Aroma Carthusia

337 49 2
                                    

Profesor Barone meminta Kei kembali ke Pulau Capri untuk mengambil data tambahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Profesor Barone meminta Kei kembali ke Pulau Capri untuk mengambil data tambahan. Laporan temuan terakhirnya cukup mencurigakan. Di tempat pembuangan akhir sampah warga Capri, ditemukan zat berbahaya yang diperkirakan berasal dari limbah industri. Tampaknya ada yang menyelundupkan limbah industri secara ilegal ke area tersebut. Profesor Barone berniat untuk melaporkan kepada Commune dan pihak berwajib. 

Setelah tiga jam berjibaku dengan tumpukan sampah, akhirnya tugas Kei selesai. Ia memasukkan sampel dan catatannya ke dalam tas ransel, lalu berjalan meninggalkan lautan sampah itu. Gadis itu mencium kedua lengannya, khawatir aroma sampah masih menempel di pakaiannya.Tak apalah, lama-lama juga hilang di bawa angin

Seperti biasa, pusat kota Capri dipadati oleh para wisatawan. Kei melewati keramaian sambil menikmati indahnya pulau itu. Ia berjalan dengan langkah yang ringan, menghirup udara yang bercampur dengan aroma air laut. Kerudung biru mudanya melambai-lambai dibelai angin dingin musim gugur. Ada sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan setiap kali gadis itu berkunjung ke pulau tersebut. Suasananya, pemandangan, deru angin, hingga hiruk pikuk di pulau itu begitu memanjakan panca inderanya. Sekeping hatinya telah tertinggal di pulau ini.

 Kei melewati toko parfum Carthusia yang ternama di Pulau Capri. Halamannya dihiasi bunga berwarna-warni dan juga air mancur kecil.Iseng-iseng, gadis itu melipir ke toko tersebut. Sekali-kali tak ada salahnya memberi hadiah untuk diri sendiri, pikirnya. 

Wangi lembut dan segar menyambut kedatangan Kei sejak dari pintu masuk. Entah mengapa ia merasa familiar dengan bau ramuan dari delapan puluh macam bunga pilihan di pulau Capri itu. Konon kabarnya, ratu Napoli jatuh cinta pada aroma Carthusia. 

Seorang pramuniaga menawarkan salah satu produk andalan mereka. Kei mendekatkan karton kecil yang telah disemprot sampel parfum ke hidungnya. Aroma lembut yang manis, perlahan menyentuh reseptor syaraf penciumannya. Sedetik kemudian, otak gadis itu mengirimkan sinyal untuk memanggil memori tentang aroma tersebut.Ini parfum Gabriel ....Seketika memori di konser musik klasik memenuhi kepala gadis itu. Ia juga bisa kembali merasakan debar-debar jantung yang berpacu saat itu. Tiba-tiba seperti ada kupu-kupu kecil yang beterbangan di rongga perutnya. 

"Ada rekomendasi yang lain?" tanya Kei. Tentu saja gadis itu tidak berniat membeli parfum yang akan membuatnya merasa dihantui Gabriel setiap kali mencium baunya. 

Pramuniaga itu menunjukkan produk yang lain. Wanginya segar dan lebih lembut. Akhirnya Kei memutuskan memilih parfum yang kedua, lalu menuju ke tempat pembayaran. 

"Signora, ini kembaliannya," ujar wanita yang bertugas di meja kasir.

"Aku akan membayarnya dengan uang pas, tidak perlu kembalian." 

"Oh, maaf, barang ini sudah dibayar oleh seseorang yang baru saja keluar dari sini. Jadi, sisa uangnya saya berikan pada Anda." 

Sudah dibayar? Siapa yang membayar

Setelah menyelesaikan transaksi Kei segera berlari ke luar, mencari orang yang yang telah membayar parfum itu. Tak ada siapa-siapa di halaman toko. Kei berlari ke jalan, lalu melihat ke sekeliling. Beberapa puluh meter dari situ, di dekat tempat parkir, tampak seorang laki-laki jangkung dengan coat panjang cokelat, berjalan menjauhi toko parfum. Kei berlari mengejarnya. 

"Gabriel!" panggil Kei setengah berteriak. Pria itu berhenti lalu menoleh ke belakang. "Apakah kau yang membayar parfum ini?"

"Kalau iya, kenapa?"

"Kenapa? Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau membayarnya untukku?" ujar Kei heran. "Ini, aku kembalikan uangnya." 

Pria itu tersenyum, lalu membenamkan kedua tangannya ke dalam kantung jaket. "Jadi, kau keberatan menerima hadiah dariku?" 

"Bukan begitu, aku hanya tidak ingin berutang budi padamu." 

Tiba-tiba sebuah mobil van hitam berhenti tepat di sebelah mereka. Dua orang lelaki yang mengenakan jas hitam, dengan tampang klimis keluar dari mobil. Seketika Kei merasakan sentuhan benda keras di dekat pinggangnya. 

"Segera masuk ke dalam mobil!" perintah salah seorang lelaki itu dengan nada rendah dan tajam. 

Kei melirik Gabriel. Gadis itu terperenyak, seluruh tubuhnya lemas. Lelaki klimis itu masing-masing menodongkan senjata api ke tubuh mereka berdua.Perlahan Gabriel masuk ke mobil, dan memberi isyarat pada Kei untuk mengikutinya. Ia tampak berusaha tenang, walaupun raut kecemasan tergambar jelas dari wajahnya. Dalam kondisi seperti ini, melawan sama artinya dengan menyerahkan nyawa. 

Mata Kei dan Gabriel ditutup kain hitam, kemudian tangan mereka diikat dengan tali. Kei merasakan mobil bergerak dengan kecepatan tinggi. Otaknya sudah tidak dapat berpikir ke mana ia dibawa. Tak ada yang bisa dilakukan selain pasrah dan terus merapal doa. Satu-satunya hal yang masih bisa disyukuri, ada Gabriel yang duduk di sampingnya. Ya, wangi parfum yang khas itu masih tercium dengan jelas.

VESUVIANA - Cinta di ItaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang