Cinta memang tak harus memiliki

72 2 0
                                    

Taburlah cinta. Maka kamu akan menuai cintalebih baik dari yang kamu taburkan.

~

"Rifi." Mama memanggil Rifi sekalian mengetok pintu kamar Rifi.

Namun Rifi belum menyaut.

"Rifi. Bangun sayang, sarapan yuk."

Pintu pun terbuka. "Ya Ma?" tanya Rifi. Tangannya mengucek-ngucek mata. Ia baru saja bangun dari tidur.

"Baru bangun? Ayuk sarapan. Nanti siang kita berangkat ke Jakarta. Takut gak keburu menghadiri pernikahan April. Sebelum April pergi ikut suaminya ke Belanda."

"Siang?" tanya Rifi dengan mata terbelalak. "Tiket udah dibeli?"

"Sudah."

"Rifi menghadiri pernikahan teman Rifi dulu ya Ma." Mama meninggalkan Rifi dan Rifi terduduk di ujung tempat tidur.

Mengapa aku selalu menjadi yang terlambat? Saat bertemu kembali dengan Balqis, aku sudah terlambat. Ketika ada niatku untuk menggantikan Balqis dengan April, aku tak mampu mengatakannya. Dan sekarang, aku terlambat lagi.

Rifi menundukkan kepala. Ia terlihat menyesal sekali atas keterlambatan dan ketakutannya.

***

"Rifi berangkat dulu ya Pa, Ma." kata Rifi setelah selesai menyantap sarapan di Restoran Hotel Madani. Wajahnya terlihat tidak sedih. Sepertinya, ia telah siap menerima semua.

"Jangan lama-lama Rifi. Kembali ke hotel segera." kemudian Rifi menyalami Papa dan Mama.

***

"Antarkan saya ke tanah enam Ratus Marelan ya pak." kata Rifi kepada supir Taksi.

Perjalanan menempuh waktu empat puluh menit. Waktu sepanjang itu Rifi gunakan untuk melihat keluar jendela Taksi di sebelah kiri kursi penumpang. Tubuhnya berada di Taksi, tapi pikiran, melayang-layang entah kemana. Siapa saja pasti akan menebak seperti itu, terlihat dari raut wajah dan sorotan mata Rifi. Bahkan, saat pak Supir Taksi mencoba berkomunikasi, tapi Rifi hanya menjawab seperlunya saja.

"Mas, kita terus atau belok kiri ini mas?" tanya Supir Taksi.

Rifi diam. Wajah sayu memandang keluar jendela.

"Mas?" panggil pak Supir.

Rifi masih diam.

"Mas!" nada pak Supir sedikit lebih keras dari sebelumnya.

Rifi terkaget. "Iya pak?"

"Kita lurus atau belok kiri?"

"Tikungan kita belok kiri, yang ada pangkalan ojek dan pos IPK pak. Lurus saja, lewat jembatan kecil, pertigaan, belok kiri lagi pak." terang Rifi.

Kepedihan hati Rifi semakin menjadi-jadi. Dari jarak radius lima ratus meter, sudah berjejer papan bunga ucapan selamat berbahagia, di tujukan untuk pernikahan Balqis.

Selamat Berbahagia

Fauzan Amri, M. Hum

&

Balqis Fitri S. Pd

Semoga bahagia sampai ke anak cucu

Dari: Alumni SMA 1 Medan 2013

Selamat Menempuh Hidup Baru

Pasangan,

Fauzan Amri, M. Hum & Balqis Fitri S. Pd

Dari: Pendidikan Biologi Unimed angkatan 2013

Kamu & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang