Panti asuhan April

52 1 0
                                    

Kangen. Adalah sebuah kata kunci mengundang
kenangan.

~

"April?!" kata seorang cewek paruhbaya di depan pintu masuk pelayanan tamu Panti Asuhan An-Nur Sukabumi dengan mata terbelalak. Kaget.

"Ibu!" sambut April, bibir bergetar. Benar-benar cepat linangan air mata muncul menyeruak dari kelopak matanya. Pipi April jadi basah. Tas yang tergantung di tangannya harus terjatuh. Rifi memungut tas itu. April berlari kecil menuju seseorang yang ia panggil ibu dan langsung memeluknya begitu erat. April dan ibu itu menangis sejadi-jadinya. Seperti Shahida bertemu dengan ibunya pada film India, Bajrangi Baijaan. Air mata rindu.

Rifi berjalan pelan mendekati April. Ia sangat tersentuh dan tak kuasa menahan air matanya tumpah. Moment April dan ibu itu sangat menyentuh hati bagi siapa saja yang melihat. Rifi menghapus air matanya. Kebetulan ia tidak membawa tisu, sehingga ia menghapus air mata menggunakan punggung tangannya.

"Ibu, ini Rifi. Teman April sekaligus Malaikat yang Tuhan utus buat nyelamatin hidup April. Dia yang membuat hidup April berubah, bu." April melepas pelukan memperkenalkan Rifi. Air mata April jatuh lagi. "Rifi, ini bu Asma, ibuku selama di Panti dulu. Yang pernah aku ceritakan."

Rifi menyalami bu Asma. "Rifi."

Bu Asma gopoh menyuruh Rifi dan April masuk. Dipersilahkan duduk di sofa, di ruangan khusus menyambut tamu-tamu datang. Tak lama bincang-bincang dengan bu Asma,

"April?!" suara salah seorang cewek, sepertinya berusia tidak jauh beda dengan usia April. Nadanya serupa nada bu Asma saat mendapati kedatangan April. Terkejut.

"Mala!" April beranjak dari duduknya berjalan cepat memeluk cewek bernama Mala itu. Tangisan kembali menguasai April. Begitupun Mala, ia tersedu.

Mala melepas pelukan. Ia genggam erat kedua bahu April. Matanya berubah sembab. "Kamu udah cantik sekarang. Aku pangling melihatmu." ucap Mala berlogat Sunda.

"Kamu juga." April mencubit kedua pipi Mala. April menarik-narik hidungnya, berair. Begitu bahagianya mereka.

April dan Mala duduk di sofa. April duduk di samping Rifi lagi, dan Mala duduk di sebelah bu Asma. Mala adalah teman main April di Panti dulu. Teman yang paling disayang sama bu Asma setelah April. Dulu mereka berdua sering berantem. Sering pula berbagi cerita. Curhat-curhatan, kalau lagi akur. April juga perkenalkan Mala ke Rifi.

"Aku udah menikah Pril."

"Serius?" mata April melotot hampir mencolot keluar.

"Mama." tiba-tiba saja seorang enak kecil muncul dari pintu masuk berseragam Taman Kanak-Kanak. Diikuti di belakangnya ada laki-laki muda sekitar usia dua puluh lima tahunan, menggendong ransel kecil bergambar Transformer.

"Eh, udah pulang sekolah?" sambut Mala menggendongnya ke atas pangkuan. "Ini anak aku Pril. Salim dulu sama tante April." Mala menurunkan anaknya dari pangkuan.

"Siapa nama kamu ganteng?" April mencubit pipi anak Mala.

"Rizky Ramadhan. Dipanggil Madan." jawab anak Mala polos. "Nama tante siapa?"

April mendengar jawaban anak Mala langsung melirik ke Mala, matanya siap-siap gerimis lagi.

Mala tersenyum, mengangguk.

April jadi teringat dengan sahabatnya dulu, Madan. Yang memberikan gitar saat-saat terakhir hidupnya.

"Tante, kenapa nangis?"

Kamu & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang