"Raka, gue mau pulang."
"Kita ke rumah sakit."tegas Raka.
"Raka.."
"Gwen, STOP!" Bentaknya keras.
"Berhenti bersikap seolah-olah kamu nggak papa."
"Kamu hanya peduli perasaanmu, sampai kamu lupa kalau banyak perasaan lain yang harus kamu jaga."
***
"Tristan.. kenapa lagi Calya?" Tanya Papa Calya ketika mereka sudah berada di rumah sakit.
"Calya gak apa-apa, Pih." Jawab Calya cepat.
"Calya, kenapa sih kamu harus berpura-pura nggak kenapa-napa?" Tanya Tristan gemas.
"Nak, kalau sakit, kamu bilang. Kamu harus ingat sama kesehatanmu." Sahut mamanya lembut.
"Tapi aku nggak.."
"Calya! Kami semua khawatir padamu, nak."ujar papanya dengan nada suara yang sedikit meninggi.
Mendengar itu, matanya memerah. Seumur hidup papanya tak pernah membentaknya meskipun itu kesalahan kecil.
"Maaf, Pap.."
"CALYA GAK APA-APA." Teriaknya kesal.
"Aku nggak apa-apa karena memang aku nggak kenapa-kenapa. Seharusnya kamu tolong kak Gwen." Ujarnya masih dengan nada sengit.
"Hey, dengar aku.." kata Ttistan sembari memegang kedua bahu Calya.
"Gwenny, tidak apa-apa. Jadi, kamu.."
"Mobil itu menabrak kak Gwen, aku hanya terjatuh sedikit karena kak Gwen menyelamatkanku dengan mendorong punggung ku keras. MOBIL ITU MENABRAK KAK GWEN, BODOH!" terriaknya sembari menangis kencang. Rasa sesal benar-benar hinggap dihatinya. Bagaimana Tristan menolongnya yang hanya luka kecil dibandingkan Gwenny yang jelas-jelas tertabrak.
"Jadi.."
"Kak Gwenny menolong ku lagi, pih. Waktu itu dia menolongku dari gigitan anjing hingga kami berlari." Jelasnya pada kedua orang tuanya.
"Dan kamu menyalahkannya karena aku kelelahan, kamu memarahinya padahal seharusnya aku yang berterimakasih padanya." Ucapnya pada Tristan.
***
Gwenny memeluk Raka erat. Tangisnya pecah ketika ia benar-benar menyadari kebodohannya. Ia egois, sangat. Selama ini ia hanya mementingkan perasaannya saja, tanpa berfikir bagaimana hancurnya perasaan orang-orang disekitarnya.
"Maaf Raka." Ujarnya dengan nafas yang sedikit lebih berat dari biasanya.
"Maafkan aku."
Raka memejamkan matanya sebentar, sebelun membalas pelukan Gwen tak kalah erat.
"Aku gak pernah bisa marah sama kamu, Gwen." ucapnya sembari mengecup kening Gwen lama.
Namun ada yang salah. Kaos yang ia rasakan terasa, basah. Raka melonggarkan pelukannya pada Gwen, namun ada yang aneh. Tubuh gadis ini, terkulai remas, dan pada baju nya terdapat noda darah. Darah Gwen. Gwen mimisan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Stars Align (END)
Cerita Pendek-Please follow first- Keduanya bersahabat sedari kecil, membuat Tristan tak sungkan lagi menceritakan segala hal termasuk kisah asmaranya bersama Calya, gadis SMA yang tak kunjung mendapat kejelasan. Gwen, sebagai sahabat, hanya bisa mendengarkan da...