Five : Her

590 79 7
                                    

Ayah ku benar-benar berniat membunuh ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayah ku benar-benar berniat membunuh ku.

Ia merealisasikan ucapan nya tentang simpanan nya yang ia bilang akan menjadi Ibu tiri ku.

Menjijikan.

Aku mematut diri ku di kaca dan merapikan penampilan ku, aku akan pergi ke tempat kuliah ku untuk menyelesaikan beberapa hal.

Aku telah menyelesaikan skripsi dan sidang ku.

"Nona Aimee"

Ketukan pelan di pintu ku membuat ku menoleh.

"Masuk"

"Nona... Tuan Lizardi meminta anda untuk turun ke ruang makan"

"Aku tidak lapar" ucap ku.

"Tapi Nona-"

Aku memotong ucapan pelayan itu "Pergilah"

Ia menunduk dan menggumamkan permisi sebelum menutup pintu kamar ku.

Aku menutup mata ku dan menarik nafas. Demi Tuhan, jika aku harus bertemu dengan wanita itu, aku akan membunuh nya. Tak peduli jika Ayah ku akan memukul atau bahkan menendang ku dari rumah.

Pintu kamar ku di buka paksa menampilkan wajah tegas Ayah ku. Ia menatap ku sebelum berucap "Apa kau sakit?"

'Tidak"

"Kenapa kau tidak mau turun?"

"Buat apa?" Tanya ku.

"Ibu mu-"

"Ibu ku sudah meninggal"

"Ibu tiri mu-"

"Aku bilang aku tidak mau Ibu tiri. Kapan Ayah akan mengerti?!" Ucap ku marah.

"CUKUP!" Ayah ku meneriaki ku "Kau bersikap terlalu kekanakan Aimee, aku hanya meminta mu untuk bertemu dengan nya!"

"Aku tidak mau! Lalu Ayah mau apa? Memukul ku seperti Ayah memukul Ibu?"

Ucapan ku membuat Tatapan Ayah semakin menajam "Kau memang sangat mirip Ibu mu. Keras kepala"

Apa yang dapat ku katakan? Aku memang anak Ibu ku.

"Bersikaplah dewasa Aimee" ucap Ayah ku lelah.

"Bagaimana-" aku merasakan mata ku memanas dan dalam sekali kedip air mata ku jatuh. "Bagaimana aku bersikap dewasa jika Ayah... Ayah tak pernah bersikap seperti orang dewasa!"

"Apa kata mu?! Aku Ayah mu! Aku membesarkan mu untuk menjadi orang yang lebih baik dari ini!" Ayah ku meneriaki ku.

Aku bisa mengatakan ia sedang berada di ambang batas kesabaran nya saat melihat warna merah di wajah nya.

Tiba-tiba aku menjadi takut dan sebelum aku jatuh ke lantai, aku mendengar suara langkah tergesa dari luar ruangan ku dan sebelum aku berpikir siapa itu, Aiden muncul di depan pintu kamar ku.

Ayah ku melirik Aiden dari sudut mata nya dan menatap ku dengan kilatan amarah. Aku menduga ia tak akan melepaskan ku begitu saja, seperti yang selalu terjadi saat ia memarahi ku dan Aiden datang sebagai penyelamat ku.

"Pulanglah Aiden, aku harus bicara dengan Aimee" ucap Ayah ku dingin.

"Aimee sedang tidak sehat Pak, lebih baik dia beristirahat dulu"

"Aku hanya ingin bicara, Aimee harua mengerti beberapa hal, dia bersikap seperti anak-anak akhir ini"

Ayah masih menatap ku. Aku diam dan hampir pingsan, saat Aiden menyebut kata sakit aku baru ingat kalau aku memang melewatkan banyak jam makan ku dan aku tak bisa tidur saat malam.

Kepala ku pusing dan aku terlalu sering marah. Aku merasa kepala ku mau pecah terutama saat melihat wajah Ayah ku dan Aiden.

Dan itu semakin mengingatkan tubuh ku untuk beristirahat sejenak. Jadi, sebelum aku berpikir banyak kegelapan telah mengambil kesadaran ku.

----

"Kau sudah bangun?"

Aku mengedipkan mata ku beberapa kali, kepala ku sungguh sakit dan tenggorokan ku kering.

Tanpa bertanya lebih dulu, Aiden membantu ku duduk dan mengangsurkan gelas pada ku.

"Apa yang kau rasakan?" Tanya nya saat aku hanya diam.

"Pusing"

"Dokter bilang kau tidak makan selama-"

"Aku tau, aku kan makan nanti" potong ku cepat.

"Dimana Ayah ku?" Tanya ku.

Aiden mendekat ke arah ku,ia merapikan rambut ku yang menyentuh wajah ku dan aku tak tau haris bereaksi seperti apa karena selama ini hubungan kami hampir seperti kakak dan adik.

Kedekatan ini begitu intens dan aku bisa merasakan hangat nafas nya di wajah ku.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya ku dengan suara pelan karena aku yakin ia bisa mendengar setiap hembus nafas ku.

Aiden memandang ku lekat, sebelum ia mengangkat satu tangan ku dan menatap cincin pertunangan yang tersemat di jari manis ku dengan... lirih?

"Kau tidak pernah menyebut nama ku lagi Aimee" ucap nya.

Aku menatap nya dalam diam. Berharap ia tau jika aku telah muak dengan segala macam jenis hubungan yang kami miliki ini.

"Kau tidak pernah membalas pesan ku dan mengangkat telpon ku lagi" tambah nya.

"Dan... mata mu tak pernah melihat ku dengan tatapan lembut mu lagi" ia menatap ku serius "Ada apa dengan mu?"

Aku muak.

"Tidak ada" jawab ku.

"Kau pembohong yang buruk" ia akan menyentuh rambut ku lagi saat sebuah ketukan menyela kami.

"Masuk" ucap ku.

Seorang pelayan masuk, ia menatap padaku dan Aiden dengan ragu. Memang apa yang ia pikir sedang kami lakukan?

"Maaf Nona, Tuan meminta anda untuk turun. Makan malam telah siap dan... dan..." ia menatap kemanapun selain pada ku "Ada Nyonya-"

"Nyonya siapa?" Tanya ku tak sabar.

"Nyonya Marline"

SOMEONE LIKE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang