Sebelas

5 0 0
                                    

Mata Sho masih terbuka lebar. Malam ini terasa seperti malam 4 tahun yang lalu. Tak ada suara apapun. Bahkan suara-suara serangga dan burung-burung yang didengarnya pagi tadi. Dari balik tenda di atas kepalanya terpantul bayangan dedaunan dari pohon di atasnya.

Sho berusaha memejamkan matanya, tapi yang dia lihat hanyalah kenangan-kenangan masa lalunya. Malam yang tak pernah dilupakannya 4 tahun lalu. Malam ketika ia menjadi yatim piatu. Sho ingin melenyapkan kenangan-kenangan itu. Tetapi akhirnya dia tertidur sembari bermimpi buruk tentang apa yang terjadi pada malam itu.

*******

Suara vas pecah membangunkan Sho dari tidurnya. Lagi-lagi tikus di rumahnya berulah. Sho malas untuk memeriksa apa yang terjadi. Tapi dia pun tak bisa tidur kembali. Sho melihat ke arah jendela di sisi kamarnya. Bayangan dedaunan pohon mengetuk-ngetuk jendela kamarnya. Begitu sunyi dan senyap. Tak ada suara apapun bahkan suara burung hantu sekalipun.

Sho bangkit dari tidurnya dan melihat keluar jendela. Hutan Cingeri yang berada tidak jauh dari kediamannya terlihat menyeramkan. Rumah-rumah hancur dan retakan-retakan tanah besar terlihat dimana-mana. Sudah 1 tahun sejak bencana Cingeri terjadi tapi keadaan masih serasa kacau balau. Apalagi sejak munculnya rumor tentang makhluk-makhluk buas yang berkeliaran dan memakan manusia.

Sho pun keluar dari kamar. Dia menoleh ke arah kamar di sampingnya. Kamar Felix, seorang lelaki asing yang tiba-tiba datang ke rumahnya satu bulan yang lalu. Sho mengintip ke arah kamarnya untuk mencari tahu. Sho merasa Felix sangat mencurigakan. Satu bulan lalu, Felix datang ke rumah mereka dengan keadaan terluka sangat parah. Orang tuanya merawat Felix di rumah mereka karena Felix menolak diobati ke rumah sakit. Makhluk buas menyerangnya dan membuatnya takut keluar. Begitulah yang dikatakan Felix. Sho tak pernah percaya itu.

Ketika mengintip ke dalamnya, Sho melihat kasur yang kosong. Felix tak ada di kamarnya. Tak ada yang aneh di kamarnya. Sho melihat lemari Felix. Terdapat beberapa batu-batu warna-warni yang berjejer di atasnya. Kata Felix, batu-batu ini berasal dari makhluk hutan cingeri yang mati. Felix banyak tahu tentang hutan cingeri, dia juga bercerita tentang makhluk-makhluk buas di dalamnya. Sho sama sekali tak percaya. Meskipun hal itu benar, kenapa Felix bisa tahu hingga begitu detail?

Felix benar-benar mencurigakan. Meskipun Sho sudah memberitahukan semua kekhawatirannya tapi ibu dan ayahnya tak menghiraukan Sho. Mereka terlalu baik. Ketika Sho sedang memeriksa lemari Felix, bunyi barang pecah belah kembali terdengar. Kali ini bunyinya lebih keras dan rasanya seisi lemari piring hancur. Dengan cepat Sho melihat ke arah dapur dari koridor di lantai 2.

Ketika Sho menengok ke bawah, Felix berdiri disana. Seorang lelaki berambut kemerahan dengan muka tirus. Baju piyamanya bernoda hitam kemerahan. Pecahan-pecahan piring berserakan di lantai, di bawah kaki Felix. Felix berjalan ke arah dapur, ke arah sebuah sosok yang tergeletak di dekat meja dapur.

Ketika Sho sadar apa yang ada di hadapan Felix, Sho langsung menutup mulutnya dan menjatuhkan badannya ke belakang. Menghindar dari apa yang dilihatnya. Mulutnya tercekat. Jantungnya berdegup kencang. Dia ingin meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa yang dilihatnya salah.

Dengan degupan jantung yang serasa akan melompat lewat tenggorokannya, Sho kembali mengintip ke arah ruang dapur. Dua sosok tubuh tergeletak di meja dapur. Kedua orangtuanya tergeletak dalam darah. Rambut kecokelatan ibunya yang bergelombang kini lengket dengan noda kehitaman. Ayahnya yang berambut cepak tertelungkup di atas tubuh ibunya.

Rasanya Jantung Sho meledak. Tubuhnya bergetar. Giginya bergemeletuk. Perutnya bergejolak. Sho berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Air mata Sho mengalir deras. Tubuh Sho bergetar. Sho terduduk di kamar mandi sambil menutup mata. Berharap ini semua hanyalah mimpi.

Tapi Sho tak bisa tidur. Bayangan kedua orang tuanya yang tergeletak di sisi kamar mandi tak pernah lepas dari bayangannya. Sho berpikir ini hanyalah mimpi. Dia hanya tertidur di kamar mandi dan muntah-muntah. Sho akhirnya berdiri dan kembali keluar kamar. Dengan perlahan Sho memegang tangan di sisi tangga untuk melihat sekali lagi.

Felix kini duduk di meja makan. Di atas meja panjang yang terbuat dari kayu itu, sosok ayah dan ibunya di baringkan. Bunyi sendok dan garpu berdenting terdengar dari Felix. Pemandangan yang dilihat Sho merupakan pemandangan paling mengerikanyang dia lihat malam itu. Felix sedang memakan ayah dan ibu nya.

1+1+1Where stories live. Discover now