Aku menatap gundukan tanah di depan ku dengan pandangan kosong. Hati ku menjerit menahan tangis namun bibir ku hanya bisa bungkam menahan rasa sakit.
Ayah ku bukan orang biasa, jadi saat kematian Ibu ku tersebar banyak media memburu nya.
Dan aku benci itu.
Hubungan ku dengan Ayah dulu sangat baik, sebelum sesuatu yang gila masuk ke kepala nya dan merubah nya menjadi laki-laki egois yang kasar.
Dan aku membenci nya.
Aku hampir terjatuh, seandai nya Aiden tidak memeluk pinggang ku erat. Sumber rasa sakit ku lain nya tengah memberi ku kekuatan.
Aku ingin tertawa di atas kuburan Ibu ku. Karena semua hal tentang pertunangan itu pula aku harus merelakan kehidupan normal ku.
Aku tak boleh berpacaran dengan siapapun karena aku telah memiliki tunangan. Namun, dia boleh.
Aku tak berhak untuk menikmati nuansa jatuh cinta dan bersama dengan orang yang kau cintai, namun dia boleh.
Aku membiarkan nya kali ini.
Setelah Ibu ku meninggal, aku tak punya banyak pilihan. Aku harus tetap tinggal di rumah bersama Ayah ku yang hanya pulang sebulan sekali itu atau pergi kuliah keluar negeri sejauh mungkin dan pulang saat Ayah ku akan membacakan wasiat nya.
Aku tak tau.
"Kau tak apa?" Tanya nya.
Aku mengangguk tanpa melirik nya.
Mata ku menatap pada kaca mobil di samping ku. Hidup ku klise sekali, pikir ku muram.
Aku penakut. Itulah yang Ayah ku pernah katakan.
Aku menutup mata ku dan merasakan bulir air mata kembali jatuh ke pipi ku. Usapan lembut di pipi ku membuat mata ku terbuka.
"Kau terlihat pucat" ucap nya datar. Cara bicara nya memang selalu seperti itu saat bersama ku dan aku tak pernah mempermasalahkan nya.
Sangat berbeda saat aku mendengar nya menelpon kekasih nya, ucapan nya, nada nya bahkan ekspresi nya melembut.
Aku menyingkirkan jari nya dari pipi ku. "Aku tidak apa"
"Aku akan menemani mu makan nanti" ucap nya, merapatkan tubuh nya pada ku. Memberikan kehangatan yang tak pernah ku minta.
Aku melirik ke supir ku. Ia seperti patung. "Tidak perlu. Lebih baik kau kembali ke kantor"
Aiden memeluk pinggang ku dengan satu tangan nya "Tunangan ku sedang berduka, aku tidak mungkin meninggalkan nya sendirian"
Dia memang tak tau malu.
Jika aku tak cukup merasa sedih pasti aku akan memutar mata ku. "Terserah mu"
Aiden menemani ku sampai sore. Ia bilang ia harus bertemu dengan seseorang dan aku hanya mengangguk agar ia cepat pergi.
"Aku akan kembali besok pagi" ia mengecup kening ku sebentar sebelum menghilang di balik pintu kamar ku.
Aku mengabaikan tingkah laku aneh nya dan membalas pesan, Kian.
"Kau baik-baik saja? Maaf aku tak bisa datang kesana. Aku masih harus menyelesaikan beberapa hal disini namun aku janji akan segera kembali. Aku merindukan mu"
"Aku baik-baik saja. Aku juga merindukan mu"
Kian, cinta pertama ku. Masih teringat dengan jelas di kepala ku bagaimana kami pertama kali bertemu. Dia Kakak kelas ku, 2 tingkat di atas ku.
Aku menyukai nya sejak awal namun terlalu malu untuk mengakui nya, aku menjadi penggemar rahasia nya sampai satu kali saat hujan turun deras ia menawari ku untuk pulang bersama nya.
Mulai dari sana kami dekat dan aku jatuh cinta pada nya.
Ia mengakui perasaan nya padaku saat aku berada di kelas 3 dan dia sudah masuk ke bangku kuliah.
Aku begitu senang juga sedih karena sebulan sebelum Kian mengungkapkan perasaan nya pada ku, Ayah ku sudah menjodohkan ku dengan Aiden.
"Jaga kesehatan mu. Aku akan segera kembali"
"Kau juga"
Dia selalu meminta ku untuk menunggu nya. Dan dia selalu menepati janji nya.
------
I'm working for other chapters! Tapi karena cerita ini aku buat ngga pake niat tapi karena kesel sama seorang autor pemes yang pernah marahin reader nya (bukan aku -,-) karna minta update, aku ngerasa keciwiw, i need some times to figure out what should i write in the next chapter!
Voment and i'll be a happy girl.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE LIKE ME
RomanceHe is Mystery. He is Bastard. and i've found myself falling for him. and i promise he will never find someone like me. #### Aku merasa jijik mengetahui Kakak tiri ku adalah simpanan tunangan ku. Aku tak tau apa Aiden sudah mengetahui hal ini atau ti...