Tristan.
Ada beberapa kemungkinan. Ketika kamu membaca surat ini, bisa saja aku sedang berada di ruang operasi, bisa saja aku tidur dan tak kan bangun lagi, atau bahkan bisa saja aku sudah bahagia dengan Raka bukan?
Yang pasti, ketika kamu membaca surat ini, semuanya telah selesai. Bukan persahabatan kita, tapi perasaanku. Perasaanku yang hampir mati karenamu.
Aku mencintaimu, Tristan.
Percayakah kamu? Pasti tidak.
Bagimu, aku ini hanya sebagai gurauan kan?Tristan, satu hal yang harus kamu tau.
Bahwa dulu, aku pernah dengan sangat mencintaimu.Tristan, bisakah kita seperti dulu? Seperti saat aku menghapus air matamu ketika abang dan Eyang mu pergi? Aku, hanya ingin menghapus laramu. Dan harapku, kamu ada untukku, melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan. Bisakah?
Aku yakin, jawabannya tidak bukan?
Tentu saja, aku tau.Tristan, andai kamu tau sedari dulu, bahwa aku tak sekuat yang kamu lihat. Nyatanya aku merasa hidupku jauh lebih rapuh dari pada Calya. Kami sama-sama membutuhkanmu.
Kadang aku iri dengannya, aku yang sudah lama mengenalmu dan aku yang dulu menghapus laramu, namun hanya dia yang kamu perhatikan? Kenapa? Kenapa hanya dia yang perasaannya kamu jaga dengan sebegitunya?
Tapi tak apa Tristan. Percayalah sedikitpun aku tak ingin kamu menyesalinya.
Tristan, maafkan aku.
Regards,
Gwenny.
"Lo tau? Kenapa lo ikut sembunyiin ini dari gue?" Ujar Tristan sembari mencengkram kerah kemeja Raka erat. Ia marah. Ia merasa bodoh. Bagaimana bisa, ia yang sudah bersahabat dengan Gwen sedari kecil tidak mengetahui hal ini.
"Bukan gue, tapi Gwen." Bela Raka sembari menyentak tangan Tristan kasar.
"Seharusnya lo bilang, bocah!" Marahnya masih tak terima.
"Bagaiaman gue bilang kalau lo terlalu sibuk dengan Calya? Bagaiamana gue mau bilang kalau lo terlalu sibuk meratapi perasaan lo? Orang tua lo tau, tapi mereka bahkan kesulitan buat bicara sama lo? Lo egois." Teriak Raka marah. Seharusnya Tristan berterimakasih padanya. Jika Raka egois, ia akan membiarkan Tristan tak mengetahui masalah ini bukan? Karena Raka sendiri takut jika Gwen kembali pada Tristan yang jelas-jelas secara tidak langsung sudah di tinggalkan oleh Calya.
"Sekarang? Bagaiamana rasanya ditinggalakan hm? Sedih?" Tanya Raka sarkas.
"Bagaiaman jika tiba-tiba sekarang Gwen yang bakalan ninggalin lo? Apa lo bakal semakin sedih, Tristan?"
Bugh.Bugh.
Bugh.
Tristan memberikan beberapa bogeman mentah untuk Raka yang saat itu memang belum siap.
"Jangan main-main lo, sialan!" Teriak Tristan marah.
Bugh.
"Gak usah sok peduli deh." Ujar Raka sembari membalas bogeman Tristan.
"Gue peduli sama Gwen!"
"KALAU LO PEDULI, LO GAK BAKAL NINGGALIN DIA SENDIRIAN, DAN MEMILIH ORANG YANG BAHKAN SEKARANG NINGGALIN LO."
"CALYA GAK NINGGALIN GUE?"
"Hahaha... gak ninggalin? Dia bahkan menetap disana?" Ujar Raka yang membuat Tristan membelalakan matanya. Menetap? Bagaimana mungkin?
"Lo gak tau kan?" Tanya Raka sinis, Tristan hendak memukul Raka namun dengan cepat ia menangkisnya.
"Lo membuat keadaan Gwen yang sebenarnya gak baik, menjadi semakin buruk."
"Lo ninggalin dia. Lo gatau kan? Setiap itu, dia sedang kesakitan?"
"Apa maksud lo, bocah?"
Dilihatnya, Raka membuang nafas kasar.
"Bagaiaman jika kita jujur saja pada Tristan."
Hingga kemudian pintu ruang rawat itu terbuka, menampakkan wajah seorang laki-laki yang tak kalah piasnya.
"Jadi, sebenarnya apa yang kalian sembunyikan?" Tanya Raka pelan.
"Nak Raka.."
"Tante, Om, Raka mohon. Jujur sama Raka, Raka sayang sama Gwen. Tolong jangan ragukan itu." Lirihnya.
Dilihatnya Papa Gwen yang tengah menghela nafas pasrah.
"Om tau, Gwen pasti tidak suka jika kami menceritakannya padamu."
"Gagal ginjal Kronis."
"Mengapa bisa?" Tanya Raka dengan suara tercekat, cukup terkejut dengan berita yang ia terima.
"Peradangan dari glomeruli, terjadi setelah infeksi strep." Jelas Mama Gwen, karena Papanya sudah kembali terisak.
"Sejak kapan, Om?"
"Kurang lebih setelah Moma Gwen tiada, semuanya terjadi secara tiba-tiba Raka, Gwen benar-benar terlihat sehat karena memang tidak ada gejala apapun sebelumnya."
"Kurang lebih dua tahun ini, tubuh Gwenny menunjukkan tanda-tanda kerusakan itu, dan tau-tau sudah parah saja."
"Lo tau, Tris, Gwen sering tidak masuk kuliah, selama itu dia rutin cuci darah."
"Dia gak mau lo khawatir, mangkannya dia gak cerita. Lo sudah cukup pusing ngurusin Calya, dia gak mau nambah beban lo."
"Sekarang, bagaimana keadaannya?"
"Dia, sudah selesai operasi dan sudah seminggu belum sadarkan diri." Lirihnya. Tanpa sadar kedua laki-laki itu meneteskan air mata. Terlebih Tristan, ia tak pernah menyangka jika sudah menyakiti hati gadis yang disayanginya terlalu dalam.
"Gue harap, lo segera temui dia." Ujar Raka sebelum pergi meninggalkan Tristan yang mulai terisak pelan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Stars Align (END)
Short Story-Please follow first- Keduanya bersahabat sedari kecil, membuat Tristan tak sungkan lagi menceritakan segala hal termasuk kisah asmaranya bersama Calya, gadis SMA yang tak kunjung mendapat kejelasan. Gwen, sebagai sahabat, hanya bisa mendengarkan da...