Eight : You

669 96 29
                                    

Sebulan sudah sejak terakhir kali aku bertemu dengan Aiden dan perempuan yang mengaku sebagai Nyonya itu juga berkeliaran di rumah ku seperti anjing peliharaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebulan sudah sejak terakhir kali aku bertemu dengan Aiden dan perempuan yang mengaku sebagai Nyonya itu juga berkeliaran di rumah ku seperti anjing peliharaan.

Aku jijik melihat wajah nya yang keriput namun di tambal banyak make up atau senyum palsu nya yang selalu ia paksakan untuk ku tiap kali ada Ayah ku.

Dan hari ini aku juga mendengar dari pembantu ku, bahwa anak haram Ayah ku akan datang.

Aku duduk dk bangku taman sambil memandangi bunga Lili kesukaan Ibu ku, cuaca sore ini cukup dingin dan aku tak boleh lama-lama berada di luar jika tak mau sakit.

Aku tak masalah sakit dan mati namun, aku tak rela Simpanan Ayah ku dan Anak haram nya bebas menguasai seluruh harta Ayah ku. Bukan nya aku gila harta namun, aku tau perempuan seperti apa mereka itu, perempuan gila harta yang hidup nya cuma fokus untuk mengejar milik orang tanpa mau berusaha.

Jika aku menderita maka ku pastikan mereka lebih menderita.

"Nona, Ayah anda dan Tuan Aiden sudah datang, begitu juga dengan..."

Pembantu ku menghentikan ucapan nya saat aku menatap nya sinis.

Ia lebih baik tak merusak mood ku malam ini.

Aku berdiri dan merapikan dress putih selutut ku untuk bergabung bersama 'keluarga' dan 'tunangan' ku.

Aku duduk di samping Aiden, Ayah ku sudah menganggap nya anak nya sendiri dan selalu menyerahkan segala urusan ku pada Aiden.

Tidak tau kalau Aiden sama bejat nya dengan diri nya.

Aiden melirik ku sebentar namun aku mengabaikan nya, ia bahka tak mengirimi ku satu pesan pun selama sebulan ini.

Ia dan pacar nya sedang berlibur ke Prancis.

"Maaf aku terlambat" suara seorang perempuan membuat semua yang ada di meja makan mengalihkam perhatian nya pada suara itu.

Seorang perempuan dengan dress biru tersenyum lebar dan berjalan kearah meja makan.

Aku mengeryitka kening, merasa pernah melihat perempuan itu di suatu tempat.

"Ayah, aku tadi mampir beli oleh-oleh untuk mu"

Mata ku membulat sempurna saat mendengar ucapan nya. Ayah?!

Jadi dia si anak haram?!

Perempun itu memeluk Ayah ku juga Ibu nya lalu melirik ke arah ku dan Aiden bergantian, aku bisa merasakan tubuh Aiden menegang dan saat perempuan itu mengulurkan tangan nya ke arah ku aku bisa menebak dengan jelas apa penyebab nya.

Cincin di jari manis perempuan itu menjawab pertanyaan ku.

Aku pernah melihat cincin itu di mobil Aiden, dengan memo: Untuk, kekasih ku.

Aku diam di tempat. Menatap tangan yang terulur di depan ku lalu wajah penuh senyum si pemilik tangan untul mengatakan ia bahagia akan sedikit berlebihan, namun aku bisa katakan jika itu lebih seperti senyum kemenangan.

Aku melirik Aiden yang hanya diam di tempat duduk nya dengan wajah batu.

"Aimee, kenalkan Kakak mu, Jasmine"

Jasmine... tak salah lagi, Aiden selalu mengucapkan nama itu saat menerima telpon secara diam-diam.

Aku berdiri dari tempat duduk ku "Aku Aimee" ucap ku tanpa menerima uluran tangan nya. "Aku sudah kenyang" ucap ku dan pergi meninggalkan meja makan meski tau konsekuensi nya Ayah ku akan marah padaku.

Aku segera mengambil Hp di atas nakas dan menelpon Kian.

"Halo? Aimee?"

Aku diam.

"Aimee? Ada apa?"

"Kian"

"Apa ada masalah? Ayah mu melakukan sesuatu pada mu? Ada apa Aimee?" Tanya Kian dengan nada suara khawatir.

"Kian..." aku terisak.

"Aimee, jangan menangis, beritahu aku ada apa, biarkan aku menolong mu"

"Kian... aku tak mau berada disini" ucap ku di antara isakan.

Aku merasa jijik mengetahui Kakak tiri ku adalah simpanan tunangan ku. Aku tak tau apa Aiden sudah mengetahui hal ini atau tidak, aku juga tak tau bagaimana pendapat Ayah ku, aku tak tau dan tak mau peduli lagi, persetan dengan harta, aku akan membawa sebanyak yang aku bisa dan pergi dari hidup mereka, aku tak peduli lagi, aku tak mau hidup dalam kubangan lumpur yang mereka ciptakan.

"Kian... bawa aku pergi dari sini..." mohon ku di antara tangis ku.

Dan aku tau Kian akan mewujudkan permohonan ku.

SOMEONE LIKE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang