Eleven : Someone

682 89 11
                                        

Aku membereskan barang-barang ku untuk pergi bekerja pagi ini. Sejak aku menerima panggilan misterius itu aku merasa gelisah.

Aku menyalakan hp ku, ada beberapa pesan dari Kian yang menanyakan apakah aku baik-baik saja.

Aku membalas bahwa aku baik-baik saja, aku tak merasa bisa mengatakan hal yang sejujurnya pada Kian tentang kegelisahanku, tak hanya takut merepotkannya lagi aku juga tak mau bersikap gegabah.

Aku mengenal pemilik suara telpon misterius itu tapi aku berharap ia menelpon ku hanya untuk iseng meski aku tau ia sama sekali bukan tipe orang yang suka bercanda.

Aku memasukan Hp ku ke dalam tas dan berangkat bekerja, perusahaan tempat ku bekerja sungguh sederhana, hanya sebuah perusahaan media kecil-kecilan yang mendapat dana dari politikus muda yang haus akan publikasi dengan harga murah.

saat jam makan siang tiba aku telah membuat janji dengan Kian untuk makan siang bersama, aku membereskan meja ku dengan cepat, tak mau membuatnya menunggu terlalu lama.

Kian mengenakan kemeja berwarna abu-abu, 2 kancing teratas ia biarkan terbuka, aku tersenyum dan melambaikan tanganku untuk menyapanya dan ia refleks membalasnya.

"Hi, sudah lama menunggu?" Tanyaku.

"Tidak, aku baru datang, aku sudah memesankan makan siang mu" ucaonya saat melihatku membuka-buka menu, aku tersenyum, ia tau makanan kesukaan ku.

"Terimakasih" ucapku tulus.

"Bagaimana harimu?" Tanyanya dengan suara yang lembut, Kian selalu membuatku tenang hanya dengan mendengar suaranya, itu sebabnya aku selalu mencarinya saat aku sedang sedih atau bingung, ia selalu tau apa yang harus ku lakukan.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" tanyanya untuk ketiga kalinya saat ia mendapati aku kembali hanyut dalam lamunan ku, aku tersenyum dan mengangguk "Aku baik-baik saja" ucapku.

Kian berdiri lalu mengecup pipi ku "Aku harus kembali"

Aku mengangguk dan membiarkan diriku menghirup aroma tubuhnya "Hati-hati" ucapku.

Aku kembali ke kantor dan aku mlihat direktur kami berdiri di depan meja ku, aku mengernyit lalu menyapanya.

"Siang Aimeee, sudah makan siang?" tanyanya.

Aku mengangguk "Baguslah, aku ingin mengajakmu meeting dengan investor baru kita"

Aku menatap direktur ku aneh, itu bukan tugas ku, kenapa dia tiba-tiba menginginkan aku untuk melakukan itu.

"Tak masalah" ucapnya seperti bisa membaca pikiranku "Ini hanya pertemuan biasa dan mungkin sedikit minum anggur" ia terkekeh.

Aku sedikit mengernyit, sama sekali tak menyukai ide itu namun aku tak punya banyak pilihan, Kian tak akan selamanya berada di London sebentar lagi ia akan pulang dan aku tak mau menahan kepulangannya hanya karena aku tak bisa menahan emosi serta gengsi ku hingga aku kehilangan pekerjaan ku.

aku mengangguk, menyetujui keinginan Direktur ku.

Aku mungkin tak menampakan wajah kagum namun di dalam hati ku aku bersorak gembira, sudah sangat lama sejak aku menikmati pelayanan dan pemandangan kelas atas, aku bukan perempuan manja, sejak kecil, ahh tepatnya sejak mengetahui jika keluarga ku tak baik-baik saja, aku perlahan menarik diri ku dari lingkungan sosial, aku menjadi apatis terhadap manusia karena orang yang selama ini aku percayai tak akan pernah menyakitiku, menyakitiku.

aku menatap pemandangan dari tempat ku duduk, pemandangan kota London di siang menjelang sore begitu indah, aku pernah menghabiskan masa liburan sekolah ku disini bersama Orang tua ku, aku menggelengkan kepala ku emncoba menghapus kenangan indah sekaligus pahit itu, aku tak mau mengenang apapun lagi.

Aku emnatap ke depan ku, Direktur ku telah meninggalkan ku sendirian, ia bilang harus ke toilet namun ini sudah hampir 10 menit sejak ia pergi, aku tak peduli seandainya aku membawa cukup uang untuk membayar seporsi makanan disini tapi kini... aku tak memiliki sebanyak dahulu.

Jasmine.

perempuan itu telah memiliki segalanya yang dulu aku miliki. aku membencinya dengan seluruh nyawa ku.

Aku berdiri dan melangkahkan kaki ku ke arah balkon, entah mengapa aku merasa aneh dengan pemilihan meja kami, alih-alih berada di tempat tertutup dan rahasia, seperti pertemuan bisnis penting pada umumnya, meja kami berada di tempat terbuaka dengan pemandnagan indah dari ketinggian, pemandangan yang begitu aku sukai.

Mungkin inilah yang di lakukan pengusaha di London, aku tak tau, apapun itu alasannya, aku bersyukur bisa menikmati pemandangan indah seperti ini, sekali lagi.

angin berhembus menerpa wajahku, aku memejamkan mata membiarkan diriku untuk sekali lagi merasa rileks, aku tak bisa berbohong jika aku merindukan rumah ku dan... ayah ku, aku membencinya sekaligus menyanyanginya karena dia Orang tua ku dan aku smeakin membenci pikiran itu.

Seketika semua bayangan dan kenangan itu muncul, semua hal yang coba ku lupakan, Ayah ku, ibuku lalu...

Sepasang tangan melingkar di perut ku, mendekap ku erat, mata ku terbuka namun anehnya aku tak merasa takut, meski sedikit terkejut.

"Aku menemukanmu" bisiknya di telinga ku.

--------------

Yo! Yo! aku up lagi ahahahahaha

SOMEONE LIKE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang