Fontana di Trevi

395 56 1
                                    

"Teman sejati adalah yang membenarkanmu, bukan membenar-benarkanmu."
(Ali bin Abi Thalib)

Sebuah pesan singkat muncul di layar gawai Kei. Vika teman kuliahnya yang sudah hampir 10 tahun tidak bertemu, tiba-tiba mengirim pesan.

"Kei, Sabtu depan jemput aku di Fiumicino ya. InsyaAllah aku mendarat pukul 09.30."

Vika bekerja di sebuah perusahaan elektronik besar di Eindhoven, Belanda. Gadis itu sejak dulu selalu penuh kejutan. Kadang ia tiba-tiba datang namun tak jarang juga tiba-tiba pergi ke belahan dunia yang lain.

Ketika kuliah Vika dan Kei tinggal di rumah kontrakan yang sama. Mereka sering berbagi makanan dan cerita, bahkan hampir tidak ada hal yang dirahasiakan di antara mereka berdua.

***

Satu jam sudah Kei menunggu Vika di bandara Leonardo da Vinci, Fiumicino. Pesawat yang ditumpangi temannya itu mengalami keterlambatan. Kei menunggu sambil menyelesaikan pekerjaan kantornya yang menumpuk. Secangkir coklat hangat dan beberapa keping biskuit menemani penantiannya siang itu.

Vika datang sambil menggeret koper putih kecilnya. Gadis itu masih ceria dan modis seperti dulu. Ia mengenakan kemeja lengan pendek dan rok jeans setinggi lutut. Rambut ikalnya terurai hingga ke bahu, sepasang anting model etnik menambah cantik penampilannya. Tas selempang hijau tosca menyilang di badan ramping gadis itu. 

Kei dan Vika berpelukan erat saling melepas rindu. Meskipun dengan wajah yang masih sama, tak dapat dipungkiri kedua wanita itu melihat perubahan pada sahabatnya masing-masing. Ya, mereka sudah bukan gadis remaja lagi, mereka sudah menjadi sosok wanita dewasa yang lebih matang.

"Kamu makin cantik saja, Vik. Aku serasa jalan bersama artis ibu kota," komentar Kei.

"Kalau begitu siap-siap ya, kalau nanti ada yang ingin berfoto denganku."

Kedua sahabat itu pun tertawa lepas.

***

Vika meminta Kei untuk menemaninya pergi ke Fontana di Trevi, air mancur karya Nicola Salvi yang dibangun pada abad ke-18. Kedua sahabat itu menyusuri jalanan sempit berbatu yang dipenuhi toko dan restoran di sekitarnya. Jalan itu selalu ramai oleh wisatawan. Kursi-kursi dan meja tertata rapi di pinggir jalan dipenuhi orang-orang yang sedang menikmati santap siangnya.

Vika memasuki sebuah toko suvenir. Di depan pintunya tertulis "We only sale Italian Products". Orang-orang Italia memang bangga dengan produk buatan negerinya sendiri, walaupun biasanya barang buatan Italia itu harganya beberapa euro lebih mahal. Namun, barangkali kualitasnya memang sebanding dengan harganya.

Gadis berambut ikal itu membeli sebuah gantungan kunci kecil berbentuk boneka Pinokio, boneka kayu yang berhidung panjang. Cerita tentang Pinokio yang sangat masyhur di seluruh dunia itu berlatar sebuah desa di wilayah Toscana Italia. Tak heran jika boneka Pinokio dijadikan salah satu ikon suvenir Italia. Vika juga mengambil hiasan bola kaca yang di dalamnya berisi miniatur Colosseum Roma.

 Vika juga mengambil hiasan bola kaca yang di dalamnya berisi miniatur Colosseum Roma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VESUVIANA - Cinta di ItaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang