Dialog Hati

397 61 0
                                    


"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS Al Baqarah:216)"

Malam itu Kei tidak bisa tidur. Kepalanya masih dipenuhi dengan bayangan kejadian tadi siang. Sudah lama ia tidak merasakan hal semacam itu. Perasaan bahagia, gugup, dan berdebar-debar, semuanya campur aduk. Setelah kejadian tujuh tahun yang lalu, akhirnya ada seorang laki-laki yang berhasil menembus benteng hati Kei.

Namun, di sisi lain Kei merasa sedih. Ia tau bahwa kebahagiaan ini hanya sementara dan akan berujung semu. Bagi Kei perbedaan agama adalah dinding pembatas tinggi yang tidak akan mungkin untuk diterabas.

"Ya Allah ... mengapa harus dia yang singgah di hatiku?" rintih Kei dalam doanya. Air matanya mengalir deras membasahi mukena putihnya. Gabriel datang tepat saat Kei benar-benar membutuhkan calon suami untuk dikenalkan kepada ibunya. Dengan begitu pernikahan Andika bisa segera dilaksanakan. Namun sayang, dia bukanlah laki-laki yang tepat bagi Kei.

Beberapa kali Kei mencoba menepis perasaannya kepada Gabriel, tapi sungguh tidak mudah. Semakin keras usahanya untuk menghapus bayangan laki-laki itu, semakin dalam pria itu merasuki pikirannya.

"Ah, untuk apa aku memikirkannya, toh dia tidak pernah mengatakan janji apa pun padaku. Bisa jadi saat ini dia sedang tidur lelap sedangkan aku sibuk memikirkannya," batin Kei menghibur diri. "Tapi apa arti semua perhatiannya selama ini padaku, Mungkinkah itu hanya sebatas kebetulan?" Sisi hati Kei yang lain seakan berontak dengan kesimpulannya yang pertama.

Gadis itu mengambil Al Quran bersampul merah yang terletak di atas mejanya. Ia membuka halaman kitab suci itu secara acak. Selama ini hanya surat cinta dari Sang Khalik itulah yang bisa menghibur hatinya dalam segala situasi. Kitab itu jualah yang menyembuhkan luka hatinya selama tujuh tahun ini.

Kei mulai membaca kalam Ilahi dengan perlahan. Suara merdunya memenuhi ruangan. Air matanya mengalir deras ketika membaca satu ayat yang seakan ditujukan khusus untuknya. Gadis itu bersujud, mengadukan kegalauan hatinya kepada Sang Pencipta.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS Al Baqarah:216)"

***

Gabriel duduk di teras Villanya menghadap ke lautan. Kerlip lampu kapal yang tengah berlayar menghiasi pemandangan hitam pekat di hadapannya. Angin malam mengibaskan rambutnya yang gondrong hingga ke pundak.

Pikiran laki-laki itu menerawang ke masa lalu. Teras itu adalah tempat favorit Silvana. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di tempat itu. Di sana pula ia berlutut meminta kesediaan Silvana untuk menjadi istrinya.

Tiba-tiba bayangan Kei muncul di benak Gabriel. Akhir-akhir ini gadis berkerudung itu sering bermain dalam pikirannya. Tawanya, kelembutan, keluguan dan kekonyolannya terekam jelas dalam ingatan laki-laki itu. Meskipun demikian gadis itu mempunyai prinsip yang teguh, sekukuh Gunung Vesuvio.

"Tampaknya Kei sudah menemukan anak kunci hatiku yang selama ini hilang," batin Gabriel. Sedikit demi sedikit gadis itu telah berhasil membuka pintu hatinya. Laki-laki itu tidak bisa lagi mengingkari perasaannya kepada Kei, meskipun ia juga belum benar-benar bisa melupakan Silvana. Gabriel mencoba menelisik hatinya, mendefinisikan perasaannya. Ia mencoba menimbang-nimbang apakah ia siap untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan Kei atau tidak. Terlebih penting lagi, ia belum yakin apakah Kei juga punya perasaan yang sama pada dirinya.

Signora Alfano datang membawa dua cangkir kopi. Wanita itu meletakkannya di hadapan Gabriel. Ia pun duduk di sebelah anaknya itu lalu menyeruput kopi hangat yang nikmat.

"Kamu memikirkan gadis itu ya?" tanya Signora Alfano kepada Gabriel.

"Oh, hanya selintas saja kok," elak Gabriel sambil tersenyum.

"Kamu itu sudah jadi anakku selama 36 tahun, jadi kalau bohong pasti kelihatan" ujar wanita itu sambil menepuk pundak Gabriel. Pria itu hanya tersenyum menanggapi ibunya.

"Jangan terlalu lama berpikir, nanti bisa-bisa keduluan orang lain," Nasihat Signora Alfano.

VESUVIANA - Cinta di ItaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang