Part-16

216 51 11
                                    

WARNING : typo bertebaran!


Di jam yang mereka tidur semalam, rasa malas sekali jika indra pendengaran tiba-tiba menangkap bunyi suara yang pada akhirnya menarik kita dari alam mimpi.

Iren mendengus, seingatnya ia tidak memiliki jam weker di kamar, juga tidak menyalakan alarm di handphone, lalu.... benda sialan apa yang menganggu tidurnya ini?

Kembali benda itu berbunyi, dan kali ini ia benar-benar kehilangan kesabaran, menarik paksa kesadarannya. Lalu sedetik kemudiam jam weker yang menjadi salah satu penghias kekosongan meja di samping tempat tidur menghantam keras dinginnya kubin. Membuat sosok yang masih tertidur lelap di sampaing Iren mengeluh, merasa terganggu dengan bunyi yang di hasilkan benda yang baru di banting Iren.

Iren melirik kesamping ia mendapati Pita dengan kaki yang di tekuk.

"Lo ngapai di rumah gue?" sentak Iren keras,

"Berisik," gumam Pita pelan.

Suara pintu yang baru saja di buka kembali menarik perhatian Iren, di sana nampak Vichi dengan setelan seragam di tangannya.

"Udah bangun ren, lho ini 'kok bisa rusak gini?" tanya Vichi melihat jam weker yang baru saja di beli beberapa hari yang lalu, saat ia dan Leo meluangkan waktunya berjalan berdua.

"Di banting Iren." ucap Pita pelan, gadis itu masih dalam keadaan semula, bahkan kini lebih meringku, seperti kedingan padahal tidak sama sekali, memang gaya tidurnya saja yang kelewat aneh.

"Sori, gue pikir ini rumah gue." ucap Iren.

"Ya udah kalian siap-siap biar itu gue yang beresin."

"Cara mana?" tanya Iren yang tak menemukan Cara dalam ruangan ini.

"Balik duluan di jemput kakaknya, lupa bawa seragam, Cara tuh emang suka gitu ceroboh, pelupa." ujar Vichi mengerutu, mendengar itu Iren hanya bergumam oh, kemudian bergegas masuk ke kamar mandi. Namun, tiba-tiba saja penglihatannya memburam, membuatnya hampir terjatuh kalau saja tidak memengang hendle pintu

"Lo kenapa ren?" tanya Vichi panik, gadis itu buru-buru membantu Iren kembali menuju kasur.

"Efek begadang ini, udah biasa gue." ucap Iren. Ini memang bukan kali pertamanya ia mengalami pusing dengan pandangan yang berkunang-kunang. Ia selalu merasakan efek seperti ini jika jam tidurnya di gunakan untuk bermain game atau lebih tepatnya begadang, hingga melupakan waktu istirahat yang normal.

"Lo bisa sakit juga?" tanya Pita sembari menelengkan kepalanya di balik selimut.

Iren merotasikan matanya, "Lo pikir aja sendiri."

"Gue ambilin teh hangat bentar, lo sih, begadang mulu. Emang semalam lo sama Cara tidur jam berapa? Satu? Dua?" tanya Vichi berbondong-bondong.

Alih-alih yang di tanya menjawab, ini malah Pita yang bersuara dengan nada kekesalan, "Jam empat, gue hampir gila dengarin suara gamenya, berisik banget ganggu gue tidur."

"Berisik, sono lo mandi, abis itu gantian baru gue." ujar Iren, menendang pelan kaki Pita.

"Lo nyuruhnya bisa sopan nggak, sih?" ujarnya mendelik, "Kenapa nggak lo aja yang mandi duluan, gue masih ngumpulin nyawa, nggak liat lo nyawa gue stegahnya masih berada di alam mimpi."

"Kenapa nggak alam bawa sadar aja, biar sekalian," ujar Iren menggantungkan kalimatnya.

"Sekalian apa?" tanya Pita bingung.

"Mati."

"Sialan."

"Rambut lo jelek banget, malas gue liatnya. Jauh-jauh lo dari gue."

The Squad Girls [SELASAI]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang