Seharian penuh Tristan menemani Gwenny. Memperlakukan ia seperti seorang kekasih. Gwen jelas saja merasa aneh, tidak biasa Tristan menjadi seperti itu. Bahkan ia mengganti panggilannya menjadi aku-kamu."Gwen, mau apel nggak?" Tanya Tristan yang dijawab dengan gelengan. Gwenny merasa sangat lelah. Tristan mendengus pelan kemudian berucap, "terus mau apa?"
Gwen diam, tampak berfikir.
"Mau istirahat, masih capek. Dan mau segera keluar dari sini."
"Mangkannya kamu makan dulu yang banyak, minum obat terus istirahat biar cepet keluar." Jawab Tristan penuh perhatian. Gwenny hanya diam, terlalu malas untuk menjawab. Seharian ini ia menunggu Raka, tumben sekali laki-laki itu berhenti mengganggunya, menurut mamanya Raka pamit kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan berkas-berkas kepindahannya. Tiba-tiba perasaan aneh menyerangnya, tumben sekali Tristan ke sini.
"Tan.." panggil Gwenny pelan.
Laki-laki itu melirik Gwenny sekilas kemudian mengulurkan tangannya mengacak rambut Gwenny pelan, "Gue bukan setan." Ujarnya yang dibalas dengan putaran bola mata malas.
"Serah deh, gue mau tanya."
"Tanya apa sih, Gwen." Ujar Tristan sepenuhnya memperhatikan Gwenny.
"Tumben lo kesini, ngapain?" Tanyanya dengan wajah penasaran.
"Kok kamu ngomong gitu?" Tanya Tristan bingung. "Kamu gak mau aku perhatian sama kamu, Gwen?"
Dilihatnya Gwenny menghela nafas lelah, "Bukan gitu, maksud gue, tumben aja, seinget gue Calya lagi di rawat juga."
Tiba-tiba mata Tristan berkilat marah, "Gausa sebut nama dia bisa gak sih."sungutnya kesal.
"Kok lo ngegas sih, Tan? Gue cuma nanya?" Sungutnya tak terima.
"Ya lo sih, gue uda males bahas dia. Gue sama sekali gak mau bahas dia lagi. Bagi gue dia sudah mati. Gue gak butuh dia." Jawab Tristan yang mendapat tabokan keras dari tangan mungil Gwenny.
"Lo ngomong apaan sih."
"Gwenn, gue gak mau jadi buta lagi, gue gak mau mikirin orang yang sudah jelas-jelas gak pernah mikirin gue. Gue gak mau bersanding sama orang yang ngebuat gue lupa kalau ada lo yang jauh lebih butuh perhatian gue." Jelasnya panjang lebar.
"Lo ngomong apa sih."
"Gwen, jujur sama gue, Lo Cinta sama gue kan?" Tanya Tristan to the point. Membuat Gwenny terdiam dengan nafas tercekat.
"Gu.. g.." belum sempat menjawab, Ttistan sudah menempelkan jari telunjuk ke bibir Gwen.
"Gue tau, untuk itu gue mau memperbaiki semua Gwen, gue gak mau nyakitin lo terlalu lama, gue mau sama lo yang sudah dengan jelas selalu ada untuk gue."
"Gue gak butuh perempuan lain, gue yakin cuma lo yang gue butuhin."
"Jadi,.." kalimatnya terhenti, dilihatnya Tristan yang menundukkan kepala, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Gwen.
"Buat gue jatuh cinta sejatuh-jatuhnya ke lo, Gwen." Ujarnya membuat Gwenny merinding karena hembusan nafas Tristan yang menerpa wajahnya. Detik kemudian, bibir itu sudah menempel dibibirnya, saling berpagutan, seperti tak ingin melepas. Meluapkan perasaan keduanya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Stars Align (END)
Short Story-Please follow first- Keduanya bersahabat sedari kecil, membuat Tristan tak sungkan lagi menceritakan segala hal termasuk kisah asmaranya bersama Calya, gadis SMA yang tak kunjung mendapat kejelasan. Gwen, sebagai sahabat, hanya bisa mendengarkan da...