[8] Ta'aruf (2)

86 7 6
                                    

WARNING! Part kali ini lebih panjang, jd jgn bosan😅

Hari ta'aruf Grace dengan Ichan pun akan dimulai hari ini juga.
Dikamar, Grace dengan gelisah membayangkan sosok Ichan nantinya, akankah dia seorang yag baik? Tinggi? Sholeh? Rajin? Ah.. Grace merasa tak ingin memikirkan soal Ichan.

Pikirannya masih melayang pada perkataan Zulaikha padanya dua hari yang lalu, soal Kak Hafiz dan Kak Talila. Hati Grace tentu terluka soal itu.

Grace merebahkan dirinya ke tempat tidurnya, menghela napas.
Ukh.. Aku sangat gugup..
Grace terus berpikir soal pertemuannya dengan keluarga Ichan nanti siang untuk membahas ta'aruf mereka. Kini, hal terpenting bagi Grace adalah, positive thinking saja, tak usah memikirkan hal-hal buruk, ia harus meyakinkan dirinya sendiri.

Gamis warna coklat motif kotak-kotak, khimar warna hitam, dan cadar warna hitam milik Grace sudah disiapkan oleh uminya diatas tempat tidur, itu akan Grace pakai saat bertemu dengan keluarga Ichan.

Tak terasa, adzan dhuhur berkumandang, Grace harus melaksanakan shalar dhuhur terlebih dahulu. Usai shalat, ia berdzikir, berdo'a agar pertemuan keluarganya dengan keluarga Ichan nanti berjalan lancar. Sungguh, antara ingin menangis terharu dan benar-benar sedih. Grace terharu karena pada akhirnya, ada seseorang yang berniat untuk ta'aruf dengannya, sedih juga karena persoalan Kak Hafiz itu malah membayanginya terus. Rasanya sangat sedih dan kecewa, setelah mengerti bahwa Kak Hafiz yang selama ini ia kagumi dalam diam, yang ia pikir tak pernah berpacaran, ternyata pernah berpacaran juga.

Grace menghela napas,
Lagipula, setidaknya Kak Hafiz sudah tidak berpacaran lagi dengan Kak Talila.. Yahh, ada baiknya juga, kan?
Grace berusaha untuk positive thinking, ia akan mengambil sisi baiknya saja.

13.17

"Assalamu'alaikum!"
Seseorang terdengar meneriakkan salam di depan rumah Grace. Pasti keluarga Ichan sudah tiba.

Grace yang mendengarnya, dengan spontan, berlari ke kamarnya dari dapur. Dengan terburu-burunya, ia mengganti pakaiannya.
Di depan cermin, sembari memasang cadar lalu khimarnya, Grace memandangi dirinya sendiri, dari atas sampai bawah,
Cantik sekali, ya? InshaaAllah, inilah calon bidadari surganya Allah nanti di surgaNya, aamiin..
Grace tersenyum-senyum sendiri, walau mulutnya sudah tidak terlihat lagi karena tertutup cadar.

Suara di ruang tamu sudah ramai, kedengarannya, mereka sedang asyik mengobrol selagi menunggu Grace.
Tanpa basa-basi lagi, Grace langsung keluar dari kamarnya,
Bismillah.. Batin Grace.

"Assalamu'alaikum.." Ucap Grace saat sudah tiba di ruang tamu. Matanya menyapu pemandangan di ruang tamu saat itu, ada Ichan, abinya, dan uminya. Kedua orangtua Grace juga ada disitu. "Wa'alaikumusalam.." jawab semua yang ada di situ. Grace sekilas melihat Ichan. Ichan.. Ia tinggi, berkulit putih, dari wajahnya menyiratkan bahwa ia taat beragama, inshaaAllah, rahangnya tegap, badannya pun juga, dan terlebih lagi, wajahnya lumayan juga. Hal itu membuat Grace tersenyum-senyum.

Sadar bahwa Grace sedang memperhatikannya, Ichan balas memperhatikan Grace, dari tatapannya menyiratkan rasa takjub akan Grace. Ichan pun tersenyum menatap Grace, lalu langsung membuang muka, karena ia harus menjaga pandangannya terhadap Grace. Mata Grace menyipit pertanda ia balas tersenyum.

Jantung Grace berdebar seketika, merasa dingin dan entahlah.. Merasa ada suatu hal yang aneh soal sikap Ichan terhadapnya. Grace langsung saja duduk di sebelah abinya.

"Jadi, Grace, ini Ichan. InshaaAllah, dia siap ta'aruf sama kamu" jelas umi, menatap Grace dan Ichan bergantian.
Ichan menatap Grace sekilas, tersenyum tipis. Hati Grace mendingin seketika, seolah kini senyum sosok Ichan itulah yang kini mendinginkan hatinya. Pikirannya kembali melayang pada Kak Hafiz. Rasa dingin dihatinya itu pun langsung memudar, digantikan rasa pedih. Kak Hafiz masih membuat hatinya kecewa, berat.

"Iya, Grace. InshaaAllah, saya siap ta'aruf denganmu" Ichan menambahi, lalu langsung membuang muka.
Grace diam-diam melirik Ichan, memperhatikan wajahnya. Menurut Grace, wajahnya tidak seteduh Kak Hafiz, namun cara berbicaranya mirip sekali dengan Kak Hafiz, lemah lembut dan sopan.
"Saya juga, inshaaAllah siap ta'aruf denganmu" Grace menunduk.

Keluarga keduanya itu sudah memulai perbincangan, mulai dari semua hal mengenai Grace ataupun Ichan, keluarga Grace ataupun Ichan, dan lain-lain yang bersangkutan.

Abi Grace dan Ichan lama-kelamaan malah membicarakan tentang hal-hal yang mereka paling sukai.
Umi Grace dan Ichan juga begitu, malah ditambah tentang perbincangan soal kue-kue.

Grace dan Ichan hanya bisa termenung, melihat keakraban kedua orangtua mereka. Walau Grace nampaknya memperhatikan orangtuanya, tetapi pikirannya sejak tadi berfokus pada Kak Hafiz.

Apakah tak pernah terpikir olehnya untuk ta'aruf denganku? Padahal aku sangat mengharapkannya
Grace membatin, sedih. Namun hal yang terpenting sekarang adalah, fokus, coba, dan terima tawaran ta'aruf dari Ichan.

Drrt... Drrt...
Handphone Grace yang ia letakkan di meja kecil disebelah ia duduk, bergetar. Tanpa basa-basi lagi, Grace mengambil handphonenya.

Rupanya, ada pesan masuk dari Kak Hafiz. Hati Grace mendingin seketika, tahu bahwa disaat ia sedang memikirkannya, orang itu langsung datang padanya.

"Assalamu'alaikum, Grace, kamu dirumah?"

Grace membalasnya, "Wa'alaikumusalam, iya, kak.. Ada perlu apa?"

Kak Hafiz membalasnya dengan cepat, "Kakak ingin pergi ke rumahmu sebentar, ingin menyampaikan sesuatu"

Seketika Grace terkejut, kata 'sesuatu' itu cukup mengejutkan, "Mm.. Tapi, kak, sekarang ini di rumah, saudara-saudara sedang berkumpul.. Bisa kah kakak menunggu kabar dari ku kalau-kalau nanti mereka sudah pulang?"

"Hm.. Ok! Boleh saja, terima kasih kalau begitu:)"

"Iya, sama-sama, kak:)"

Grace mengakhiri obrolannya, ia masih merasa berat hati karena harus berbohong pada Kak Hafiz. Grace takut, jika ia bilang pada Kak Hafiz bahwa sekarang, sedang ada Ichan sekeluarga di rumahnya dengan maksud kedatangan karena ingin ta'aruf, Kak Hafiz menjadi tidak enak.

Pertemuan antara kedua keluarga ini tidak berlangsung lama, sepertinya, tanda waktu shalat ashar lah yang mengakhirinya,
"Wah, mashaaAllah, sudah ashar" ujar umi tiba-tiba.

"Ya sudah, kalau begitu mari kita shalat berjama'ah saja" ajak abi.

"Nampaknya itu ide yang sangat bagus!" Abi Ichan menanggapi dengan semangat.

Grace segera mengambil air wudhu di kamar mandi yang ada di kamarnya. Ia sebisa mungkin menjauh dari area wudhu abi, abinya Ichan, dan Ichan.

Setelah semua siap, mereka menunaikan shalar ashar berjama'ah.
Usai shalat, keluarga Ichan langsung pulang. Pertemuan selanjutnya akan terjadi lagi diantara dua keluarga itu, entah kapan.

Grace menghela napas lega saat menatap mobil yang dinaiki oleh keluarga Ichan menjauh dari area rumahnya.
Hati kecil Grace masih berharap, bahwa ia masih sangat menginginkan ta'aruf dengan Kak Hafiz. Namun, Grace tetap percaya, Allah akan berikan yang terbaik padanya:')

*****

Assalamu'alaikum, mashaaAllah, para pembaca serial q inii, maaf.. Bbrp hari ini author memang agak sibuk dikarenakan sedang menjalani masa" ujian akhir semester, jd maklumi sj, yaa..😅 ehehe.. Btw, makasii bgt buat yg udh dgn sabarnya nungguin part ini up, yg masih setiaa baca and vote serial ini, thank you so much too..
So, mungkin jg, bbrp hari ke dpnny, inshaaAllah, dlm seminggu ini aj, bakal jarang atau bahkan engga sempet up, sorry bgt😥 Tp, tenang aj, selepas masa ujian akhir semester, author bakal up lg! Yeay!  Okk, sekian, wassalamu'alaikum;)

♡Stefantivanny

Two Choises [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang