Tidak ada satu rintik hujan yang jatuh kecualimemang sudah takdir Tuhan.
~
"Halo Yah. . . Rifi dan April sudah di Bandara Soetta. . . nih lagi chek in. . . sekitar jam satuan sampai di Kualanamu. . . Oke yah." Rifi baru saja mendapat telepon dari Ayah Hermawan.
"Ayah mau jemput." kata Rifi setelah menutup telepon dan memasukkan handphone ke saku celana.
"Syukurlah, jadi kita gak perlu naik taksi." kata April. "Terima kasih." kata April lagi kepada petugas chek in.
***
Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Medan, kita telah mendarat di Bandar Udara Internasional KUALANAMU, kami persilahkan kepada Anda untuk tetap duduk sampai pesawat ini benar-benar berhenti dengan sempurna pada tempatnya dan lampu tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan. Berakhirlah sudah penerbangan kita pada hari ini, atas nama Garuda Indonesia Airlines kapten Abdul Rozak, dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat berpisah dan semoga dapat berjumpa lagi di dalam penerbangan Garuda Indonesia Airlines lain waktu. Sebelum meninggalkan Pesawat, kami ingatkan kembali kepada Anda untuk memeriksa kembali bagasi kabin Anda agar tidak ada barang yang tertinggal. Para penumpang dengan lanjutan penerbangan silahkan melapor pada bagian layanan pindah pesawat di ruang penerbangan. Terima kasih.
"Aku sampai Medan. Yee!" teriak April antusias. Ini adalah penerbangan pertamanya ke Medan. Dan ini juga pertama kali April terbang bersama pesawat.
"Biasa saja. Gak teriak-teriak juga. Jangan bikin malu." komentar Rifi dengan wajah datar. Ia meraih koper di bagasi kabin atas.
"Biarin." April mencubit perut Rifi.
"Selamat Siang. Terima kasih." ucap Pramugari cantik di depan pintu keluar bagian depan Pesawat.
Rifi dan April balas lempar senyum ramah.
Rifi merogoh saku kanan celana depan, menyalakan handphone. Sejurus kemudian memanggil ke nomor, Ayah Hermawan.
"Rifi udah di Kualanamu Yah. Baru aja masuk di Bandara. . . Oke Yah."
April asik memandangi setiap sudut Bandara Kualanamu. Bandara ini adalah Bandara kebanggan masyarakat Medan. Diresmikan pertama kali pada tahun dua ribu tiga belas. Sebelumnya Medan memiliki Bandara Polonia. Karena Polonia letaknya di tengah kota, akhirnya Polonia dialih fungsikan menjadi Bandara militer atau hanya untuk tamu-tamu Pejabat berkunjung ke Sumatera Utara. Bukan komersil lagi. Apalagi saat masih Bandara Polonia beroperasi, pernah ada kecelakaan pesawat yang sangat hebat. T. Rizal Nurdin, abang Plt Gubernur hari ini, T. Erry Nuradi, termasuk salah satu korbannya.
Bibir April tak terlepas dari balutan sungging bahagia. Rasanya benar-benar seperti mimpi. Tak pernah terpikir oleh April bahwa ia bakalan bisa sampai dan menginjakkan kaki di tanah Medan. Tanahnya orang Mandailing dan Batak. Di Medan seluruh suku di Indonesia ada. Hanya saja kalau orang di Jawa bilang, orang Medan adalah orang yang punya Marga. Pikir mereka, Medan itu Batak. Padahal di Medan juga berdiri kerajaan Melayu, dulu. Kerajaan Deli namanya.
"Kamu pulang kampung Pril." kata Rifi berjalan beriringan di samping kiri April. Tatapan Rifi ke depan.
"Maksudnya?"
"Iya. Namamu kan ada marganya, Hasibuan. Margamu itu milik orang Mandailing. Dan kampung orang Mandailing, disini."
April manggut-manggut. Oh. "Pulang kampung. Yuhuu. . ." April girang. "Terus kita kemana nih?" tanya April. Mata April jelalatan masih melihat-lihat kemegahan Bandara Kualanamu yang besar dan Lapang. Sebuah Bandara satu-satunya di Indonesia yang langsung terkoneksi dengan moda transportasi Kereta saat ini. Sama seperti Bandara Changi di Singapura, dan Bandara Kuala Lumpur di Malaysia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu & Kenangan
Ficción GeneralIni kisah terjadi di bumi Indonesia. Tentang impian dalam kesempitan kehidupan. Tentang harapan yang tak pernah kesampaian. Tentang kenangan yang muncul dalam upaya melupakan. Dan tentang cinta yang harus saling merelakan. Sebuah kisah cinta seoran...