Empat

10 4 0
                                    

Sesosok serigala hitam lagi-lagi muncul di hadapan mereka. Dia berdiri di ujung jalan beraspal yang diselimuti lumut. Sho bahkan tidak mengerti dari arah mana makhluk ini muncul. Ikki lah yang pertama kali menyadari makhluk itu. Begitu pula dengan makhluk-makhluk busa lain sebelumnya. Ikki selalu berhasil memprediksi datangnya makhlluk buas. Ini sudah serigala yang kelima.

Serigala itu berdiri di antara cabang-cabang pohon mahoni.Makhluk itu berdiri dengan 2 kaki belakangnya. Dia menatap mereka dari ujung jalan dengan mata merahnya. Sho memposisikan kedua kakinya, mengangkat tangannya dan menyejajarkan senapannya. Saat makhluk itu mulai berlari dengan kaki depannya, Sho melepaskan tembakannya.

Makhluk itu mulai mendekati mereka. Ikki mulai ikut menembak tetapi meleset. Sho melepaskan tembakannya lagi dan mengenai kepalanya. Serigala besar itu terjatuh ke belakang dengan kepala terlebih dahulu. Tubuhnya jatuh tergeletak dan berubah menjadi abu.

"Shii di samping mu!" Suara Ikki membuat Sho menengok ke arah kiri. Serigala lainnya berlari cepat ke arah mereka tanpa Sho sadari. Shii yang berdiri tepat di sampingnya membuat Sho tak bisa menatap arah datang si serigala. Sho hanya bisa melihat sekelibat bayangan hitam yang berlari dari antara batang-batang pohon tinggi. Seakan-akan berlari zigzag melewati satu batang ke batang lainnya.

"Shii!!!" Sho bergerak ke kanan untuk membidik lebih jelas. Sang serigala sudah cukup dekat darinya. Sho menembakkan pelurunya. Membuat Shii agak terlonjak dan juga mulai menembakkan pelurunya ke depan mukanya. Sebelum cakar sang serigala itu mengenai Shii, sang serigala tertembak di kepala dan terjatuh lagi ke belakang.

Saat itu Ikki kembali menembak ke arah depan mereka. Sesosok serigala hitam terlihat dari kejauhan. Sho ikut membantu dan membuat sang serigala jatuh dan menghilang.

"Apa yang kau lakukan, Shii!" Sho mendekat ke arah Shii yang masih terengah-engah melihat serigala di depannya hilang menjadi abu.

"Kau pernah menembak sebelumnya, tidak sih?" Sho selalu teringat akan pengalamannya di FGA dulu. Dia selalu mati-matian di semua bidang. Untuk menembak saat berburu harus tenang dengan kuda-kuda yang tepat. Agar efek senapan tidak mempengaruhi kestabilan tubuh. Shii seakan-akan tak pernah menembakkan senapan.

"Kalau kau terus begini, kita semua bisa mati," Sho akhirnya mengutarakan pikiran yang dari tadi ada di benaknya. Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi sekarang. Sebelumnya juga Shii tak berani untuk menembak ke makhluk-makhluk buas yang mereka lewati. Sudah hampir 7 core yang mereka dapatkan tapi Shii tak pernah aktif melakukan perburuan. Ini kedua kalinya wanita ini membuat mereka hampir mati. Dan ini masih di bagian awal hutan.

"Maaf" Shii hanya bisa menunduk

"Kalau kau tidak berburu dengan benar, bagaimana caranya kita bisa selamat sampai sungai besar," Sho benar-benar tidak mau mati sekarang hanya karena mendapatkan anggota tim yang buruk. Saat itu, Ikki mendekati Shii dan mengusap punggung Shii. Bertanya pelan-pelan apa kesulitan yang Shii hadapi. Ikki berusaha berkata sepelan mungkin dan membantu Shii menghadapi kesulitannya dalam memakai senapan.

"Bisakah kau tidak marah-marah begitu?" Ikki menatap Sho dan alisnya terangkat, "Kau pikir semua calon pemburu bisa langsung hebat seperti dirimu!" Ikki memalingkan muka dan mulai berjalan kembali.

Sho hanya menatap punggung Ikki tak mengerti. Ada apa sih dengan temannya satu lagi ini. Ikki adalah salah satu tipe pemburu yang cukup disukai Sho. Meskipun tenaganya terlihat lemah, tapi Ikki mengerti kondisi hutan dan memiliki insting yang tajam. Seringkali Ikki lah yang menyadari adanya makhluk buas yang mengincar mereka. Seakan-akan Ikki bisa membaca gerak-gerik hutan dan merasakan makhluk-makhluk itu.

Setelah berjalan cukup lama dan belum menemukan makhluk buas lagi, mereka bertiga duduk di salah satu reruntuhan untuk istirahat. Saat itu matahari sedang tinggi-tingginya. Mereka memakan perbekalan yang mereka miliki. Sho membawa biskuit bernutrisi. Praktis dan membuatnya bertenaga. Ikki juga membawanya.

"Kau benar-benar tidak bisa makan ya?" kata Sho melihat Shii yang tidak makan apapun. Shii menggeleng. Sho pun memberikan biskuit nya pada Shii, "Kau tinggal dimana, Shii?" Sho penasaran dan kasihan melihat Shii. Sepertinya hidupnya penuh kesulitan dan dia begitu menderita hingga harus ikut open hunting untuk mencari makan.

"Aku tinggal di Garang," kata Shii.

"Memangnya ada yang tinggal disana?" Sho tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

"Iya! Katanya masih ada makhluk buas yang berkeliaran di Garang. Lagipula bagaimana caranya kamu hidup di kota mati seperti itu?" Ikki pun bertanya lebih lanjut.

"Ah, tidak kok! Garang masih bisa ditempati, aku dan keluargaku hidup disana. Selama kami disana pun tak ada makhluk buas seperti itu, itu hanya mitos saja," Shii menjelaskan.

Sho sama sekali tak tahu tentang itu, karena yang Sho dengar Garang adalah kota mati yang angker. Tak ada yang berani tinggal disana karena ada berita bahwa disana masih ada makhluk buas yang tidak terdeteksi.

"Pantas saja kau tidak bisa makan, mestinya kau jangan tinggal disana," Kata Ikki. Shii tak berkata apa-apa, dia hanya memainkan semak yang ada di kakinya dan tidak menatap mata Ikki.

"Memangnya kau tinggal dimana, Ikki?" tanya Sho.

"Aku tinggal di dekat sini, aku tinggal sendirian di sisi kota," Ikki tersenyum, "Dari dulu aku memang suka berburu di hutan, jadi aku suka menemani pamanku berburu," lanjut Ikki.

Sho semakin salut dengan wanita yang satu ini. Ikki benar-benar menikmati perburuan, dia terlihat sangat santai sekali. Terlihat dari peralatn berburu yang dibawa. Meskipun membawa senapan dan pisau, tapi ranselnya tak terlalu besar, sepertinya dia tak membawa barang-barang yang merepotkan.

"Kalau dirimu tinggal dimana, Sho?" Tanya Ikki

"Aku dari asrama Forest Guardian," Begitu Sho mengataka asalnya, Ikki langsung menatap denganmata kasihan. Sho sudah terbiasa menghadapi tatapan tersebut setiap kali Sho bercerita tentang asalnya, "Orang tuaku meninggal saat bencana 5 tahun lalu dan akhirnya aku diadopsi dan tinggal bersama anak-anak yatim lainnya di asrama FG. Aku juga bisa masuk FGA dan lulus darisana karena berasal dari asrama FG," lanjut Sho.

Sho akhirnya bercerita juga tentang mimpinya masuk menjadi tim inti FG yang berjuang di garis depan perlindungan hutan. Sho dan Ikki mengobrol banyak hal tentang Forest Guardian. Tidak disangka Ikki banyak tahu tentang itu dan mereka pun memiliki cita-cita yang sama.

Sho merasa lebih rileks karena kini mereka sudah berkenalan satu sama lain dan membicarakan apa yang dia impikan. Tugasnya selanjutnya adalah membuat tim ini bisa melewati tantangan-tantangan hutan selanjutnya. Sho pun memberikan saran agar Ikki berjalan agak di belakang untuk memeriksa sekeleling karena Ikki memiliki insting yang tajam. Sedangkan Sho dan Shii berjalan di depan. Sho hanya ingin membantu Shii agar bisa membidik dengan benar.

Setelah semua menyetujui sarannya, mereka pun berjalan kembali ke area hutan yang lebih dalam. 

1+1+1Where stories live. Discover now