Satu

120 4 2
                                    

Sesosok benteng keabuan setinggi hampir 20 meter berdiri menjulang di antara orang-orang yang berlalu lalang. Dinding mukanya begitu datar dan tinggi sehingga hanya terlihat seperti tembok. 2 tiang batu menonjol di antara gerbang besi yang melengkung. 2 jendela di kiri kanan gerbang terlihat seperti 2 mata sayu yang mengintip dengan mulut menganga. Di atas 2 gerban tulisan "Benteng Bayu" terpampang dengan cat hitam di atas tembok yang abu. Berbagai bendera berkibar di atas benteng. Bendera berwarna merah putih diselingi dengan bendera hijau. Lambang pohon bersilang senapan dan pedang di dasari dengan gambar rumpun padi terdapat di tengah bendera tersebut.

Seorang wanita berjalan dengan tergesa di antara orang-orang di sekitar benteng bayu tersebut. Sho melangkahkan kakinya lebar-lebar sambil mencondongkan badan ke depan untuk menambah kecepatan melangkah. Seorang pedagang kaki lima dengan topi lebar menawarinya obat-obatan praktis. Pedagang yang lain menawarinya makanan dan minuman. Pedagang lainnya menawarkan amunisi dan peralatan berburu. Tapi kesemuanya sama sekali tidak Sho gubris.

Dia menyusul beberapa orang dengan pakaian kamuflase yang bercorak hijau dan cokelat. Pakaian yang biasa dipakai tentara militer. Tas ransel besar menempel di punggung mereka dengan senapan di sisinya. Suara tawa mereka yang begitu keras melengkapi suara berisik lainnya. Suara mengobrol, suara pedagang, serta suara motor dan mobil yang parkir tidak jauh dari benteng tersebut.

Sho melewati 2 lelaki berseragam militer yang berdiri tegap di mulut gerbang. Berbeda dengan orang-orang lainnya, penjaga gerbang ini memiliki nametag yang menggantung di leher mereka. Senapan mereka bersilang di depan mereka yang ditumpu dengan kedua tangan.

Begitu melewati gerbang benteng, Sho disambut lebih banyak lagi orang dengan pakaian kamuflase. Tapi berbeda dengan gerbang masuk yang berdesakan, di dalam benteng rasanya ruangan menjadi lebih luas. Aroma pengap kerumunan orang di balik gerbang digantikan dengan aroma udara yang sejuk. Aroma pepohonan tercium membawa udara segar.

Ruang terbuka dengan taman dan pepohonan menyambutnya. Bangunan-bangunan satu lantai di kiri kanannya mengelilingi ruang terbuka itu. Atap-atapnya yang merah miring ke arah ruang terbuka. Jendela-jendela kotak berjejer di dindingnya membentuk barisan teratur yang diselilingi daun pintu cokelat. Sho seperti berada di tempat berlindung dengan beratapkan langit. Seperti sebuah sangkar tembok dengan kerumunan orang-orang di dalamnya.

Jauh di hadapan Sho sesosok tembok abu yang jauh lebih tinggi terlihat memanjang dari ujung kiri ke ujung kanan tanpa batas. Cabang-cabang ujung pepohonan muncul dari tembok tersebut. Meskipun suara riuh rendah orang-orang di samping kiri kanannya memenuhi telinganya, Sho tetap bisa mendengar gaung aneh dari balik tembok. Seperti teriakan-teriakan yang bias dari arah kedalaman hutan. Jantung Sho seakan berhenti berdetak ketika melihat keberadaan pepohonan itu. Dia mengepalkan tangannya dan mulai lanjut berjalan.

Sho melewati bangunan-bangunan rendah di sebelah kiri. Menyelusuri jalan setapak yang berstekstur bebatuan pipih. Sekilas Sho menatap ke arah jendela gelap di sisinya. Dia melihat bayangannya sendiri dan merapikan rambutnya yang tidak lebih pendek dari lehernya. Mukanya tirus dan tajam, matanya tajam menatap bayangan di jendela. Baju kamuflase dengan gelombang hijau dan cokelat menyelimuti sebagian besar tubuhnya. Saku-saku kecil penuh oleh barang-barang praktis. Sho bahkan memeriksa senapannya kembali juga amunisi yang dia bawa. Sho berakhir mengecek segala hal barang bawaannya. Dia menarik nafas panjang dan mulai berjalan kembali.

Sho melihat kembali jam di tangannya dan mulai mempercepat jalannya kembali. Tembok abu besar di depannya semakin lama semakin dekat. Bunyi-bunyi di dalam hutan di balik tembok tersebut mulai terdengar lebih jelas. Bunyi serangga, bunyi burung-burung, bunyi teriakan-teriakan aneh. Sho bahkan seperti mendengar suara teriakan manusia dari jauh.

Sesosok gerbang besi besar berada di tengah tembok tersebut, di apit 2 tiang tinggi. Gerbang besi ini jauh lebih besar di banding gerbang pertama. Palang-palang besi dengan skrup-skrup besar melapisi pintu gerbang. 2 lelaki yang berpakaian militer dengan nametag berjaga di kiri kanan gerbang. Beberapa orang dengan pakaian militer yang sama juga berdiri di sekitar gerbang.

1+1+1Where stories live. Discover now