[9] Mundur

73 7 8
                                    

WARNING! Part kali ini lebih panjang, jd jgn bosan😅

Sesi ta'aruf Grace dengan Ichan sudah berjalan beberapa minggu, dan tampaknya tidak ada masalah apapun, alhamdulillah..

Siang itu, Grace ada jadwal di kampus, ada rapat yang harus dihadirinya. Grace berangkat bersama Zulaikha. Sampai di kampus, Grace berpapasan dengan Arya di lobi,

"Assalamu'alaikum, baru datang?" Sapa Arya, tersenyum. Di tangannya penuh dengan buku-buku dan beberapa map.

"Wa'alaikumusalam, iya, nih.." jawab Grace, diikuti Zulaikha.

"Langsung saja ke kelas, nanti aku segera kesana" tambah Arya, lalu bersiap pergi.

"Ah, iya... Iya.. Baiklah kalau begitu" Seketika, hati Grace mendingin menatap wajah Arya, entahlah.
Kini, sepertinya memilih antara Kak Hafiz atau Arya makin sulit, terlebih lagi, ia sedang menjalani sesi ta'aruf dengan Ichan. Jujur, Grace pernah ingin menolak tawaran ta'aruf Ichan, namun, demi kebahagiaan orang tuanya dan Ichan, ia mengiyakan tawarannya.

Grace dan Zulaikha segera ke kelas. Di kelas, sudah ada beberapa teman-teman Grace dan Zulaikha, juga ada Kak Hafiz disitu. Kak Hafiz sedang memilah-milah beberapa kertas, lalu menatap Grace sekilas. Kak Hafiz tersenyum menatap Grace, Grace membalas senyumannya. Hati Grace kembali mendingin, merasa bahagia, hatinya lega seketika melihat sosok Kak Hafiz, seolah seluruh beban pikirannya melayang pergi.

Ternyata, disitu juga ada Kak Talila, sedang berdiskusi dengan beberapa temannya disitu. Grace melirik Kak Talila, ada perasaan kecewa dihatinya. Ya, Kak Hafiz juga.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.." Kak Hafiz mengucap salam di depan ruang kelas.

"Wa'alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh.." jawab semua yang hadir di ruang kelas itu.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam acara pensi beberapa waktu lalu, alhamdulillah, semua dilancarkan. Jadi, hari ini, kita akan membahas acara class meeting, semacam pensi tetapi lebih ke acara outdoor exersice, sekiranya begitu" Kak Hafiz menjelaskan.

"Jadi, ada usul kita harus mengadakan game apa?" Kak Talila angkat bicara. Kak Hafiz langsung menatap Kak Talila dari belakang, terkejut.

"Estafet air!!" Seru Zulaikha girang

"Ah iya! Boleh saja" Kak Talila menyetujui.

Usul-usul dari teman-teman dan kaka tingkat lainnya pun bermunculan, namun Grace tetap diam, hanya mendengarkan saja.

Kak Hafiz melirik Grace yang sedari tadi diam saja, hati Grace langsung berdetak kencang ketika Kak Hafiz meliriknya, ia tersenyum tipis, Kak Hafiz membalasnya.

Kak Hafiz mondar-mandir menghampiri satu persatu yang mengusulkan idenya. Kak Talila sibuk mencatat dan berbicara pada teman-temannya di sebuah meja.

"Fiz... Hafiz..." panggil Kak Nabila,
Kak Hafiz langsung menghampiri Kak Nabila yang duduk disebelah Kak Talila, "kalau ditambah pecah balon air bagaimana?" Tanya Kak Nabila,
"Mm... Bagaimana, ya? Apa tidak cukup estafet air saja untuk game basah-basahannya?" Kak Hafiz ragu.

"Ah, pasti akan tambah menyenangkan jika ditambah pecah balon air" sahut Kak Talila, "tapi..." Kak Hafiz ingin menyela, namun tak berani, akhirnya hanya bisa mengangguk saja.

Grace melihat raut bingung pada wajah Kak Hafiz, Grace jadi ingin menyela perkataan Kak Talila tadi, yang mengiyakan game pecah balon air, namun, sama tidak beraninya.

Grace langsung mendorong kursi untuk berdiri,
"Shhtt...!" suara Anggra, menyahut dengan keras, menyuruh Grace untuk diam. Anggra menoleh pada Grace tajam, Grace membalas tatapan tajam Anggra. Anggra langsung membuang muka, langsung fokus pada catatan Kak Talila. Grace kembali jatuh pada duduknya, hatinya mendidih, semakin kesal. "Sudah.. Tidak apa-apa.. Dia itu memang menyebalkan" Zulaikha menenangkan. Grace mengangguk lalu menarik nafas.

Two Choises [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang