"Kau dimana?"
Aku mematikan Hp ku dan melempar nya ke jok belakang. Aku sedang berpikir dan tak mau di ganggu oleh pesan atau telpon dari orang-orang tak berguna.
Aku memandang jembatan di depan ku melalui kaca mobil. Aku meresapi kesendirian ini sambil menangisi nasib ku.
Ayah ku kaya namun tukang selingkuh.
Tunangan ku tampan namun punya simpanan.Kenapa aku di kelilingi manusia bajingan seperti mereka?
Aku menatap langit dan teringat akan perkataan seorang sahabat ku Michael.
"Ada banyak peluang kerja di Canada jika kau mau melanjutkan S2 tanpa bantuan Ayah mu"
"Keluarga ku juga punya usaha disana, jadi kita bisa sering bertemu"
"Kau mau kan pindah kesana?"
Aku mengusap wajah ku kasar. Haruskah aku?
Namun, aku takut.
Tapi, daripada aku tinggal dengan Ibu tiri dan anak haram Ayah ku.
Tok tok!
Kaca mobil ku di ketuk dari luar. Aku bia melihat jelas siapa yang mengetuk nya namun, berbeda dengan orang yang mengetuk jendela ku ia tak bisa melihat ku. Tapi aku yakin ia tau kalau aku ada di dalam mobil.
"Buka pintu nya Aimee"
Aku mendengus kesal. Ayah ku selalu memasang alat pelacak pada setiap mobil nya dan setiap kali aku kabur Aiden selalu di kirim untuk mencari ku.
"Aku bisa membuka nya sendiri..."
Tentu dia bisa. Dia punya semua kunci cadangan mobil ku.
Aku membuka pintu mobil ku. Aiden berdiri di depan ku dengan masih mengenakan setelan kerja nya. Jas dan kemeja abu-abu serta dasi berwarna senada kemeja nya.
Apa dia selalu bekerja sampai jam 8 malam?
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya nya.
"Aku yang harus nya bertanya pada mu" jawab ku sinis.
Sejak kematian Ibu ku, aku menjadi sinis dan benci pada nya. Aku pun tak tau mengapa.
"Berbahaya berkeliaran di jalanan seperti ini saat malam hari"
"Apa mau mu?" Tanya ku langsung.
Ia menaikan satu alis nya atas tingkah sinis ku "Aku harus mengantar mu pulang"
Aku memanh selalu bersikap sopan pada nya. Ada saat-saat tertentu dimana aku acuh dan sinis jelas bukan salah satu sifat dominan ku saat bersama nya.
Tekana hidup membuat ku berubah dari gafis baik-baik menjadi menyebalkan.
Aku tak peduli. Jujur saja.
"Katakan pada Ayah ku aku sedang berada di dalam perjalanan pulang. Dan tolong pergilah. Aku butuh waktu sendiri" ucap ku sambil menatap nya.
Bahkan di dalam keremangan malam aku bisa melihat jelas wajah tampan nya.
"Aku tak mau kau berbohong" dia tersenyum tipis.
Tingkah nya seperti aku ini adik nya saja.
"Ku mohon pergilah" aku memohon sambil menatap lurus pada kedua bola mata nya.
"Aku tak akan pernah meninggalkan mu Aimee"
Aku menghembuskan nafas lelah lalu berusaa menutup pintu mobil ku namun, dengn cepat ia menangkap tangan ku.
"Aku yang akan menyetir"
"Aku bisa menyetir sendiri" tekan ku.
Aku muak di perlakukan seperti anak kecil.
"Aku tau kau bisa menyetir sendiri tapi aku ingin menemani mu"
Aku menggeram pelan dan memilih untuk mengalah, lalu pindah ke kursi di samping ku.
"Kau tidak harus selalu kabur saat Ayah mu sedang bicara Aimee" ucap nya di sela-sela menyetir.
"Itu urusan ku"
Aiden tertawa dengan suara rendah nya. Ia lebih tua 4 tahun dari pada aku.
"Kau menjadi lebih mudah marah akhir-akhir ini"
"Inilah aku" jawab ku tak peduli.
Aku tak peduli dengan penilaian nya karena aku sudah membuat keputusan yang akan melepaskan ku dari belenggu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE LIKE ME
RomanceHe is Mystery. He is Bastard. and i've found myself falling for him. and i promise he will never find someone like me. #### Aku merasa jijik mengetahui Kakak tiri ku adalah simpanan tunangan ku. Aku tak tau apa Aiden sudah mengetahui hal ini atau ti...