"Jadi 'kan ke rumah Vichi?" tanya Iren sesaat keadaan dalam mobil hening."Jadi dong, sekalian numpang makan gratis." jawab Pita. "Ra nyalain musik dong, sepi banget mobil lo." sambungnya.
"Udah kabarin, bonyok 'kan? Kalian mampir ke rumah, di cari tau rasa lo pada." ujar Vichi.
"Udah" jawab Pita dan Iren kompak.
"Lo, Cara?"
"Gampang." jawabnya.
Setelah beberapa menit menelusuri ramainya jalan ibu kota jakarta, kini mereka sudah berada di depan rumah bak istina. Warna putih gold mendominasi bangunan ini.
Cara memarikirkan mobilnya di pekarangan rumah Vichi. Baru saja turun dari mobil, indra penciuman mereka di sambut begitu saja dengan aroma bebeque yang menggugah selera.
"Nyokap tau kita bakal ke sini?" tanya Pita menoleh ke arah Vichi yang mengikut di belakangnya.
"Iya."
"Nggak tahan, nggak tahan cacing gue pada demo ini."
"Duluan gih, kehalaman belakang." ujar Vichi.
Pita dengan semangatnya manarik tangan Cara agar ikut bersamanya, meninggalkan Vichi dan Iren yang jalannya seperti siput, lambat.
Hal pertama kali yang Iren perhatikan sesaat mereka sampai di rumah Vichi, bagasi mobil yang hanya terisi satu satu mobil dan 1 motor sport. Ia menghela nafas sejenak rupanya makhluk tampan penghuni rumah ini belum juga datang.
"Chi, kak Will belum pulang?" tanya Iren, tanpa Vichi menjawabpun ia sudah tahu bahwa William tidak ada di rumah. Namun ada rasa yang memdorong dirinya ingin bertanya memastikan sugestinya. Harap-harap William memang ada di rumah. Entahlah mobilnya di kemanakan.
"Lo liat sendiri 'kan di bagasi? mobilnya nggak ada. Itu berarti kak will nggak ada di rumah"
Ucapan Vichi seperti mempertegas kenyataan, mematahkan harapan-harapan belaka yang ia bangun. Menyadarkan kembali Iren akan kenyataan bahwa dirinya tidak dapat bertemu William hari ini.
"Udahlah nggak usah di pikirin. Kapan-kapan gue ajak kak will main ke rumah lo." ujar Vichi.
"Banar nih? Nggak janji manis doang 'kan?" tanyanya memastikan. Vichi mengangguk sebagai respon dari pertanyaan Iren.
Keduanya pun berjalan sesekali terkekeh, entah apa yang mereka berdua bicarakan hingga tergelak seperti itu.
Sesampainya di halaman belakang rumah Vichi, dapat di lihat dengan jelas Pita yang kini sibuk menikmati keripik kentan sesekali membantu Sisca memastikan dangin bacon dan sosisnya tidak gosong. Sedangkan di posisi pojok kiri Cara sedang duduk sebuk sendiri dengan handphonenya, mungkin sedang mengabari Marvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Squad Girls [SELASAI]✔️
Ficção Adolescente[Tamat] Sedikit bercerita tentang empat gadis dalam satu gang yang memiliki sikap yang berbeda-beda, tentu dengan kisah percintaan yang beda pula. WARNING! CERITA INI BELUM DIREVISI, JADI JIKA ADA TANDA BACA YG SALAH ATAU BANYAK TYPO HARAP DIMAKLU...