[5] Rain

73 7 0
                                    

Siang itu...

Ah, tahu begini tadi aku minta Kak Kayla jemput aku, ya
Batin Grace gelisah. Sayang sekali, jam 13.45 hari ini, hujan turun dengan lebatnya. Setidaknya, Grace juga merasa bersyukur atas hujan yang telah turun siang itu.

Lalu, sekarang? Bagaimana caraku pulang? Tadi saja, saat berangkat ke kampus, aku hanya ikut Zulaikha, karena dia diantar abinya naik mobil
Grace semakin gelisah, rasanya sudah ingin menangis karena putus asa.

"Assalamu'alaikum, belum pulang?"
Suara itu mengejutkan lamunan Grace.

Grace menoleh ke arah sumber suara itu, dan mendapati seorang Kak Hafiz sedang berdiri di belakangnya.

"Ka.. Kak Hafiz? Sedang apa?" Tanya Grace gugup, seketika hatinya terasa tenang.

"Tidak sedang apa-apa, sih.. Tadinya aku baru saja mau pulang, lalu aku melihatmu sendirian disini" jawab Kak Hafiz.

"Lalu? Sekarang kakak mau menungguku?" Tanya Grace lagi, semakin bingung.

"Mm.. Kurasa, iya. Kasihan juga, kamu hanya sendirian disini, lebih baik, aku menemani kamu sebentar" jawab Kak Hafiz lagi

Jantung Grace berdebar, merasa aman dan bahagia. Kak Hafiz selalu membuatnya seperti itu, sudah bagaikan perisainya.

"Kakak yakin, mau berdiri disini terus?" Tanya Grace, karena sedari tadi, mereka berdiri di parkiran kampus

"Ya, terserah kamu. Kamu mau pindah juga tidak apa-apa" jawab Kak Hafiz,

"Pindah saja, yuk! Ke lobi kampus juga tidak apa-apa" saran Grace.

Kak Hafiz mengangguk, "ok".

Kak Hafiz pun tampak sedang mencari sesuatu di dalam tasnya, merogoh-rogoh isi tas nya, hingga akhirnya mengeluarkan sebuah payung yang cukup besar dan lebar.

"Ini, kita pakai ini bersama, ok?" Kak Hafiz membuka payung itu. Segera saja, mereka memakai payung jtu berdua.

Ah, serasa memainkan adegan romantis di dalam film

Grace membatin-batin, tersenyum-senyum sendiri. Tapi ia ingat bahwa dirinya dan Kak Hafiz belum halal, masih hanya sebatas adik-kakak tingkat.

Mereka pun sampai di lobi kampus.
Kak Hafiz menutup payungnya, dan memakaikan jaketnya pada Grace, "ini, pakailah. Jangan merasa tidak enak padaku, aku tidak apa-apa, biar kamu saja yang memakainya agar tidak kedinginan".

Mendengar itu dan merasakan Kak Hafiz memakaikan jaketnya dari belakang, jantung Grace berdebar kencang. "I.. Iya, baiklah, terima kasih, kak" Grace berterima kasih dan tersenyum. Ia terbatuk sesaat.

"Eh, hujannya sudah agak reda. Mau pulang bersamaku?" Tawar Kak Hafiz, menutup payungnya.

"Mm.. Memangnya Kak Hafiz naik apa?" Tanya Grace.

"Mobil" jawab Kak Hafiz singkat, tersenyum.

Deg! Grace terkejut, kagum. Jarang sekali anak kuliah mengendarai mobil.

"Uhm, baiklah" Grace akhirnya setuju.

Kak Hafiz dan Grace pergi ke parkiran kampus lagi, lalu segera masuk ke dalam mobil Kak Hafiz.

Diperjalanan, Grace merasa sudah menjadi pendamping hidup Kak Hafiz, bagaimana tidak? Grace duduk di kursi depan, menyebelahi Kak Hafiz. Dengan begitu, Kak Hafiz terlihat sangat tampan dan menawan di mata Grace, tak sadar, Grace menatap Kak Hafiz dengan tersenyum tipis.
Saat itu juga, mereka sedang berhenti di persimpangan jalan, Kak Hafiz sadar bahwa Grace menatapnya, Kak Hafiz pun balas menolehnya,

Grace? Mengapa kau menatapku dengan senyuman itu? Entah mengapa, rasanya aku semakin jatuh hati padamu, aku ingin segera ta'aruf denganmu

Kak Hafiz masih bertatapan dengan Grace, saling tersenyum, hati keduanya terasa berbunga-bunga dan bahagia.
Tersadar dari tatapannya masing-masing, mereka pun langsung saling membuang muka.

"Ngomong-ngomong, terima kasih, ya, kak.. Sudah mau mengantarkanku pulang" ujar Grace, sambil menunduk, "iya, sama-sama" jawab Kak Hafiz, tersenyum kecil.

Sampai dirumah Grace, Grace berterima kasih pada Kak Hafiz, lalu Kak Hafiz langsung pulang.

Di perjalanan pulang, dalam hati Kak Hafiz, timbul rasa ingin ta'aruf dengan Grace, ia ingin mencoba, meski ternyata nantinya Grace tidak memiliki perasaan apapun pada Kak Hafiz, padahal, tanpa sepengetahuan Kak Hafiz, rasa Kak Hafiz pada Grace itu sudah terbalaskan dalam diam.

Two Choises [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang