[6] Ta'aruf (1)

74 9 2
                                    

Memang akan menjadi hal yang menyulitkan bagimu kalau harus memilih antara dua orang yang kau cintai. Grace kini sedang kebingungan.
Pertama, karena sosok Kak Hafiz ini lebih bisa merebut hatinya daripada Arya.
Sedangkan Arya, ia hanya baru memikat hati Grace dari cara bersikapnya saja. Grace bahkan merasa tak ingin mengenalnya lebih jauh.
Grace memukulkan bantalnya ke wajahnya, "argh.. Aku benar-benar tidak tahu, apa yang terjadi denganku. Kenapa memikirkan keduanya ini rasanya berat sekali.." .

Tok! Tok!

"Siapa?" Tanya Grace dari dalam kamarnya.

"Ini umi" jawab umi dari luar kamar Grace.

Umi pun masuk ke dalam kamar Grace, dengan wajah yang berseri-seri, tampaknya ada kabar yang menurut umi membahagiakan sekali.

"Umi kenapa, sih, wajahnya senang sekali?" Tanya Grace curiga.

"Mm.. Begini.. Jadi, ada seseorang yang, inshaaAllah, siap ta'aruf denganmu" tutur umi, lalu duduk disebelah Grace.

"Hah? A.. Apa? Ta.. Ta'aruf?" Grace tergagap tak percaya, pikirannya langsung melayang pada Kak Hafiz.

"Iya.. Namanya Ichan, anak teman abi" jawab umi, "kamu, inshaaAllah, siap, kan? Ini adalah saat yang seumur hidupmu kau nantikan, iya, kan?" Tanya umi, nampak meyakinkan Grace.

Kak Hafiz.. Coba saja sosok Ichan yang tadi umi bilang itu kakak.. Haahh...
Pikir Grace, kecewa, akhirnya hanya bisa pasrah, mungkin, inilah yang terbaik dari Allah untuknya.

"Ayolah! Coba dulu saja ta'aruf dengannya, siapa tahu memang jodoh" umi berkata dengan nada menggoda. Grace memandang uminya dan tersenyum kecewa.

"Eh.. Ada apa, sayang? Apa perkataan umi ada yang menyakiti hatimu?"
Umi memperhatikan ekspresi kecewa Grace.

"Ini semua tentang cinta dalam diam, mi.." jawab Grace, matanya berkaca-kaca.

"Cinta dalam diam? Kepada siapa?" Tanya umi, mendekat pada Grace.

"Ya... Umi tahu Kak Hafiz, kan?"

"Ooh.. Itu, kakak kelas kamu dulu, kan?"

"Iya, mi"

"Lalu? Kamu mencintainya dalam diam, begitu?"

Grace mengangguk, "awalnya aku berharap bisa ta'aruf dengannya, tapi ternyata, umi dan abi sudah punya kebijakan lain" lanjutnya, menunduk sedih. Butir-butir air matanya tumpah, membasahi pipinya sedikit demi sedikit.

"Eh.. Tidak apa-apa.. Tidak usah sedih begitu, kalau belum jodoh, mungkin belum akan ta'aruf" umi kebingungan, mencoba menenangkan.

"Ya sudah, tidak apa-apa, kok, mi.." Grace mengusap air matanya.

"Baiklah kalau begitu.." umi beranjak dari duduknya, "umi keluar, ya",

"Iya.." jawab Grace, tersenyum lemah.

Lebih baik, aku shalat ashar saja sekarang, mumpung sudah masuk waktu ashar, untuk menenangkan hati

Grace mengambil air wudhu, lalu segera shalat. Di akhir shalat, Grace berdo'a, "Yaa Allah.. Aku ingin berjodoh dengan Kak Hafiz.. Ku mohon, jadikan Kak Hafiz itu jodoh hamba, Yaa Allah.. Hamba tahu ini agak memaksa, sekalipun bukan namanya yang ditakdirkan menjadi jodohku, tapi aku akan tetap berdo'a, senantiasa meminta padamu agar dia menjadi jodoh hamba.. Jika nanti ternyata, Kak Hafiz adalah jodoh orang lain, maka jadikanlah orang lain itu hamba, Yaa Allah.. Aamiin Yaa Rabb.." Grace mengakhiri do'anya, lalu mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya.

Pada akhirnya pun, Grace harus tetap memantapkan diri untuk mencoba dan menerima tawaran ta'aruf dari sosok Ichan.

●●●

MashaaAllah.. Maaf bgt bikin kalian nunggu bbrp hari smp part ini up😅 Iy, memang 2 hari yg lalu aq lg kehabisan ide, awalnya udh ngetik pnjng, tp aq delete lg karena dirasa kurang cocok, mwehe.. But, absolutely, thank you so much buat yg masi setia nungguin update. Vote & commentnya ditunggu, yaa.. Coba, deh.. Kalian rajin comment di akhir tiap part yg up, biar aq dpt inspirasi😋 Thank you so much again bagi yg bersedia ngasi masukan & idenya🌈

♡Stevantifany

Two Choises [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang