya," saran Josh.

Darrick yang mendengar itu tidak merasa senang, ia medengus kasar, "ya! Lalu aku kehilangan kesempatan untuk mendekatinya."

Josh berdecak kesal, "apa susahnya bagimu untuk ke Indonesia?"

Darrick melempar ballpoint yang dipegangnya ke Josh, "saranmu tidak ada yang berguna. Sana pulang!"

Josh dengan gesit menangkap ballpoint itu lalu berjalan keluar kamar Darrick tanpa berkata apa-apa.

"Kenapa aku jadi bodoh begini hanya karena seorang perempuan bernama Lilyana itu," lirih Darrick pelan.

Ia menatap ke luar jendela sendu. Matanya menangkap pemandangan matahari yang terbenam secara perlahan. Warna merah muda, ungu, dan oranye di langit yang menyatu mewarnai tenggelamnya matahari melukiskan pemandangan yang indah.

Ia jadi teringat gadis itu pada tempo hari, memandangi matahari yang membiaskan cahaya ke air laut. Mata yang berbinar serta senyuman yang mampu membuatnya merasa hangat menemaninya.

Senyuman terlukis di wajahnya dan degupan cepat di dadanya.

Bloom [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang