Bangun

192 2 0
                                    

Mengenang masa lalu yang indah itu asik. Tapijangan hidup di dalamnya. Karena masa depan tidak ada di masa lalu. Dan masalalu yang kita tinggali hanya akan membuat kita semakin menjauhi masa depan.

~

"Balqis." jawab anak kecil itu berwajah apa adanya. Ia menjawab pertanyaan April, "siapa namamu anak cantik?" Rifi tersentak bangun dari lamunan mendengar anak itu menyebutkan namanya. Rifi jadi ikut tertarik berbasa-basi menyapa si Balqis kecil.

"Hai." sapa Rifi mengikuti suara anak-anak.

Balqis kecil merespon senyum. Polos, imut dan ngegemesin.

"Siapa namanya, coba ulangi, om mau dengar." Rifi mendekatkan telinga ke mulut Balqis kecil itu. Nada suara Rifi dibuat-buat seperti anak kecil.

Balqis kecil mendekatkan mulut ke telinga Rifi. "Bal- Qis." bisiknya pelan sambil mengeja dengan lembut. Kata itu membuat Rifi tersenyum dan memejamkan mata. Pejaman mata Rifi menahan air mata urung berlinang. Balqis, apa kabar kamu disana? Kata Rifi dalam hati.

April menyeringai melihat tingkah keduanya. Balqis kecil dan Rifi.

"Balqis mau coklat?" tawar Rifi.

Balqis kecil lagi-lagi cuma tersenyum. Belum ada kata ya dan kata tidak keluar melewati dua bibir tipisnya. Tapi jelas, dari wajah polosnya, sebenarnya Balqis mau. Rifi meraih tas, masih tergendong di pundaknya. Merogoh salah satu kantong. Dan mengeluarkan tangan bersama sebatang coklat yang masih terbungkus rapi.

"Balqis." panggil Mama Balqis yang senyum melihat ke arahnya.

"Saya Mama." Balqis melihat sekilas ke Mamanya. Dan cepat beralih pandang ke coklat yang barusan Rifi keluarkan. Ia tergoda.

"Buat Balqis. Nih." Rifi menyodorkan coklatnya ke Balqis kecil.

Balqis kecil menatap mata Rifi. Ia malu-malu kucing mau ngambil. Kemudian ia melihat ke April yang dari tadi dihiasi senyum manis. Tatapan Balqis menyiratkan minta dukungan dan pertolongan untuk mengambilkan coklat itu dan berikan ke dirinya. Tatapan polos suci Balqis kecil membuat April gemas. Ia harus rela pipi tembemnya dicubit April

"Ambil. Kata om, coklat itu buat Balqis. Ayo Ambil, gakpapa." bujuk April.

Pelan-pelan tangan Balqis kecil bergerak mengambil pemberian Rifi. "Makasih om." kata Balqis kecil manja. Ia memeluk coklat pemberian Rifi.

"Balqis." kali ini Papanya yang memanggil.

"Saya Papa." jawab Balqis tanpa memandang ke Papa. Ia bersandar di kaki April.

April mencium pipi Balqis kecil. Rifi meminta Balqis kecil untuk mencium pipinya sebagai imbalan. Tapi keburu Balqis kecil berlari ke meja ibunya.

"Mama, adek di kasih ini sama om itu." Balqis menunjukkan coklat itu ke Mamanya. Melihat ke Rifi sebentar. Lalu ia goyang-goyangkan coklat itu ke arah abangnya supaya iri.

Mama menggendong Balqis kecil dan menaikkan ke atas pangkuan. Mama Balqis kecil tersenyum sambil memandang ke arah Rifi dan April, memastikan mereka berdua masih melihat ke arah Balqis kecil. Papa Balqis kecil tersenyum melihat anaknya, bijak.

Dengan sigap dan cepat, Abang Balqis kecil merampas coklat itu. Balqis kecil jadi merengek.

"Abang, ah." kata Mama Balqis kecil.

"nah nah nah." abang Balqis kecil coba mengembalikan. Begitu Balqis kecil hendak raih, abang kembali menarik ke atas. "Eits."

"Mamaaa." rengek Balqis lagi.

Kamu & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang